[pullquote]Rambu-rambu penting apa yang perlu diperhatikan bila penderita asma hamil?[/pullquote]
Serangan asma ditandai dengan penyumbatan saluran napas, disertai mengi, batuk, dada terasa berat, dan sesak napas. Lantas, bagaimana bila penderita asma hamil? Apakah keluhan ini dapat mengusik janin dalam kandungan?
Ada dua jenis pengobatan asma, yaitu pengendali (jenis kortikosteroid inhalasi atau beta agonis kerja panjang) dan pelega (misalnya beta agonis kerja pendek). Pengendali asma adalah obat yang dipakai terus menerus untuk mencegah terjadinya serangan asma, sedangkan pelega adalah obat yang digunakan bila terjadi serangan asma. Pengendalian yang baik mencegah akibat buruk pada janin.
Sayangnya kepatuhan mengendalikan asma bukan hal yang mudah. Dari hasil penelitian dilaporkan wanita asma lebih sering mengurangi penggunan kortikosteroid inhalasi saat awal kehamilan dibandingkan pada trimester kedua kehamilan, mungkin karena takut efek obat terhadap janin. Penelitian lebih lanjut melaporkan serangan asma lebih sering terjadi pada mereka yang mengurangi penggunaan obat pengendali asma.
Saat persalinan adalah saat penting bagi ibu hamil pengidap asma karena seringkali mencetuskan serangan asma. Penggunaan obat-obatan asma, disertai dengan pemberian cairan dan penanggulangan nyeri dapat mencegah serangan asma. Umumnya persalinan normal tetap dapat dilakukan dengan pengontrolan asma yang baik. Seksio sesaria merupakan pilihan terakhir. Jadi, tetaplah optimis dalam menghadapi persalinan.
Kunci pengendalian asma selama kehamilan
- Menurut National Asthma Education Prevention Program lebih aman menggunakan obat-obatan asma daripada mengalami gejala dan kekambuhan asma selama kehamilan.
- Ibu hami dengan asma berat (asma persisten) perlu memonitor fungsi parunya secara teratur. USG dapat memantau pertumbuhan janin dan risiko lahir preterm. Pada usia kehamilan 32 minggu ke atas, USG dapat memantau aktivitas dan pertumbuhan janin, terutama dilakukan untuk ibu hamil dengan asma tidak terkontrol, asma sedang hingga barat dan setelah mengalami serangan asma berat.
- Hindari faktor pencetus asma (alergen).
- Bila ibu mengalami refluks gastroesofagus (dengan gejala rasa panas di dada terutama setelah makan akibat asam lambung naik), lakukan tindakan: tidur dengan posisi kepala lebih tinggi, makan dalam porsi sedikit tapi sering, hindari makan menjelang tidur, dan makanan yang asam, pedas, mengandung gas atau yang lambat dicerna (berlemak).
Menghindari alergen (zat pencetus asma)
- Bulu binatang: ungsikan binatang peliharaan dari dalam rumah dan pasang penyaring udara di kamar.
- Tungau debu rumah: bersihkan ruangan secara teratur, cuci sprei, gordin, secara rutin dan jaga kelembaban udara di ruangan. Hindari penggunaan karpet di dalam kamar.
- Jamur: rumah yang lembab kerap berjamur. Perbaiki kebocoran-kebocoran dan bersihkan sumber air yang menggenang.
- Asap rokok: Jauhi asap rokok, mintalah orang di sekitar untuk berhenti merokok. Hindari pula asap dari pembakaran, pewangi, atau cairan semprot lainnya.