[pullquote]Jangan menganggap seks itu tabu untuk dibicarakan kepada anak. Lebih baik anak mendapat penjelasan dari orangtuanya daripada sumber yang tidak jelas.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]A[/dropcap]danya kasus pelecehan seksual yang belakangan ini marak terjadi (bahkan di dalam lingkungan sekolah) mungkin menjadi pelajaran bagi orangtua betapa pendidikan seks itu penting. Idealnya, sekolah juga memberikan pendidikan seks kepada para muridnya. Sehingga terjadi kesamaan pemahaman pada anak tentang seks.
Sebagaimana dalam pendidikan pada umumnya, pendidikan seks (sex education) juga merupakan proses yang tidak instan, perlu dilakukan berkesinambungan. Sulit untuk menentukan dengan pasti kapan waktu yang tepat anak mulai memperoleh pendidikan seks.
Sebenarnya apa itu pendidikan seks? Suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, aspek kesehatan, serta kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendidikan seks diperlukan agar anak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya menjaga organ-organ reproduksi, serta menanamkan nilai-nilai moral yang berkaitan dengan masalah seksualitas. Pendidikan seks bukan semata sekadar berbicara langsung tentang seks semata, melainkan hal lain yang berhubungan dengan proses perkembangan dan kehidupan seks. Karenanya, pendidikan seks dimulai pada saat seorang anak mulai bertanya tentang seks, misalnya “Mengapa punya Putri berbeda dengan punya Vino?”
Akan lebih mudah membicarakan masalah seks dengan anak sebelum anak mengalami kematangan seks, karena akan lebih terbuka dan belum ada rasa malu. Disamping itu lebih baik terlebih dahulu menerangkan masalah seks terhadap anak sebelum anak mengetahui dari anak atau orang lain yang mungkin memberikan informasi yang salah.
Bagaimana memberikan pendidikan seks?
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak, dan berikan pada waktu yang santai—tanpa harus menyediakan waktu yang khusus.
- Anak itu cerdas. Jadi tetaplah rasional. Hindari memberikan perumpamaan yang tidak objektif dan tidak masuk akal.
- Isi materi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan anak dan tahap perkembangannya. Anak usia 9 tahun tentu belum perlu tahu mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan intim.
- Pendidikan seks sebaiknya diberikan secara pribadi, karena luas-sempitnya pengetahuan dengan cepat-lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak.
- Jika perlu lakukan berulang-ulang (repetition).
Sebaiknya usia berapa ?
Anda bisa memulainya di usia balita. Perkenalkan organ seks secara singkat dan tidak perlu terlalu detil karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan juga penis, vagina atau vulva.
Terangkan perbedaan alat kelamin si upik dan si buyung, akan lebih pas jika si kecil memiliki adik berlawanan jenis. Selain itu, jelaskan juga bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan sembarangan. Tegaskan jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orangtua, si kecil harus berteriak dan melapor kepada orangtua atau guru sekolahnya. Ini merupakan salah satu upaya melindungi anak-anak dari kekerasan seksual atau pelecehan seksual.
Di usia lima hingga 10 tahun biasanya anak mulai aktif bertanya soal seks. Misalnya dari mana ia berasal, dari mana bayi datang? Mengapa bayi bisa ada di perut?” Bagaimana menjawabnya? “Bayi ada di perut ibu karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada ibu. Caranya ayah memasukkan benih tersebut menggunakan penis dan melalui vagina ibu. Itu yang dinamakan hubungan seks, dan itu hanya boleh dilakukan oleh pria dan wanita yang telah menikah.”
Saat buah hati memasuki usia remaja, penjelasan Anda adalah seputar masa pubertas. Saatnya Anda menerangkan haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi. Si gadis akan mengalami perubahan bentuk payudara, tumbuhnya bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya, dan sebagainya.