[quote type=”center”]Duh, gambaran mengenai deretan gigi susu mungil nan putih yang berjejer rapi menjadi buyar ketika mendapati gigi si kecil ternyata tak beraturan. Rasanya, rongga mulutnya teramat kecil untuk menampung sedemikian banyak gigi hingga tak mampu berbaris rapi.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]iasanya anak usia 7-11 tahun yang berada pada periode gigi campuran rawan untuk mengalami gigi berjejal atau tidak teratur (crowded). Apa penyebabnya? Tentu saja faktor yang menjadi pencetusnya bermacam-macam.
Genetik
Faktor turunan berkontribusi akan munculnya kemungkinan anak dengan gigi berjejal. Misalnya, kombinasi genetik dari ayah yang memiliki gigi ukuran besar dan Ibu berahang kecil akan menjadikan si anak cenderung memiliki kemungkinan giginya menjadi berjejalan karena gigi besar yang tak memliki cukup ruang untuk bisa berbaris rapi.
Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti mengisap jari, memakai dot menjelang tidur, bernapas melalui mulut, menggigit-gigit bibir atau benda lainnya juga akan memicu pertumbuhan rahang menyempit sehingga gigi-gigi yang tumbuh tidak mendapat tempat pada lengkung gigi yang seharusnya.
Tanggal lebih cepat
Tak hanya itu, ternyata gigi susu yang tanggal (lepas) sebelum waktunya yang disebabkan kecelakaan atau pencabutan gigi berlubang juga dapat berkontribusi dalam menyebabkan gigi berjejal. Tanggalnya gigi susu tersebut akan membuat rahang menjadi lebih ‘sempit’ sehingga ruang tumbuh gigi lebih kecil dan gigi pun bertumpuk.
Gigi susu yang ‘betah’
Jika gigi susu yang ada tak kunjung ‘goyang’ dan menandakan akan copot sementara gigi tetap sudah tumbuh dan mendesak keluar, hal ini dapat menyebabkan gigi tetap tumbuh namun tidak pada lengkung gigi. Dan pada akhirnya gigi jadi tidak rapi.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh orangtua? Sebenarnya, posisi gigi yang tidak teratur ini dapat dicegah sejak anak usia 3 tahun. Langkah utamanya adalah pembiasaan untuk mengingatkan si kecil menyikat gigi dua kali sehari yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur. Hal ini merupakan ‘investasi’ penting supaya anak peduli dengan kebersihan giginya.
Gigi yang bersih mencegah kemungkinan gigi anak jadi berlubang. Namun pembiasaan menjaga kebersihan gigi ini sebaiknya sudah dimulai sejak anak belum tumbuh gigi. Saat ia masih bayi, ibu dapat menggunakan kasa steril yang dicelup air hangat atau sikat gigi jari untuk membersihkan lidah dan gusi. Supaya sisa ASI dan MPASI yang melekat bisa hilang. Hal ini akan membuat anak terbiasa menjaga kebersihan giginya saat sudah besar nanti.
Langkah selanjutnya dari perawatan gigi anak sejak dini adalah dengan mengajak anak-anak menemui dokter gigi 3 bulan atau paling lambat 6 bulan sekali. Hal ini sangat penting untuk mengetahui apakah giginya ada yang perlu ditambal atau ada gigi susu yang harus dicabut, bahkan jika ada kemungkinan gigi anak perlu dibuatkan kawat (braces).
Nah, jika dokter merasa ruang untuk tumbuh gigi tetap pada anak Anda kurang luas, maka dokter akan membuat kawat gigi yang disebut space maintainer. Adapun jika ruang tumbuh gigi tetap sudah baik maka dokter akan menyarankan untuk membuatkan anak kawat gigi yang disebut space regainer.
Jika sudah terlanjur berjejalan, apa yang bisa dilakukan? Tak perlu khawatir, kondisi ini bisa diperbaiki dengan memasangkan behel dalam waktu tertentu sesuai dengan kondisi masing-masing anak. Jadi, gigi berjejal tak lagi merupakan mimpi buruk karena teknologi sudah sangat maju.