[pullquote]Kebiasaan mengenakan earphone ternyata mendatangkan masalah pada indera pendengaran, apalagi bila volumenya terlalu keras. Terlebih bila digunakan menjelang tidur, atau bahkan hingga tertidur earphone masih menempel di telinga.[/pullquote]
Orangtua sering membawa anaknya ke dokter THT karena mengeluh kurang mendengar ketika diajak bicara atau terasa berdenging di telinganya. Keluhan dirasakan tanpa adanya riwayat infeksi telinga, hidung dan tenggorok sebelumnya. Setelah dilakukan pemeriksaan THT, didapatkan gendang telinga yang masih utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan audiogram baru diketahui adanya penurunan pendengaran pada telinga. Biasanya mereka yang mengeluh demikian adalah kalangan usia muda bahkan anak-anak dengan riwayat pemakaian earphone dengan volume tinggi dan terus menerus.
Trauma akustik merupakan istilah yang dipakai untuk kondisi seperti di atas. Trauma akustik adalah kerusakan pada telinga dalam yang disebabkan oleh paparan terhadap suara bising. Suara bising bisa didapatkan di tempat kerja seperti di proyek, di ruangan dengan musik yang keras, pemakaian earphone atau headset dan suara tembakan.
Anatomi telinga kita dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga dalam terdiri dari saraf-saraf pendengaran. Saraf pendengaran di telinga kita berbentuk seperti rumah siput (kokhlea), yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf dengan rambut-rambut saraf. Rambut-rambut sel saraf inilah yang mengalami kerusakan akibat suara bising tersebut.
Pada keadaan normal gelombang suara yang kita dengar masuk melalui liang telinga, lalu akan menggetarkan gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran yang berada di belakang gendang telinga. Getaran ini akan dikirimkan ke saraf pendengaran di telinga, menyebabkan bergeraknya sel-sel rambut pada saraf tersebut. Getaran itu akan diubah menjadi sinyal listrik yang disampaikan ke otak. Otak akan mengenali sinyal tersebut sebagai suara. Ketika getaran yang dikirimkan ke telinga tengah terlalu kuat, maka akan merusak gendang telinga, tulang-tulang pendengaran dan saraf pendengaran.
Telinga manusia yang sehat dapat mendengar suara dengan frekuensi antara 20 Hz sampai 20000 Hz. Sepanjang waktu, sel-sel rambut pada saraf telinga dapat menjadi rusak, sehingga menyebabkan gangguan dengar. Frekuensi tinggi pada saraf pendengaran (kokhlea) sering rusak oleh suara yang keras. Karena frekuensi tinggi ini terletak di bagian dasar dari rumah siput (kokhlea) , sehingga mudah terkena trauma.
Kapan suara bising bisa merusak pendengaran kita?
Volume suara kita diukur dengan desibel (dB). Seperti skala temperatur, skala desibel mencapai di bawah nol. Seseorang rata-rata dapat mendengar suara sampai 0 dB, beberapa orang dengan pendengaran yang sangat baik dapat mendengar suara di bawah -15 dB. Suara pada volume di bawah 85 dB adalah aman. Paparan yang mendadak atau terus menerus terhadap suara 85 dB atau lebih, potensial menyebabkan kerusakan permanen sel-sel rambut pada telinga dalam sehingga menyebabkan gangguan dengar yang menetap. Lamanya waktu mendengarkan suara juga mempengaruhi beratnya kerusakan pada telinga. Jika kita dapat mendengar suara dari earphone atau headphone seseorang berarti suara tersebut terlalu keras dan waktu mendengarkan yang terlalu lama dapat menyebabkan gangguan dengar permanen.
Beberapa suara yang mungkin lebih keras dari yang dibayangkan antara lain: suara bisikan pelan biasanya diukur pada 30 dB, suara percakapan mempunyai volume 60 dB, keduanya tidak menyebabkan kerusakan. Suara lalu lintas yang sibuk pada 75 dB, kereta bawah tanah pada 90 dB, buldozer yang sedang menyala tapi tidak aktif adalah cukup keras pada 85 dB yang dapat menyebabkan kerusakan permanen setelah 8 jam. Ketika mendengarkan musik dengan earphone pada volume maksimal, suara dapat mencapai di atas 100 dB, cukup keras untuk menimbulkan kerusakan permanen setelah hanya 15 menit per hari.
Suara bising dengan lamanya waktu mendengarkan yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga antara lain :
- 95 dB, kerusakan dapat terjadi setelah 4 jam paparan per hari.
- 100 dB, kerusakan dapat terjadi setelah 2 jam paparan per hari.
- 105 dB, kerusakan dapat terjadi setelah 1 jam paparan per hari.
- 110 db, kerusakan dapat terjadi setelah 30 menit paparan per hari.
- 115 db, kerusakan dapat terjadi setelah 15 menit paparan per hari.
- Di atas 120 db, kerusakan terjadi secepatnya.
Gejala yang timbul akibat suara bising ini dapat berupa gangguan dengar terutama pada nada tinggi, telinga berdenging, telinga terasa penuh, tidak dapat melokalisasi suara. Yang harus diperhatikan di sini bahwa gangguan dengar dapat menetap dan tidak dapat diobati. Namun pengobatan secepatnya dapat melindungi gangguan dengar menjadi lebih berat. Pengobatan sesegera mungkin memberi kesempatan terbaik untuk perbaikan pada pasien. Waktu paling tepat untuk pemberian obat-obatan agar dapat memperbaiki gangguan dengar adalah beberapa hari pertama setelah timbul gejala. Setelah itu, pilihan pengobatan menjadi terbatas dan gangguan dengar menjadi menetap.
Menjaga kesehatan indera pendengaran
Membatasi suara bising dapat melindungi pendengaran dari masalah di kemudian hari, antara lain dengan:
- Jangan mendengarkan musik pada volume yang tinggi. Jika kita tidak dapat mendengar suara di luar pada saat memakai earphone, artinya suara tersebut terlalu keras.
- Untuk bisa menikmati musik dari MP3 secara aman, dengarkan suara musik 60% dari volume maksimum selama tidak lebih dari 60 menit perhari.
- Pelankan suara televisi atau radio di sekitar kita serendah mungkin, karena sedikit penurunan volume dapat membuat perbedaan yang besar terhadap risiko gangguan dengar.
Gunakan earphone sesuai dengan kebutuhan dan tidak melampaui batas kemampuan telinga. Sehingga baik anak-anak maupun orang dewasa dapat menjalani aktivitas tanpa mengalami kendala dalam pendengaran.