[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]G[/dropcap]izi yang seimbang merupakan hal yang mendasari kesehatan kita sepanjang hidup. Selama kehamilan, nutrisi menjadi semakin penting, karena apa yang dikonsumsi oleh ibu akan menjadi sumber nutrisi bagi janin yang dikandungnya. Waktu terbaik untuk memulai makan sehat dan seimbang adalah sebelum kehamilan, karena menjaga asupan gizi sejak sebelum hamil akan menjamin kecukupan gizi untuk ibu maupun janin pada saat kehamilan terjadi.
Makanan yang sehat dan seimbang mengandung makronutrien atau zat gizi utama seperti karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Suplemen merupakan suatu pproduk yang mengandung nutrient yang dibutuhkan tubuh, namun bukan berupa makanan, Hal yang harus diingat adalah bahwa suplemen yang mengandung berbagai vitamin dan mineral merupakan tambahan pelengkap dan bukanlah pengganti dari konsumsi makanan bernutrisi yang dimakan sehari-hari, sehingga ibu tetap harus makan secara sehat walau telah mengkonsumsi suplemen.
Walau pada saat hamil tubuh membutuhkan nutrisi lebih, tetap ada batasan kadar nutrisi yang diperbolehkan. Penggunaan suplemen yang tidak sesuai kebutuhan harian, dapat menyebabkan kelebihan dosis dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Hal ini terutama terjadi pada penggunaan suplemen vitamin atau mineral tanpa pengawasan; terutama zat besi, seng, selenium dan vitamin A,B,C serta D. Konsumsi vitamin dan mineral lebih daari dua kali kebutuhan harian selama kehamilan tidak dianjurkan. Suplemen yang dibutuhkan saat kehamilan antara lain asam folat, zat besi, kalsium, seng, dan berbagai vitamin.
1. Asam folat
Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B. Asam folat dibutuhkan sejak sebelum kehamilan dan pada trimester awal kehamilan (12 minggu) untuk mencegah terjadinya cacat saraf, sebanyak 0,4 mg (400 mikrogram) sehari. Cacat saraf dapat terjadi bahkan sebelum ibu mengetahui dirinya hamil, karena perkembangan saraf terjadi pada mingu-minggu awal kehamilan. Untuk itu, setiap ibu yang berencana hamil, dianjurkan mengkonsumsi asam folat sejak 3 bulan sebelum kehamilan.
Asam folat terdapat pada makanan seperti sayuran hijau, buah sitrus, dan kacang-kacangan. Asam folat juga sering ditambahkan pada makanan seperti sereal, pasta, roti, dan beras. Namun, kebutuhan asam folat harian sulit dipenuhi jika hanya mengandalkan sumber makanan alami. Oleh karena itu, setiap wanita usia subur dianjurkan mengkonsumsi suplemen asam sejumlah 0,4 mg per hari.
Pada ibu yang memiliki riwayat melahirkan anak dengan cacat saraf, atau memiliki risiko tinggi seperti diabetes, anemia hemolitik, hamil kembar, atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu membutuhkan dosis asam folat lebih tinggi sebesar 4-5 mg per hari. Pada keadan ini, sebagiknya suplementasi asam folat diberikan terpisah dan bukan sebagai produk multivitamin.
2. Zat besi
Zat besi pada sel darah merah membantu membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk kepada janin. Ibu membutuhkan lebih banyak zat besi pada saat hamil untuk mendukung pertumbuhan janin dan memproduksi darah tambahan. Pada masa kehamilan, terutama pada trimester tengah, zat besi pada ibu akan banyak ditransfer kepada janin dan plasenta, memenuhi kebutuhan penambahan darah dari ibu, serta sebagai cadangan apabila terjadi perdarahan saat persalinan. Oleh karena itu, makanan sehari-hari jarang dapat memenuhi peningkatan kebutuhan ini dan ibu hamil harus mendapatkan suplementasi zat besi. Jika kekurangan zat besi, ibu akan rentan mengalami anemia. Pada saat kehamilan, setiap ibu harus memeriksakan kadar hemoglobinnya, dan diulang kembali saar usia kehamilan 28 minggu.
Jumlah kebutuhan harian zat besi saat hamil adalah sekitar 27 mg per hari. Suplemen zat besi baik dimakan saat perut kosong atau bersama dengan sumber vitamin C (seperti jus buah) untuk meningkatkan penyerapannya. Bila mengkonsumsi suplemen zat besi penting untuk memberitahukan pada dokter, karena ada obat-obatan yang tidak boleh diminum bersama dengan zat besi.
3. Yodium
Defisiensi yodium akhir-akhir ini semakin meningkat, dikarenakan penurunan konsumsi garam dan ketakutan akan merkusi pada ikan laut. Penelitian terbaru menunjukkan kekurangan yodium akan menyebabkan hipotiroidisme yang walaupun ringan akan dapat menimbulkan komplikasi di masa datang. Oleh karena itu, defisiensi yodium saat kehamilan sangat penting dicegah. Untuk ibu yang tinggal di daerah dengan tingkat defisiensi yodium yang tinggi, sangat dianjurkan mengkonsumsi suplemen yodium. Sedangkan pada ibu di luar daerah tersebut, dapat meningkatkan konsumsi makanan yang kaya yodium, memilih garam beryodium atau mengkonsumsi suplemen kehamilan yang juga mengandung yodium.
4. Vitamin
Tidak semua vitamin harus dikonsumsi dalam bentuk suplemen pada saat kehamilan. Sebagian besar kebutuhan vitamin dapat tercukupi dengan konsumsi makanan sehari-hari. Namun, ada beberapa keadaan yang membuat ibu hamil dianjutkan mengkonsumsi suplemen vitamin.
- Vitamin B12: suplemen vitamin B12 penting untuk ibu vegetarian atau vegan karena sebagian besar sumber vitamin B12 terdapat pada daging. Suplementasi yang dianjurkan adalah sebesar 6 mcg per hari. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kelainan saraf pada bayi.
- Vitamin D: penelitian menunjukkan tingginya angka defisiensi vitamin D pada ibu hamil. Vitamin D penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, dan mencegah osteoporosis pada ibu. Jumlah yang dianjurkan saat kehamilan adalah antara 200-400 IU,
- Vitamin K: vitamin K penting dikonsumsi pada masa kehamilan trimester akhir pada ibu dengan kolestasis (gangguan saluran empedu).
Tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan pentingnya suplementasi rutin terhadap vitamin lain sepertivitamin A, C, dan E. Bahkan, konsumsi berlebihan vitamin, terutama yang larut lemak (vitamin A, D, E, K) dapat berbahaya.
5. Kalsium
Apabila tidak ada defisiensi vitamin D, kebutuhan kalsium akan terpenuhi dari konsumsi sehari-hari, baik pada saat hamil maupun menyusui. Namun, pada ibu dengan intoleransi laktosa sehingga tidak dapat mengkonsumsi susu dan produknya, atau rentan diet rendah kalsium, dianjurkan untuk mendapatkan suplementasi kalsium sebesar 1200 mg/hari.
Kebutuhan harian berbagai zat gizi saat hamil atau melahirkan secara umum meningkat. Hal ini tidak berarti ibu harus mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan dan suplemen untuk memenuhi kebutuhan harian zat gizi setiap harinya. Mengkonsumsi berbagai makanan yang bervariasi dan sesuai jumlah yang direkomendasikan akan meningkatkan pemenuhan zat gizi untuk ibu maupun janin.
Tabel: Nutrisi penting selama kehamilan
Zat Gizi | Manfaat bagi ibu hamil dan janin | Sumber |
Asam Folat (400-600 mcg per hari) | Membantu produksi darah dan protein, mendukung kerja berbagai enzim, mendukung perkembangan saraf anak | Sayuran berdaun hijau, hari, jus jeruk, kacang-kacangan |
Zat besi (27 mg per hari) | Membantu sel darah merah untuk membawa oksigen | Daging merah, kacang-kacangan, jus prune |
Vitamin A (770 mcg per hari) | Perkembangan kulit dan penglihatan, membantu pertumbuhan tulang | Wortel, sayuran hijau, ubi |
Vitamin C (85 mg per hari) | Menyokong kesehatan gusi dan lapisan epitel, gigi, serta tulang. lain Membantu penyerapan zat besi | Jeruk, brokoli, tlang dan gigiomat, stroberi |
Vitamin D (200 – 400 IU per hari) | Membantu pertumbuhan tulang dan gigi | Cahaya matahari, ikan seperti salmon |
Vitamin B6 (1,9 mg per hari) | Membantu pembentukan sel darah merah, membantu metabolism protein, lemak dan karbohidrat | Daging sapi, hati, sereal, pisang |
Vitamin B12 | Menjaga sistem saraf, membantu pembentukan sel darah merah | Hati, daging, ikan, daging unggas, susu(hanya terdapat di sumber makanan hewani) |
Referensi :
- Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams obstetrics 22ed. USA: McGraw-Hill Company; 2005.
- The American Congress of Obstetrician and Gynaecologist. Nutrition during pregnancy; education pamphlet. USA; 2010.
- The Royal Australian and New Zealand College of Obstetrics and Gynaecologist. Vitamin and minerals supplementation in pregnancy. 2008.
- USDA. My pyramid in action: dietary supplement during pregnancy and breastfeeding. 2007.