[pullquote]Ungkapan “Wajarlah manja, soalnya anak bungsu” atau “Jadi kakak harus jadi contoh dong” sepertinya akrab didengar. Benarkah demikian ?[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]O[/dropcap]rangtua, sering kali tanpa sadar memberikan tuntutan terlalu tinggi pada anak tertua mereka atau tidak mempercayai si bungsunya untuk mengerjakan sebuah tanggung jawab. Hal ini tentunya memberikan beban psikologis tertentu bagi anak-anak mereka. Dengarkan teori yang dipaparkan Alfred Adler.
Si Sulung
Sebagai anak pertama si sulung memiliki posisi istimewa. Kehadirannya dinanti jauh-jauh hari. Ketika lahir, ia mendapatkan perhatian penuh dari orangtua serta keluarga terdekatnya. Namun, sebagai anak pertama si sulung memiliki ‘beban’ karena orangtua menaruh harapan besar untuk selalu berhasil dan meraih prestasi. Namun tuntutan untuk selalu menjadi yang terbaik bisa membuat si sulung menjadi anak yang pencemas. Pada saat sang adik lahir, si sulung mendapat peran baru dan tuntutan tambahan dari orangtuanya. Ia diharapkan menjadi contoh yang baik, model bagi adik-adiknya.
Si Tengah
Si Tengah sering kali merasa dirinya tidak didengarkan atau diperhatikan sebagaimana si sulung ataupun si bungsu. Namun si tengah, sering kali tumbuh menjadi mediator ataupun penengah. Ia juga dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan bisa menjadi mediator yang baik.
Si Bungsu
Sering kali dimanjakan oleh orangtuanya. Ia dianggap tidak mampu mengemban tugas dan kepercayaan besar, dan pastinya ini bisa membuat si bungsu terjebak dalam kondisi tak pernah belajar bertanggung jawab. Menurut Adler, sikap terlalu memanjakan bisa membuat si bungsu menjadi ketergantungan, egoisme, serta tidak bertanggung jawab. Namun di sisi lain, si bungsu bisa jadi merasa frustasi atas sikap orangtua yang mengganggap dirinya seorang seorang bayi.
Si Tunggal
Anak tunggal mendapatkan posisi yang sangat istimewa dalam keluarga. Kelahirannya dinanti-nantikan dan ia mendapatkan seluruh perhatian orang tuanya sepanjang usianya. Menurut Adler (1964), anak tunggal bisa jadi memiliki karakteristik seperti anak sulung atau bungsu. Memiliki beban psikologis menjadi satu-satunya tumpuan harapan orangtua dan keharusan untuk meraih sukses sesuai impian orangtua.
Mendidik anak sebagai seorang Individu
Kimberley O’Brien, seorang psikolog anak di Quirky Kid Clinic mengatakan, orangtua sebaiknya tidak membeda-bedakan dalam mendidik anak.
Si Sulung |
|
Si Tengah |
|
Si Bungsu |
|
Si Tunggal |
|