[quote type=”center”]“Maah, aku boleh pelihara kucing nggak?”
Si kecil merengek minta dibelikan kucing padahal ia memiliki bakat alergi. Bagaimana ya sebaiknya? Padahal kucing dan anjing dapat menyebabkan reaksi alergi pada anak yang memang sudah memiliki riwayat alergi. Kucing lebih berisiko menimbulkan alergi dibandingkan anjing.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]A[/dropcap]lergen atau zat penyebab alergi berasal dari sel-sel kulit yang menempel di bulu-bulu binatang, bisa juga berasal dari cairan ludah atau rambut. ‘Ketombe’ binatang bisa menjadi masalah karena sangat kecil dan bisa meyalang di udara lalu menempel di barang-barang rumah tangga dan juga pada pakaian si kecil.
Zat alergen yang berasal dari bagian tubuh binatang dapat terhirup ke saluran nafas dan merangsang sistem daya tahan tubuh hingga bereaksi berlebihan. Zat alergen ini butuh pengenalan pertama dan saat ini reaksi alergi mungkin belum terjadi. Setelah pengenalan ulang, barulah terjadi sensitisasi sehingga ketika anak terpapar zat alergen lagi, reaksi alergi muncul.
Kenali gejala :
Gejalanya bisa berupa bersin-bersin, hidung berair, bahkan serangan asma seperti napas berbunyi ngik-ngik atau sulit bernapas. Gejala lain adalah gejala gatal pada kulit. Gejala ini menghilang bila anak dijauhkan dari binatang.
Pastikan hal ini terlebih dahulu sebelum Anda mengabulkan permintaan anak untuk memelihara binatang.
Bila Anda ingin memelihara binatang pemeliharaan di rumah coba tips berikut :
- Gunakan pembersih udara di rumah dan cegahlah furnitur yang mengundang debu dari binatang seperti karpet, gorden, keset berbulu. Bersihkan secara teratur semua pelapis kursi, bantal dan bedcover yang memungkinkan debu binatang menempel.
- Mandikan hewan peliharaan setiap minggu dengan sampo khusus hewan.
- Ciptakan zona bebas alergi. Misalnya kamar anak yang alergi dinyatakan sebagai area terlarang untuk si kucing kesayangan.
- Ada baiknya Anda konsultasikan dengan dokter ahli alergi mengenai pengobatan apa yang sebaiknya dilakukan.