[pullquote]Ini adalah teknik terbaru dalam mengetahui kelainan yang terjadi pada janin, dengan risiko lebih minimal.[/pullquote]
Kekhawatiran akan adanya kelainan bawaan pada janin yang dikandung, kadang menghantui pasangan suami istri yang sedang menanti buah hatinya. Kemampuan untuk mendeteksi kelainan tersebut telah ada sejak 40 tahun yang lalu dengan ditemukannya teknik amniosentesis. Teknik ini mengambil sedikit cairan ketuban janin dengan jarum suntik melalui perut ibu, untuk kemudian diperiksakan apakah kromosomnya normal atau tidak.
Teknik amniosentesis kemudian dikembangkan dengan mengambil sebagian dari trofoblas (bagian dari plasenta/ ari-ari), sehingga deteksi bisa dilakukan lebih awal. Teknik tersebut dikenal sebagai CVS (chorionic villous sampling). Kedua teknik tergolong invasif, karena langsung mengambil sampel dari hasil konsepsinya. Risikonya dari yang ringan hanya berupa nyeri di tempat suntikan, sampai bisa terjadi keguguran atau malah kecacatan.
Namun demikian teknik ini memang dianjurkan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi. Di negara barat adanya tindakan skrining ini berhasil menurunkan kejadian bayi lahir dengan cacat bawaan. Tetapi ada juga ibu-ibu berisiko rendah yang ternyata mengandung bayi dengan cacat bawaan. Tentu saja pada ibu ibu berisiko rendah tersebut teknik invasif ini lebih banyak ruginya daripada keuntungannya. Untuk itulah dikembangkan teknik pemeriksaan yang tidak invasif. Kombinasi antara pemeriksaan darah ibu dan USG memberikan harapan untuk skrining pada kehamilan, namun sayangnya tetap tidak bisa melebihi teknik invasif di atas.
Ini teknik barunya
Download artikel lengkapnya di Majalah Anakku Digital :