[pullquote]Anak yang supel dan luwes dalam bersosialisasi tentu tidak terjadi dalam waktu sekejap. Sebagai orangtua tentu perlu mengajarkan agar anak mampu bersosialisasi sesuai tahapan perkembangannya.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]B[/dropcap]anyak orang mengira kemampuan sosialisasi anak hanya terbatas pada bermain bersama, padahal sebetulnya bukan hanya itu. Kemampuan bersosialisasi mencakup kemampuan komunikasi (kemampuan berbicara, mengungkapkan pendapat, mengerti isi pembicaraan orang lain), berempati kepada orang lain, mampu mengatur emosinya agar tak meledak-ledak, juga memotivasi orang lain, misalnya ketika teman tak mau bermain. Jangan lupakan keterampilan sosial seperti berbagi, mengantre, bergiliran, tersenyum, bersikap sopan, dan sebagainya.
Bayi pun bersosialisasi
Kalau Anda mengira bahwa kemampuan sosialisasi ini sama sekali tak kelihatan di waktu bayi, Anda keliru.
- Pada usia 6-7 bulan, bayi mengembangkan stranger anxiety, yaitu ketakutan pada orang yang jarang ditemuinya. Kalau sebelum usia tersebut bayi oke-oke saja digendong siapapun, di usia ini bayi cenderung pemilih karena menyadari bahwa ada orang yang dia kenal dan ada yang tidak, dan bayi cenderung menolak didekati orang-orang yang kurang dikenalnya, walaupun mungkin keluarga dekat.
- Kemampuan sosialisasi yang berkembang pada batita berbeda lagi. Anak mulai senang memperhatikan orang lain, walaupun masih terkesan malu-malu. Ada pula anak yang justru menolak bermain bersama, dan ini wajar aja. Batita kadang menolak untuk berbagi, karena belum terlalu paham konsep kepemilikan.
- Bagaimana dengan balita? Kita mengharapkan anak balita sudah lebih terbuka ketika bermain dengan teman lain. Bukan hanya memperhatikan, namun juga bisa saling bertukar mainan, atau bekerja sama dalam satu permainan. Anak mungkin masih jadi ‘anak bawang’ dalam suatu permainan kelompok, apalagi ketika bermain bersama anak-anak lebih besar. Namun anak sudah lebih bisa menikmati permainan kelompok tersebut.
Semakin besar, anak semakin luwes dalam bergaul. Mulai bisa memperkenalkan diri dan berkenalan dengan orang lain, bermain dalam kelompok, bekerja sama, saling menghibur, dan menunjukkan beragam kemampuan sosialisasi yang lain.
Tanpa sadar orangtua kerap menghambat
- Terlalu banyak kritik. Ketika anak mendapat banyak kritik, apalagi kalau kurang mendapat pujian, maka kepercayaan dirinya kurang terbentuk dan pada akhirnya cenderung minder dalam pergaulan.
- Lebih sering ‘mengurung’ anak di rumah, misalnya karena alasan keamanan karena rumah di pinggir jalan raya. Jika rumah Anda berpagar tinggi dan selalu tertutup, anak-anak tetangga cenderung malas bermain ke rumah.
- TV dan gadget yang dapat digunakan sepuasnya, membuat anak lebih suka bermain sendiri, kurang tertarik pada dunia nyata.
Yuk, benahi pola pengasuhan
Kabar baiknya, Anda masih bisa mengubah pola pengasuhan Anda, agar dapat mengoptimalkan kemampuan sosialisasinya. Apa yang bisa dilakukan?
- Bermain pura-pura, misalnya pura-pura bertamu. Anda juga bisa mengajak boneka-bonekanya ikut serta. Ketika bermain pura-pura, Anda dapat mengajarkan sopan santun tanpa memaksa.
- Perluas pengetahuan anak, misalnya dengan membacakan cerita, memperdengarkan lagu. Pada anak yang sudah lebih besar, ajak menonton ke bioskop, atau mengajaknya bermain tren permainan yang sedang dianggap penting oleh anak seusianya. Tak berarti Anda harus membelikan mainan tersebut, namun Anda bisa mengajak anak ikut bermain bersama teman yang memiliki mainan tersebut.
- Seringlah mengajak anak bertemu dengan orang lain, bisa keluarga, tetangga, teman-teman orangtua, ataupun teman-temannya sendiri.
- Undang anak-anak seusia anak kita ke rumah, atau bermain di tempat lain. Contoh, teman sekolah bisa diajak bermain di playground dekat rumah, atau tetangga-tetangga bisa bermain di rumah. Kalaupun tak ada teman seusia anak di sekitar rumah, coba carikan lingkungan pergaulan lain, misalnya ajak anak ketika orangtua reuni dengan teman-teman yang membawa anaknya.
- Ketika anak berkumpul dengan teman-temannya, ajak melakukan aktivitas yang dapat dilakukan bersama, misalnya playdough, melukis bersama di kertas raksasa, membuat sandwich, bermain petak umpet, saling membawa makanan dan bertukar bersama, dll.
- Batasi penggunaan gadget dan waktu menonton TV, walaupun anak merengek memintanya. Anak 2-6 tahun maksimal 1 jam, di atas 6 tahun maksimal 2 jam. Carikan aktivitas lain agar anak tak terlalu terikat pada TV dan gadget.
- Ketika anak punya masalah dengan temannya, jangan langsung melarangnya bermain. Tanyakan dulu permasalahannya, apa yang menurut anak perlu dilakukan, coba carikan solusi. Perkenalkan bahwa konflik dalam pergaulan adalah hal yang normal dan perlu diatasi agar membuat pergaulan lebih nyaman.
Banyak cara mengajak anak bersosialisasi. Ayo dicoba!
Pendiam atau kurang bersosialisasi?
Bagaimana membedakan anak kurang mampu sosialisasi dengan anak pendiam?
Anak pendiam | Anak kurang mampu sosialisasi |
Ketika bersama orang lain cenderung diam saja. | Ketika bersama orang lain, bisa pendiam atau cerewet, cenderung kurang sesuai dengan situasi. |
Cenderung tertarik memperhatikan orang lain, walaupun mungkin malu ketika ketahuan. | Lebih suka memperhatikan diri sendiri, atau hanya memperhatikan orang lain yang sangat menonjol. |
Tidak mengganggu orang lain, asyik beraktivitas sendiri. | Terkadang mengganggu orang lain, bahkan setelah diminta tak mengganggu. |
Ketika diajak bicara, mungkin hanya menjawab secara singkat, terlihat nyaman. | Anak mungkin menjawab singkat atau terlalu panjang, terlihat kurang nyaman bersama dengan lawan bicara. |
Anak cukup luwes dan santai menghadapi orang lain. | Terlihat canggung ketika bersama orang lain. |