Pada saat seorang bayi perempuan dilahirkan, ia telah membawa sekitar 450 ribu sel telur dalam indung telurnya. Namun baru berfungsi ketika memasuki usia pubertas. Karena pada saat itulah, hormon-hormon perempuan diaktivasi.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]aat seorang perempuan menginjak usia pubertas, dalam tubuhnya akan beredar hormon-hormon yang mematangkan sel telur dan membuat perubahan pada dinding rahim; peristiwa ini dikenal dengan menstruasi pertama (menarche). Normalnya menstruasi akan terjadi terus-menerus dengan interval waktu sekitar 1 bulan sampai masa menopause. Siklus bulanan inilah yang disebut siklus menstruasi. Umumnya siklus berlangsung 28 hari, namun dapat bervariasi normal dari 21 – 35 hari.
Siklus menstruasi terbagi menjadi 3 fase
1. Fase praovulasi (folikular)
Fase ini bermula sejak hari pertama menstruasi. Sebuah struktur kecil di otak yang bernama hipofisis mengeluarkan hormon yang menstimulasi pertumbuhan folikel (follicle-stimulating hormone – FSH). Setiap folikel mengandung satu sel telur di dalamnya. Akibat kerja FSH, 3-30 folikel di ovarium mengalami pertumbuhan, namun hanya satu yang akhirnya matang. Folikel kemudian menghasilkan hormon lain yaitu estrogen. Semakin matang folikel, semakin banyak estrogen yang dihasilkan. Estrogen menyebabkan dinding rahim menebal dan memberi sinyal ke hipofisis agar menghasilkan hormon luteinisasi (luteinizing hormone – LH) yang berperan dalam ovulasi.
2. Fase ovulasi
Semakin lama jumlah hormon LH semakin meningkat, dan pada suatu saat ia akan melonjak tajam. LH berperan dalam mendorong sel telur keluar dari folikelnya. Sekitar 30 jam setelah lonjakan hormon LH, ovum dilepaskan dari folikel dan meninggalkan ovarium. Peristiwa ini yang disebut ovulasi. Sesaat sebelum ovulasi, leher rahim (serviks) menghasilkan lendir yang jernih dan elastis. Lendir ini dapat dijadikan tanda terjadinya ovulasi.
3. Fase pascaovulasi (luteal)
Fase ini biasanya berlangsung selama 14 hari dan berakhir pada saat awal menstruasi. Pada fase ini, sisa folikel di ovarium (korpus luteum) akan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang mempersiapkan rahim untuk menerima hasil pembuahan. Dinding rahim menjadi tebal dan dilapisi lendir yang kental. Lendir ini bertujuan memudahkan hasil pembuahan untuk menempel ke dinding rahim.
Jika terjadi pembuahan, maka korpus luteum akan dipertahankan. Namun jika tidak, maka korpus luteum akan semakin menyusut dan akhirnya menghilang setelah 14 hari. Akibatnya, hormon estrogen dan progesteron akan berkurang drastis sehingga memicu luruhnya dinding rahim. Pada saat itulah terjadilah menstruasi.
Tahukah Anda ?
- Setiap perempuan kehilangan 20-80 cc darah selama menstruasi.
- Hanya 10-15% perempuan yang mengalami siklus tepat 28 hari.
- Panjang siklus menstruasi perempuan ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ovulasi. Fase pascaovulasi setiap perempuan relatif sama, yaitu 14 hari. Oleh karena itu, ovulasi bukan terjadi 14 hari setelah menstruasi, melainkan 14 hari sebelumnya.
- Hubungan seksual yang dilakukan sebelum ovulasi pun dapat menyebabkan kehamilan. Sel telur dapat bertahan hidup sekitar 24 jam setelah terlepas dari ovarium. Sedangkan sperma dapat bertahan hidup dalam tubuh perempuan selama 3-4 hari, bahkan bisa sampai 6-7 hari. Sperma yang masih hidup saat ovulasi terjadi ternyata tetap dapat membuahi sel telur.
Siklus tidak teratur
Normalnya siklus menstruasi berlangsung teratur dalam interval 21-35 hari. Namun ada kalanya tidak demikian. Banyak hal yang dapat menyebabkan siklus tidak teratur, antara lain stres, kafein, merokok, alkohol, olahraga yang berlebihan, endometriosis, ataupun penyakit-penyakit yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon seperti sindrom ovarium polikistik, kerusakan ovarium akibat radiasi atau kemoterapi, dan endometriosis.
Jika siklus menstruasi Anda tidak teratur, Anda perlu memeriksakan diri pada dokter untuk menyingkirkan berbagai penyakit berbahaya yang dapat menjadi penyebab. Dokter kerapkali memberikan pil KB yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron untuk mengatasi siklus yang tidak teratur.
Pil KB kombinasi memberikan banyak keuntungan, selain pencegahan kehamilan
1. Memberikan siklus menstruasi yang teratur
Biasanya pil dikemas dalam bentuk blister berisi 28 pil. Dua puluh satu pil di antaranya berisi hormon yang bekerja dengan menghambat ovulasi, membuat dinding rahim lebih tipis agar hasil pembuahan sulit menempel pada rahim, dan menjaga lendir serviks kental agar sperma sulit naik ke rahim. Sedangkan 7 di antaranya merupakan pil tanpa hormon (plasebo). Pada saat Anda meminum pil plasebo inilah, kadar hormon dalam tubuh akan berkurang dan Anda akan mengalami menstruasi.
2. Mengurangi nyeri saat menstruasi
Perempuan yang mengalami nyeri hebat saat menstruasi dan tidak dapat menggunakan pil antinyeri yang dijual bebas kerap mendapat pil KB oleh dokter. Pil KB bekerja mencegah ovulasi sehingga juga menghilangkan nyeri perut yang timbul saat ovulasi.
3. Mengurangi timbulnya jerawat
Hormon dalam pil KB dapat menekan pertumbuhan jerawat. Namun, proses ini biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan.
4. Mengurangi pengeroposan tulang
Mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium
Selain keuntungan di atas, pil KB tentu memiliki efek samping, antara lain:
- Mual. Hal ini dapat dikurangi dengan meminum pil saat makan. Pil dengan kadar estrogen rendah biasanya lebih jarang menyebabkan mual.
- Nyeri kepala. Biasanya terjadi pada saat Anda mulai meminum pil. Namun pil dengan kadar estrogen rendah biasanya tidak menyebabkan nyeri kepala hebat.
- Peningkatan nafsu makan.
- Spotting. Timbulnya flek biasanya terjadi pada tiga minggu pertama. Hal ini wajar terjadi.
Efek samping biasanya menghilang setelah 3 siklus menstruasi. Namun jika efek samping terasa berat, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Referensi :
- Srikanthan P et al. Polycystic Ovarian Syndrome: the next cardiovascular dilemma in women. Endocrinol Metab Clin North Am 2006; 35(3): 611-31.