[pullquote]Ketika Bunda sedang sakit, timbul keraguan, apakah aman mengonsumsi obat selama menyusui? Mari simak penuturan berikut ini.[/pullquote]
Rata-rata obat yang dikonsumsi oleh ibu menyusui, hanya 10% yang diterima bayi melalui ASI. Saat kehamilan, janin bahkan menerima 5-10 kali lipat kadar obat dibandingkan melalui ASI. Sebenarnya tak perlu khawatir bila ibu menyusui mengalami sakit dan harus mendapatkan terapi obat, karena hanya sedikit obat yang perlu diwaspadai efeknya pada bayi.
Faktor yang meningkatkan penyerapan obat lewat ASI
- Bayi yang minum banyak ASI tentunya memiliki risiko menyerap lebih banyak obat dibandingkan bayi yang minum sedikit. Hal ini juga dipengaruhi oleh berat badan dan usia bayi.
- Penyerapan ke bayi pun lebih rendah pada obat yang memiliki waktu paruh pendek atau yang berikatan kuat dengan protein.
- Obat yang dikonsumsi dalam 3-4 hari pasca persalinan memberi efek sangat rendah pada bayi karena jumlah produksi susu juga masih sedikit.
- Biasanya, obat yang aman untuk bayi dianggap juga aman untuk ibu menyusui.
Keamanan obat
Badan kesehatan dunia, WHO, membagi kategori keamanan obat ibu menyusui untuk memudahkan pemilihan obat. Termasuk dalam kategori ini adalah obat herbal ataupun zat kimia.
- Obat yang dapat diberikan saat menyusui. Obat dalam golongan ini dikategorikan aman dikonsumsi ibu karena secara teori atau bukti, tidak memiliki efek negatif pada bayi.
- Obat dapat diberikan tetapi perlu pemantauan efek samping pada bayi. Obat dalam golongan ini secara teori dapat menyebabkan efek samping pada bayi tetapi belum ada bukti yang menguatkan, atau hanya sedikit sekali memberikan efek samping. Obat dapat dihentikan penggunaannya atau dicari alternatif pengganti.
- Obat yang perlu dihindari atau dipantau efek sampingnya pada bayi. Obat dalam kategori ini telah dilaporkan menyebabkan efek samping yang serius. Penggunaan obat ini hanya jika obat ini benar-benar dibutuhkan dan tak ada alternatif lain.
- Obat yang perlu dihindari karena dapat menghambat proses menyusui. Obat golongan ini dapat mengurangi produksi ASI dan perlu dihindari jika memungkinkan. Bila diberikan dalam jangka waktu pendek, ibu masih tetap dapat memberikan ASI. Ibu dapat mengurangi risiko berkurangnya ASI dengan merangsang bayi lebih sering menyusu.
- Obat yang perlu dihindari. Dalam golongan ini, terdapat obat–obatan yang dapat membahayakan bayi. Bila memang penggunaan obat teramat perlu, sebaiknya ibu tidak menyusui hingga terapi selesai. Beberapa obat golongan antikanker atau obat dengan radioaktif dapat berbahaya untuk bayi.
Obat-obatan yang harus dihindari seperti golongan amfetamin, kemoterapi (obat kanker), obat migrain (ergotamine) dan statin (obat kolesterol). Beberapa obat psikotropika (obat kejiwaan) sudah diperbolehkan untuk diberikan.
Obat dan produksi ASI
Beberapa obat yang termasuk mengurangi jumlah ASI seperti metergin (obat penekan perdarahan) atau kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. Obat yang memberi efek banyak mengeluarkan urin (bersifat diuretik seperti furosemide) juga dapat mengurangi ASI. Sebaliknya, obat mual seperti metoklopramid atau cimetidine yang merupakan obat penyakit lambung justru dapat merangsang ASI.
Hal yang perlu dipertanyakan sebelum mengosumsi obat
- Apakah terapi obat benar-benar dibutuhkan? Jika ya, tanyakan pada dokter Anda, obat yang paling aman sesuai indikasi.
- Jika obat yang dibutuhkan berisiko berpengaruhi si kecil, pertimbangkan konsentrasi obat dalam darah saat proses menyusui. Salah satu caranya adalah meminum obat sesegera mungkin setelah memberi ASI atau persis sebelum bayi tidur panjang.
Referensi:
- Barghella V.Obstetric Evidence Based Guidelines (2nd edition), 2012.