[quote type=”center”]Rasa empati anak-anak di perkotaan lebih rendah daripada di daerah. Apa yang harus kita lakukan ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]rma merasa bahwa anaknya Rico, 10 tahun, cuek dan tak peka terhadap lingkungan. Rico lebih senang menghabiskan waktunya di depan komputer main games daripada bermain dengan temannya di komplek. Sebagai orang tua Irma tentunya cemas dengan anaknya kelak, ia merasa anaknya dingin dan tak punya rasa empati sama sekali.
Sikap seperti Rico sebenarnya jamak terjadi pada anak-anak di perkotaan. Menurut sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh sekelompok psikolog di Jakarta, menunjukkan bahwa rasa empati anak-anak di perkotaan lebih rendah daripada di daerah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
- Berbagai fasilitas kemudahan yang disediakan orang tua terhadap anaknya.
- Anak terbiasa bermain sendiri (solitaire) daripada dengan teman sebayanya.
- Anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer main games, play station atau TV.
Namun jangan cemas, nilai empati bisa kita kenalkan sejak kecil meski anak belum bisa bicara. Karena anak dianugerahi oleh Tuhan kemampuan observasi yang luar biasa. Ia akan mencontoh apa saja yang dilihat, didengar, maupun dirasakannya
Ajarkan sejak Kecil
Empati adalah sikap atau usaha untuk memahami perasaan atau keadaan orang lain tanpa ikut larut dan berusaha sebisa mungkin membantu menyelesaikan masalahnya.
Sejak kecil anak dibiasakan melihat dan merasakan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Orang tua, maupun pengasuh bertutur kata yang lembut, mengucapkan terima kasih bila mendapat sesuatu atau bantuan, dan mengucapkan maaf bila melakukan kesalahan adalah contoh-contoh perbuatan yang akan direkam dalam ‘memori’ anak.
Ajari nilai kebaikan dari hal-hal yang sederhana kemudian pada hal yang lebih rumit. Misalnya menyayangi ayah, ibu, kakak kemudian mulai dikembangkan ke teman, tetangga, binatang, dan tumbuhan.
Bawa ke Pengalaman si Kecil
Menurut Nisvie Valanto, Psi. psikolog perkembangan anak di sekolah Semut-semut, Jakarta, pengajaran empati yang paling efektif adalah dengan membawa perasaan anak ke dalam pengalaman yang pernah dialaminya. Misalnya ketika ada pengemis, ajak anak untuk ‘menyelami’ perasaan dan penderitaannya. Bagaimana kalau pengemis tak dapat uang, lapar, tak punya rumah, kehujanan hingga sakit. Anak akan muncul rasa kasihan, karena ia pernah mengalami sakit yang tak mengenakkan. Dengan demikian muncullah rasa empatinya.
Panggilan yang Tak Disukai si Kecil
Sekali-kali boleh memanggil si kecil dengan kelemahannya. Misal-nya panggil dia si cengeng. Anak tak suka dan merasa marah lalu menanyakan kenapa dia dipanggil dengan panggilan yang jelek. Saat seperti itu orang tua bisa mengajarkan alasan kenapa kita tak boleh mengolok-olok orang lain. Karena orang lain akan merasa marah, tak senang seperti si kecil ketika dipanggil cengeng. Dengan demikian anak diajak untuk merasakan perasaan orang lain betapa tidak enaknya dipanggil dengan julukan yang tak baik.
Kenalkan Kondisi yang Menggugah Empati
Bencana alam, BBM yang me-ngalami kenaik-an maupun puasa bisa digunakan sebagai pembelajaran. Terangkan apa yang terjadi bila bencana alam ini menimpa kita. Atau betapa beratnya dampak kenaikan BBM bagi orang miskin. Bisa juga puasa dijadikan contoh betapa laparnya orang yang tak bisa makan. keadaan-keadaan seperti ini dapat menggugah rasa empati si kecil.
Pengajaran empati kelak juga akan berguna buat anak. Anak akan bisa survival dalam keadaan apapun karena terbiasa merasakan keadaan (penderitaan) orang lain. Anak juga akan menjadi teman yang ‘mengasyikan’ buat kawan-kawannya bila empati telah ‘built in’ dalam dirinya.
Agar Si Kecil Berempati
- Niatkan sungguh-sungguh menumbuhkan sikap empati sejak dini. Meski anak belum bisa bicara, anda tetap bisa menanamkan sikap empati dengan memberinya contoh. Misalnya ketika sambil menggendong si kecil anda memperoleh sesuatu dari tetangga, ucapkan terima kasih dengan tulus. Anak akan merekam yang anda lakukan dalam memorinya.
- Orang tua harus menjadi contoh teladan (role model) bagi anak-anak. Karena anak belajar dari contoh yang dilihatnya sehari-hari. Kalau anda sering menunjukkan sikap empati, anak akan mencontohnya.
- Tanamkan kebiasaan berempati yang konsisten. Jangan anda sudah berusaha menanamkan sikap empati sementara pengasuhya tak mendukungnya. Anda perlu ‘kompak’ dengan pengasuh si kecil.
- Pergunakan media seperti buku cerita atau VCD yang mempunyai pesan moral. Karena anak usia dini lebih senang di stimulasi secara visual daripada hanya sekadar nasehat.
- Ajari anak melakukan ‘proyek’ empati. Misalnya ketika anda dan si kecil jalan-jalan di mal dan menemukan ada anak sebayanya yang tersesat minta anak untuk membantunya. Lihat reaksinya. Ini penting apakah pengajaran empati yang anda berikan selama ini dimengertinya. Namun jangan putus asa bila anak tak bereaksi atau tak mau. Kalau anak tak mau libatkan diri anda bersamanya untuk menolong anak tersebut.
Silahkan dicoba & semoga bermanfaat 😀