Tahi lalat atau andeng-andeng sering ditemukan pada kulit manusia normal. Istilah kedokterannya ialah nevus pigmentosus yang berasal dari bahasa Latin nævus, yang artinya ‘tanda lahir’.
Apakah tahi lalat itu?
Tahi lalat sebetulnya bisa dikategorikan kondisi alamiah, berupa penumpukan pigmen dalam kulit. Pigmen ini dihasilkan oleh sel penghasil pigmen yang disebut melanosit. Karena berasal dari pertumbuhan sel maka tahi lalat masuk kelompok tumor, dalam hal ini tumor jinak.
Seperti diketahui, kulit memiliki 3 lapisan, yang dari luar ke dalam terdiri atas lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan lemak subkutan (bawah kulit). Epidermis tersusun atas beberapa lapisan sel yang tumbuh, matang dan terus terdorong ke atas, untuk kemudian menjadi lapisan kulit mati yang akan terlepas sendiri, sebagai zat tanduk.
Melanosit terletak di lapisan paling dalam epidermis, tersebar merata dan merupakan satu sel diantara 10 sel basal lainnya. Namun kadang-kadang ada beberapa melanosit yang tumbuh berkumpul sebagai satu sarang. Kumpulan melanosit di satu tempat inilah yang disebut tahi lalat.
Tahi lalat ada beberapa jenis yang bisa dibedakan antara lain atas dasar letak sel dan saat munculnya. Lokasi sarang melanosit ini bisa di lapisan bawah epidermis, di dermis, maupun di perbatasan keduanya. Sedangkan berdasar saat munculnya, tahi lalat ada yang sudah muncul saat lahir sampai usia beberapa bulan dan disebut tahi lalat bawaan. Namun ada yang muncul belakangan, pada usia berapapun.
Apakah tahi lalat berbahaya?
Tahi lalat sebetulnya jinak dan tak berbahaya, hanya saja terkadang memang bisa berubah menjadi ganas. Tumor ganas atau kanker ada yang tak terlalu ganas, karena tidak bisa menyebar melalui darah, ada juga kanker yang sangat ganas. Ukuran kankernya mungkin saja kecil, tetapi anak sebar (metastasisnya) bisa ke mana-mana.
Masalahnya, keganasan yang berasal dari tahi lalat (disebut melanoma).merupakan salah satu contoh kanker yang amat ganas. Hal ini karena melanoma mampu bermetastasis baik melewati pembuluh limfe ataupun darah. Dan yang paling mengkhawatirkan karena kemoterapi ataupun penyinaran jarang berhasil.
Penyebab pasti melanoma memang belum diketahui secara pasti. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan ialah iritasi berulang pada tahi lalat.
Bagaimanakah ciri tahi lalat yang berbahaya?
Untuk memudahkan kita, Cancer Research Institute menyusun 4 kriteria yang bisa dijadikan patokan menilai tahi lalat berbahaya atau tidak yang disebut dengan aturan ABCD, yakni:
A – Asymmetry, artinya bila ditarik garis tengah, bentuk tahi lalat kedua sisi tidak simetris.
B – Border, bagian tepi/pinggiran yang tidak berbatas tegas
C – Colour, warna tahi lalat tidak merata, ada bagian yang lebih gelap/terang.
D – Dimension, biasanya ukuran lebih besar.
Apakah sebaiknya tahi lalat dibuang atau dibiarkan saja?
Setelah mengenal tahi lalat maka prinsipnya kita hanya perlu waspada. Hindari trauma pada tahi lalat misalnya trauma akibat garukan atau gesekan. Bila ada kecurigaan segera ke dokter.
Tahi lalat sebaiknya “dibuang” jika dicurigai terjadi suatu keganasan. Satu-satunya jalan untuk menghilangkan tahi lalat adalah dengan operasi.
Meski demikian, tak jarang seseorang minta tahi lalatnya diangkat hanya karena secara kosmetis tidak suka atau secara fengshui kurang bagus. Misalnya, tahi lalat di bawah mata dianggap petanda suka menangis. Tahi lalat di tengkuk dianggap petanda banyak beban.
Jadi kapan wajib segera ke dokter?
Sebaiknya kita segera berkonsultasi jika dijumpai adanya:
- Rasa gatal ataupun nyeri pada tahi lalat
- Perubahan warna (menjadi lebih gelap, pucat atau terang), sehingga warna tahi lalat jadi tidak merata.
- Ukurannya cepat membesar
- Pelebarannya tidak merata.
- Permukaan tidak rata
- Adanya luka.
- Tahi lalat sering berdarah walaupun hanya karena trauma ringan
Apa yang akan dilakukan dokter?
Bila ada kecurigaan, dokter akan melakukan pemastian diagnosis, yang disebut pemeriksaan biopsi. Tergantung ukurannya, mungkin akan dilakukan biopsi sekaligus pengangkatan pada seluruh atau hanya sebagian tahi lalat.
Referensi :
- Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 4. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2005.
- Moles. Diunduh dari http://www.faqs.org/health/topics/53/Moles.html.
- Swierzewski SJ. Moles (nevi) overview. Diunduh dari http://www.dermatologychannel.net /moles/index.shtml. Modifikasi terakhir 14 Sep 2010.