[pullquote]Penyakit MERS tengah menjadi perbincangan hangat di tanah air. Bahkan menjadi pertimbangan orang urung pergi umroh. Apakah MERS memang sedemikian berbahayanya.[/pullquote]
Pada awal Mei 2014 media memberitakan satu jemaah umroh yang berasal dari Medan meninggal dunia yang diduga MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Selain itu beberapa jemaah yang diduga terserang MERS tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Tentu saja, ini membuat khalayak khawatir dengan penyakit MERS ini, khususnya bagi jemaah yang hendak umroh atau menunaikan ibadah haji.
Penyakit MERS disebabkan oleh Virus Corona yang mengakibatkan penyakit infeksi saluran napas atas dan saluran cerna. Saat virus ini menjangkiti manusia, MERS akan menimbulkan gejala mirip flu seperti batuk, pilek, dan demam.
Penyakit MERS ini pertama kali ditemukan tahun 2012 di Semenanjung Arab, terutama di Timur Tengah, sehingga disebut MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) ini menimbulkan sindroma pernapasan akut hingga kematian.
Apa itu MERS ?
- Virus MERS tergolong virus baru, terkait infeksinya kepada manusia dan pertama kali ditemukan pada tahun 2012.
- Virus MERS merupakan kelompok Coronavirus sehingga sering disebut dengan MERS-CoV.
- Dekat jenisnya dengan virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang pernah mewabah dari Hongkong dan daratan Cina, akan tetapi ini merupakan jenis yang baru.
- Sebaran kasus MERS : Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Oman, Yordania, Kuwait. Negara dengan kasus kiriman: Inggeris, Perancis, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Tunisia, Malaysia.
Kriteria CDC USA dan WHO
Pasien perlu dimasukkan dalam daftar investigasi bila memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Demam lebih dari atau sama dengan 38 derajat Celcius, disertai pneumonia atau sindrom distress pernapasan akut (berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologis)
Selain itu, gejala khas di atas juga disertai riwayat sebagai berikut:
- Melakukan perjalanan ke negara-negara di semenanjung Arab atau sekitarnya dalam 14 hari sebelum dimulainya gejala.
- Kontak erat dengan orang yang baru saja melakukan perjalanan ke semenanjung Arab atau sekitarnya dalam 14 hari terakhir yang sedang mengalami demam disertai gangguan pernapasan akut (tidak harus pneumonia)
- Merupakan anggota dari rombongan pasien yang mengalami gangguan pernapasan akut (misalnya demam disertai pneumonia yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dengan penyebab yang belum diketahui dimana MERS-CoV sedang dievaluasi dalam konsultasi dengan departemen kesehatan.
Kasus yang dianggap terkonfirmasi diagnosisnya bila pasien melakukan pemeriksaan laboratorium yang mendukung ke arah infeksi MERS-CoV. Saat ini pemeriksaan labroratorium di Indonesia hanya dapat dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI di Jl. Percetakan Negara Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan oleh Dinas Kesehatan dari RSCM.
Seseorang dianggap kemungkinan terserang MERS jika memiliki kontak erat dengan pasien yang dikonfirmasi menderita MERS-CoV.
Pemeriksaan yang dibutuhkan
Diagnosis apakah seseorang terkena MERS-CoV atau tidak adalah melalui sejumlah pemeriksaan, antara lain;
1. Sampel diambil dari saluran pernapasan bawah
- Cuci saluran paru atau cairan pleura
- Dahak
2. Sampel dari saluran pernapasan atas
- Apus tenggorokan dan hidung
- Bilasan/aspirasi tenggorokan/hidung
3. Pemeriksaan darah
4. Pemeriksaan tinja
Pengobatan yang dilakukan
- Penyakit yang disebabkan virus bersifat self-limiting alias dapat sembuh sendiri, dengan catatan pasien mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Mulai dari nutrisi, cairan dan menurunkan panas serta penanganan sesak napas.
- Hingga saat ini terapi yang dapat dilakukan bersifat suportif
- Berikan terapi suplementasi oksigen.
- Berikan cairan secara konservatif jika tidak ditemukan tanda-tanda syok.
Himbauan Depkes
Bagi masyarakat yang akan pergi untuk melaksanakan umroh atau akan berkunjung ke wilayah Jazirah Arab, Depkes RI mengeluarkan 7 anjuran kesehatan berikut:
1) Selalu lakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan makan bergizi, istirahat cukup, dan lain-lain.
2) Rajin dan sering mencuci tangan pakai sabuh (CTPS)
3) Sedapat mungkin gunakan masker bila sedang dalam kerumunan orang dan juga jika batuk.
4) Bagi calon jamaah yang mempunyai penyakit kronik (diabetes melitus, penyakit jantung paru kronik, gangguan ginjal atau penyakit kronik lain) perlu cek ke dokter sebelum pergi dan gunakan obat rutinnya secara teratur.
5) Bila selama di Arab ada keluhan batuk, demam dan sesak yang cepat memburuk (dalam 1-2 hari), segera konsultasi ke petugas kesehatan.
6) Bila dalam kurun waktu 14 hari sampai di tanah air mengalami keluhan batuk, demam, sesak napas yang cepat (dalam 1-2 hari) memburuk, maka segera konsultasi pada petugas kesehatan, dengan beritahu petugas kesehatan bahwa baru kembali dari Arab.
7) Karena situasi penyakit MERS-CoV ini mungkin saja berubah dari hari ke hari, maka bila memang memiliki rencana Umroh atau bepergian ke jazirah Arab agar selalu mengikuti berita akurat mutakhir tentang perkembangan MERS-CoV ini.
Situs Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengabarkan, sampai dengan tanggal 26 April 2014 terdapat 261 kasus konfirmasi dengan 93 kematian akibat virus MERS CoV. Hingga saat ini sudah 14 negara terjangkit. WHO juga telah meningkatkan kewaspadan terhadap MERS-CoV. Ini dilakukan menyusul adanya peningkatan kasus yang cukup tinggi selama 2 minggu terakhir ini. Khusus di Saudi Arabia dalam 2 pekan terdapat 138 kasus pada tanggal 11-26 April.
Meski hingga saat ini belum ada kasus suspek MERS-CoV di Indonesia yang positif, masyarakat dan Pemerintah perlu waspada karena di negara tetangga yaitu Malaysia dan Philipina sudah ditemukan kasus ini.