[pullquote]Perjalanan membelah barisan punungan Himalaya menyuguhkan lembah lembah dengan pemandangan salju abadi. Solang Valley salah satunya.[/pullquote]
Kami datang terlalu pagi di kota Manali. Berada di propinsi Himachal Pradesh, India. Suasana begitu sepi seperti tak ada tanda kehidupan. Ditambah lagi tamparan hawa dingin menusuk tulang. Beruntung salah satu penjual chai (teh) membuka lapaknya di ujung Mall road. Sambil nyruput chai kami berbincang hingga loket turis dibuka.
Lembah para dewa
Kota Manali adalah kota perbukitan yang berada di rantai pegunungan Himalaya. Bertengger di ketinggian 2.050 meter. Manali merupakan Kota kecil yang berpenduduk sekitar 8000 jiwa. Manali sendiri dikenal sebagai “Valley of the Gods”.
Waktu menunjukkan pukul 9, ketika salah satu petugas membuka pintu loket. Kami bergegas menyewa mobil menuju Solang Valley. Dengan merogoh kocek 1900 Rupees atau sekitar Rp450 ribu kami menyewa mobil seharian dengan kapasitas 6 orang.
Meski beranjak siang hari, jalanan masih sepi. Hanya terlihat beberapa mobil yang membawa turis. Mungkin karena hawa dingin, hingga para turis asyik dimanjakan dalam dekapan selimut. Seharusnya memang kami datang di puncak musim panas di India. Meski menggunakan jaket tebal dan syal di leher, tapi dinginnya udara memaksa saya menutup jendela mobil.
Sepanjang perjalanan, kami ditemani derasnya aliran sungai Vyas di sebelah kiri. Sungai Vyas yang jernih ini berasal dari glasier es dari puncak Himalaya. Di sebelah kanan, perbukitan hijau diselimuti pohon pinus menjulang. Beberapa vila dan hotel berbintang bertengger di perbukitan. Jauh di sana nampak serakan pegunungan berselimut salju.
Semakin lama jalanan semakin menanjak, meliuk dengan tikungan tajam. Beberapa ruas jalan diperlebar, sedikit berkerikil dengan jurang menganga. Para pekerja menghancurkan bebatuan berukuran jumbo di ujung tebing. Pemandangan berganti dengan hamparan rumah penduduk desa berteman perkebunan. Berlanjut dengan hutan pohon pinus menjulang. Pemandangan serupa menemani kami hingga Solang Valley.
Tempat ski populer di India
Berjarak 13 km dari pusat kota. Menempuh sekitar satu jam lamanya, kami sampai di Solang Valley. Membuka pintu mobil, udara bersih menyapa paru-paru. Mata ini disuguhi gugusan pegunungan Himalaya bertudung salju dari segala arah. Betapa indahnya perbukitan berselimut pohon pinus, berbaris tak teratur seolah berharmoni dengan alam.
Solang Valley populer dikenal sebagai snow point. Di musim dingin seluruh permukaan lembah diselimuti salju tebal, menjadikanya sebagai salah satu resort ski populer di India. Untuk bermain ski dari puncak lembah kita tak perlu repot mendaki. Tersedia ski lift dengan harga tiket 500 Rupees.
Di musim panas, bukit landai yang biasa digunakan bermain ski digunakan sebagai permainan zorbing. Dimana kita masuk ke dalam bola berukuran jumbo kemudian digelindingkan dari atas perbukitan. Meski membuat kepala pusing, tapi rasa serunya membuat para wisatawan antri untuk menikmati.
Selain zorbing, menunggang kuda membelah hutan pinus dan menuju ujung bukit pun sangat menyenangkan untuk dilakukan. Permainan paling seru dan menantang andrenalin yakni paragliding atau paralayang. Kita diajak melayang menikmati pemandangan spektakuler dari atap langit. Lekuk barisan Pegunungan Himalaya yang terkenal akan salju abadinya terlihat sejauh mata memandang.
Mendaki perbukitan dan berfoto ria
Ketika merasa lelah, kami pun dapat beristirahat di salah satu restoran yang buka di daerah ini. Saya duduk di dekat jendela, dengan kaca besar nan lebar menghadap ke arah lembah. Seolah menyaksikan layar tancap dengan suguhan pemandangan alam yang spektakuler.
Selain restoran, di sepanjang tempat parkir berjajar pula warung sederhana. Menjual omelet, jagung bakar, mie rebus dan pakora (sejenis gorengan dari potongan bawang bombay yang terasa gurih).
Selanjutnya, saya bersantai mendaki perbukitan yang landai di sekitar lembah dan membingkai pesonanya dalam lensa kamera. Banyak air terjun yang deras menyelinap di antara celah bebatuan. Dari atas bukit, liukkan sungai Vyas yang membelah bukit nampak seperti ular.
Puas memanjakan mata, kami bergegas kembali. Meski waktu menunjukkan pukul 16.00 dan suasana masih terang benderang. Di musim panas, matahari tenggelam lebih lama. Kelelahan, kami pun tertidur di dalam mobil.
Matahari menoreh warna jingga di balik perbukitan ketika supir membangunkan kami. Terdengar suara riuh keramaian dan kemacetan. Terlihat daerah Mall Road yang dipenuhi deretan pertokoan menjual aneka suvenir khas Manali dan lalu lalang para wisatawan yang mencari buah tangan.
Yang paling menarik hati adalah jajaran pedagang buah stroberi dan ceri. Murah, hanya 100 Rupees perkilo. Sambil menikmati buah segar yang manis dan juicy ini, kami berjalan menuju hotel tempat menginap.
Setelah membersihkan diri dan menikmati makam malam di salah satu restoran halal di Mall Road, kami berjalan-jalan di sekitar tempat ini. Suasana yang ditemukan begitu berbeda. Di pagi hari yang sepi berubah menjadi lautan manusia dengan gemerlap lampu. Sunggu perjalanan yang tak terlupakan.