[quote type=”center”]Ketika mendengar asisten rumah tangga Anda akan berlebaran di kampung, pasti sudah terbayang beratnya melakukan berbagai tugas rumah tangga Mengapa tidak berbagi dengan si kecil saja? Selain kerjaan beres, anak juga bisa belajar banyak hal.[/quote]
Ternyata sarat manfaat
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]J[/dropcap]ika Anda masih merasa anak terlalu kecil untuk dibebankan tugas domestik, mungkin memang tepat Anda membaca artikel ini. Ada banyak sekali manfaat yang diperoleh anak jika ia terlibat dalam pekerjaan rumah. Penelitian yang dilakukan oleh Marty Rossmann, seorang professor emeritus dalam hal pendidikan keluarga, memperlihatkan tentang hal tersebut.
Terlibatnya seorang anak dalam tugas rumah sejak usia dini akan membuahkan efek positif dalam kehidupannya kelak. Dengan melibatkan si kecil, orangtua justru mengenalkan arti pentingnya tanggung jawab, kompetensi diri, kemandirian (self-reliance), dan arti diri (self-worth) yang akan ia perankan semasa hidupnya.
Memperbesar kesuksesan si kecil di masa depan
Rossmann juga menjelaskan bahwa prediksi terbaik kesuksesan seseorang yang berada di usia 20-an ditentukan oleh sejauh mana ia berpartisipasi dalam tugas rumah pada usia 3 atau 4 tahun. Jadi, jika anak tidak memulai untuk terlibat dalam tugas domestik sampai usia 15-16 tahun, maka ia akan memiliki kesempatan sukses yang lebih rendah. Asumsi ini dibuat anak usia dini merupakan saat terbaik untuk dikenalkan dengan tanggung jawab.
Semakin dini orangtua mengajak anak untuk berperan aktif dalam tugas rumah, maka makin mudah ia untuk diajak bekerja sama ketika remaja. Hal tersebut juga membantu anak untuk belajar berempati. Lebih jauh lagi, tanggung jawab melakukan pengaturan urusan rumah tangga juga sering menjadi penyebab stres terbesar dalam pernikahan. Jika Anda mengajarinya sejak dini, berarti Anda sudah mewariskan modal hidup yang cukup bagi anak.
Sejauh mana pemberian tugasnya
Tentu saja, tugas yang diberikan pada si kecil perlu disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuannya. Tak perlu berlebihan dalam membebankan sebuah tugas. Hal yang harus dicatat adalah beri tugas yang sesuai dengan kemampuan yang ia perlu pelajari dan anak juga diajak berembuk mengenai macam tugas dan jadwal tugas tersebut dilakukan bersama keluarga. Misalnya dengan membuat sebuah jadwal tugas yang ditulis dan ditempel di ruang keluarga, dengan memisahkan tugas harian dan mingguan.
Contohnya, anak usia 2-3 tahun bisa diminta untuk membereskan mainan, memasukkan pakaian kotor ke keranjang, atau menumpuk buku dan majalah. Anak usia 4-5 tahun sudah dapat diminta untuk merapikan tempat tidurnya, membuang sampah ke tempat sampah di luar rumah atau membersihkan meja makan. Anak usia 6-7 tahun sudah cukup terampil untuk menyapu dan mengepel lantai, membantu memasak atau mencuci piring. Semakin besar, semakin banyak pula hal yang bisa ia lakukan.
Anak mandiri, tugas pun selesai dikerjakan. Walau demikian, Anda masih perlu mengawasi dan mengarahkan, ya. Selamat bebenah!
Ada Triknya Sendiri
Agar berjalan dengan sukses, lakukan hal-hal berikut.
- Beri instruksi yang spesifik. Daripada meminta anak, “Bereskan kamar, ya” lebih baik diperjelas dengan, “Ayo taruh piring kotor di bak cuci, ya.”
- Permudah dengan contoh. Pada awalnya, berilah ia contoh setahap demi setahap. Lalu, jika ia sudah mahir setelah Anda supervisi, maka ia sudah bisa melakukannya sendiri.
- Ingatkan kapan ia harus melakukannya. Lakukan teknik “kapan/lalu”. Misalnya, “Setelah memberi makan kucing, lalu kamu boleh bersiap makan malam”.
Yang Perlu Dihindari :
- Hindari harus sempurna. Alih-alih menuntut kesempurnaan, sebaiknya Anda justru melihat proses bagaimana si kecil melakukan tugasnya.
- Hindari merasa ia terlalu kecil. Anak Anda mungkin lebih mampu daripada yang Anda bayangkan. Si kecil bisa melakukan banyak sekali tugas rumah bahkan dari umur yang masih muda.
- Hindari pelit pujian. Tak perlu menunggu pekerjaan selesai ia lakukan. Puji dan motivasi ia saat masih melakukan tugasnya.
Hindari bersikap tidak konsisten. Jika semua anggota keluarga sudah menyetujui tugasnya masing-masing, maka semua harus menjalankannya secara konsisten. Jika tugas si kecil sering dikerjakan orang lain, maka ia baru mau mengerjakan saat tak ada lagi yang melakukan.