[pullquote]Masih ingat ungkapan “Pakai hitam, siapa takuuut ?” Menggambarkan betapa ketombe sangat mengganggu penampilan kita. Lalu, mengapa remaja rentan berketombe ?[/pullquote]
Sebetulnya, apa sih ketombe itu ?
Ketombe ialah istilah umum untuk menggambarkan adanya sisik akibat pengelupasan kulit mati di permukaan kulit kepala secara berlebihan. Terdapat beberapa istilah medis yang merujuk pada kemungkinan penyebabnya antara lain pitiriasis kapitis atau furfurasea. Namun, nama lazimnya yakni dermatitis seboroik.
Bedanya adalah ketombe ditandai dengan sisik-sisik halus berwarna putih tanpa tanda peradangan. Sedangkan eksim seboroik disertai reaksi peradangan (ditandai oleh kulit berwarna kemerahan) dengan sisik berwarna kekuningan dan agak ‘berminyak.’ Kerap pula disertai kelainan di alis, tepi hidung, telinga, dada, dan pusar. Keduanya bisa disertai keluhan gatal, yang pada beberapa individu amat mengganggu.
Apa sebabnya ?
Dermatitis seboroik disebabkan oleh peningkatan produksi sebum/ lemak pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang kaya akan kelenjar minyak. Memang penyebab pastinya belum diketahui. Terdapat tiga faktor yang berperan yakni aktivitas kelenjar minyak kulit, metabolisme mikroorganisme di kulit, dan faktor kecenderungan individu. Beberapa faktor turut berperan sebagai pemicu antara lain faktor genetik dan lingkungan, hormonal, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan lainnya.
Siapa saja yang bisa terkena ?
Tak hanya orang dewasa, tetapi bayi dan khususnya remaja bisa mengalami ketombe. Hal ini karena ketombe utamanya dipengaruhi aktivitas kelenjar minyak yang dipicu oleh hormon androgen. Saat bayi hormon androgen didapat melalui transfer dari ibu, saat bayi dalam kandungan. Kondisi ini memicu ketombe pada bayi (sering disebut ‘sarap’) yang lebih spesifik bentuk maupun penanganannya. Kadar hormon pada bayi akan habis di usia sekitar enam bulan, untuk kemudian muncul saat pubertas dan meningkat di usia remaja. Itu sebabnya ketombe amat jarang (dan kalaupun ada, umumnya ringan) pada fase anak.
Bagaimana solusinya ?
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi kelainan yang sering menimbulkan dampak psikologis (khususnya rasa malu, rendah diri) ini.
Secara umum, upaya tersebut berfungsi mengontrol tetapi bukan menyembuhkan. Cara kerjanya dengan membersihkan dan menghilangkan sisik, menghambat kolonisasi mikroorganisme, dan mengurangi peradangan serta keluhan gatal.
Sebagian kasus ketombe bisa teratasi dengan mencuci rambut secara teratur. Kalau perlu bersampo setiap hari, pilih mild-gentle shampoo.
Jika diperlukan sampo anti ketombe, perhatikan bahan aktifnya. Zat aktif yang biasa dipakai antara lain zinc pyrithione, tar, selenium sulfide, ketokonazol, dan lainnya. Kadang kita perlu uji coba, sampai menemukan bahan yang cocok. Umumnya pemakaian sampo cukup 2-3 kali per minggu. Jika setelah beberapa waktu, satu jenis sampo sudah tidak efektif lagi, coba sampo dengan bahan aktif lain. Saat bersampo, pastikan untuk memijat secara lembut kulit kepala dan biarkan sekitar 5 menit sebelum dibilas bersih. Tujuannya agar bahan aktif cukup waktu untuk bekerja. Bila keluhan menetap, segera hubungi dokter untuk kemungkinan diperlukan tambahan obat.
Tip
- Ketombe bisa dikontrol, meski perlu sabar dan telaten.
- Jaga kebersihan rambut. Pilih sampo yang tepat.
- Hidup teratur, asupan gizi yang sehat dan seimbang, serta cukup istirahat.
- Hindari stres, karena dapat memperberat keluhan.