[quote type=”center”]Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang terdapat pada tenggorokan (faring). Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh anak, setelah ‘warisan’ imunitas dari ibu sudah menghilang (sekitar 1 tahun usia anak).[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]ada saat anak berusia 1 tahun, dimana anak sudah berjalan dan semakin aktif, lingkungan bermainnya pun semakin luas sehingga kontak dengan banyak orang semakin membuatnya rentan tertular penyakit. Saat inilah tonsil dan adenoid menjadi organ imunitas utama melawan masuknya infeksi.
Tonsil dan adenoid tumbuh dan berfungsi optimal di usia 3-7 tahun, dan setelah itu fungsi dan ukurannya akan berkurang (mengecil) bahkan hampir hilang setelah usia anak 15-18 tahun. Setelah anak berusia 5 tahun, fungsi tonsil dan adenoid sebagai benteng pertahanan tubuh secara bertahap tergantikan dengan sistem imun tubuh anak yang lain.
Kuman yang ‘dimakan’ oleh tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang di sana dan menyebabkan infeksi amandel kronis dan berulang. Kondisi ini disebut dengan tonsillitis kronis. Kondisi ini menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja lebih keras dan memproduksi sel-sel imun lebih banyak, dan ukuran amandel membesar. Inilah yang sering menjadi penyebab anak demam dan batuk pilek.
Selain menjadi sumber infeksi, ukuran tonsil dan adenoid yang besar juga dapat menyebabkan sumbatan saluran napas bagian atas, khususnya hidung dan tenggorokan pada anak, terutama pada saat tidur. Sumbatan saluran napas ini disebut obstructive sleep apneu (OSA), yang dapat menyebabkan gangguan napas saat tidur pada anak. Anak dengan gangguan ini sering terbangun, mengorok, kualitas tidur buruk, kurang oksigen, dan mengompol.
Biasanya anak dengan gangguan OSA bangun dalam kondisi tidak segar, sehingga konsentrasi belajarnya pun buruk, karena mengantuk saat di sekolah. OSA dialami anak usia prasekolah (usia 2-6 tahun).
Bagaimana kita tahu bahwa anak menderita OSA? Amati sewaktu mereka tidur, bagaimana posisi anak, mengorok atau tidak, tanda-tanda henti napas, gelisah, seperti tercekik, sering terbangun, kadang disertai mengompol. Biasanya ketika pemeriksaan dokter akan mendapatkan ukuran amandel yang membesar sehingga rongga tenggorok kelihatan sempit. Bila perlu, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang seperti ronsen dan polisomnografi.
Akut atau kronis ?
A. Akut.
Bila bersifat akut, biasanya akan diberikan obat anti-infeksi. Bila diduga akibat bakteri, maka diberikan antibiotik, namun bila disebabkan oleh virus, cukup diberi obat penguat sistem imun. Ditambah dengan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang timbul, seperti demam, sakit kepala, batuk pilek, dan nyeri saat menelan.
B. Kronis
Bila infeksi berulang dan berlangsung lama (kronis), disertai ukuran tonsil dan adenoid yang sangat besar, sehngga meneybabkan sumbatan, maka biasanya dokter akan menyarankan untuk mengangkatnya. Operasi pengangkatan ini disebut dengan tonsilektomi dan adenoidektomi.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan indikasi operasi pengangkatan amandel. Apa saja?
- Pembesaran tonsil dan adenoid sudah menyebabkan OSA, gangguan tidur, gangguan bicara, bahkan mengganggu kerja jantung.
- Curiga adanya keganasan.
- Tonsilitis berulang (lebih dari 5 kali per tahun)
- Kejang demam disertai tonsillitis berulang.
- Halitosis (napas dan mulut berbau tidak sedap).