“Kog sudah mau umur 2 tahun, Jojo belum bisa jalan sendiri yah..? Padahal teman-teman seusianya sudah berlari sana sini…”
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]elihat si kecil bertumbuh dan semakin lincah merupakan suatu kebanggaan ‘berjuta-juta’ bagi setiap orang tua. Betapa tidak, waktu masih bayi selalu digendong, sekarang ia sudah bisa diajak bermain. Dulu tangannya amat mungil, sekarang apapun yang dilihat pasti ingin dipegang olehnya. Orang tua tentunya selalu ingin menjadi pemantau yang paling baik dan subyek yang paling banyak tahu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Perkembangan motorik pada anak paling mudah ‘terlihat’ dan dapat langsung dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia. Oleh karena itu, umumnya orang tua sangat memperhatikan kemampuan motorik anak-anaknya. Komponen perkembangan motorik pada anak adalah motorik kasar dan motorik halus.
Jika anak terlambat menguasai tugas perkembangan sesuai usianya, seperti yang dialami oleh Jojo, orang tua sebaiknya tidak ‘menunggu.’ Konsultasi dan intervensi dini akan sangat mempengaruhi proses perkembangan anak selanjutnya.
Berikut adalah beberapa ciri yang harus diwaspadai orang tua dalam memantau perkembangan motorik si kecil.
Hal yang harus diwaspadai dalam memantau perkembangan motorik kasar:
usia 4 ½ bulan | bayi tidak mengangkat badannya ke posisi duduk, saat kedua lengannya ditarik |
usia 5 bulan | belum bisa berguling (dari posisi terlentang ke posisi tengkurap) |
usia 7-8 bulan | belum bisa duduk sendiri tanpa bantuan |
usia 9-10 bulan | belum dapat berdiri sendiri (walaupun tangannya sudah bertumpu pada sesuatu) |
usia 15 bulan | belum bisa berjalan |
usia 2 tahun | belum bisa menaiki atau menuruni anak tangga |
usia 2 ½ tahun | belum bisa melompat dengan kedua kaki |
usia 3 tahun | belum bisa berdiri sesaat menggunakan 1 kaki |
usia 4 tahun | belum bisa melompat berpindah tempat |
usia 5 tahun | belum bisa berjalan pada garis lurus ke depan atau ke belakang, atau belum bisa berdiri menggunakan 1 kaki selama 5-10 detik |
Hal yang harus diwaspadai dalam memantau perkembangan motorik halus:
usia 3 ½ bulan | kedua tangan tetap dalam posisi mengepal |
usia 5 bulan | belum bisa memegang rattle (mainan bayi) |
usia 7 bulan | belum bisa memegang suatu obyek menggunakan masing-masing tangan |
usia 10-11 bulan | belum ada pincer grasp (memegang sesuatu menggunakan ibu jari dan telunjuk, biasanya untuk benda-benda kecil) |
usia 15 bulan | belum bisa memasukkan atau mengeluarkan sesuatu (seperti memasukkan sesuatu ke dalam gelas dan mengeluarkannya lagi) |
usia 20 bulan | belum bisa melepaskan kaos kakinya sendiri |
usia 2 tahun | belum bisa menyusun 5 balok ke atas, atau mencoret-coret |
usia 2 ½ tahun | belum bisa membalikkan 1 halaman buku |
usia 3 tahun | belum bisa menyusun 8 balok ke atas, atau menggambar 1 garis lurus |
usia 4 tahun | belum bisa menyusun 10 balok ke atas, atau meniru gambar lingkaran |
usia 4 ½ tahun | belum bisa meniru gambar segi empat |
usia 5 tahun | belum bisa meniru gambar garis silang (seperti tanda salib) |
Referensi:
- Preventive Pediatric Health Care Handbook, 3rd Edition, 2006. Philippines Pediatric Society.
- Blondis TA. Motor Disorders and Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Pediatr Clin North Am. 1999 Oct;46(5):899-913, vi-vii. Review.
- First LR, Palfrey JS. The Infant or Young Child with Developmental Delay. The New England Journal of Medicine 330:478-483. 1994.