[pullquote]Masalah memang selalu ada, dan seringkali kita butuh ‘menumpahkan’ isi hati agar isi kepala kita lebih ringan. Tapi, sudahkah Anda menemukan tempat curhat yang tepat ?[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]R[/dropcap]asanya belum plong kalau belum mengeluarkan isi hati atau yang lebih dikenal dengan istilah curhat (curahan hati). Begitulah Vira (27) ibu satu anak, pegawai sebuah bank swasta di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. “Pokoknya segala ganjalan di hati perlu dikeluarkan, biar plong. Kalau perlu kita dapat pencerahan dari teman curhat kita,” tutur Vira.
Apa yang dilakukan Vira, ternyata juga dilakukan oleh kebanyakan kaum hawa. Kalau belum mencurahkan masalahnya rasanya belum lega. Ini sebenarnya sesuatu yang wajar mengingat bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kecenderungan perempuan suka curhat karena pola interaksi perempuan yang memang suka face-to-face.
Tidak seperti laki-laki yang lebih suka berkompetisi, bekerja bareng dan melakukan hobi bareng. Perempuan lebih suka aktivitas yang sifatnya personal termasuk curhat. Bahkan terkadang seseorang tidak membutuhkan saran, ia hanya membutuhkan pendengar.
Rahasia Anda pun berpindah
Ya, ketika kita curhat pada seseorang, maka penggalan kisah hidup kita telah menjadi milik orang lain. Kita tidak lagi memiliki hak sepenuhnya atas penggalan kisah tersebut. Ibarat kita melepaskan seekor burung, lalu kita tidak tahu nasib dan masa depannya.
Kita memang dapat bercerita apa saja pada teman atau saudara kita, tapi sebaiknya harus kita perhatikan siapa saja orang yang kita percaya untuk berbagi cerita. Orang tersebut yang benar-benar dipercaya. Selain itu, orang tersebut juga dapat memberi masukan yang positif. Jika di keseharian Anda tidak menemukan orang yang tepat, lebih baik Anda menuliskannya di buku harian, blog, atau media sosial lainnya. Tentunya dengan cara bertutur yang sopan dan tetap menjaga kehormatan diri.
Dilarang sembarang curhat!
Curhat boleh-boleh saja, namun tetap ada area yang harus dipertahankan. Berikut beberapa hal yang mesti Anda perhatikan.
- Menjaga area pribadi. Tak semua tentang Anda layak diketahui orang lain. Ada beberapa hal yang sifatnya hanya untuk pribadi. Misal, hal-hal yang membuat Anda merasa inferior, fobia yang jika diungkapkan akan menjadi titik kelemahan Anda di kelak kemudian hari, kondisi rumah tangga yang sangat dalam yang jika diketahui orang dapat mempengaruhi pandangan orang terhadap suami. Itu semua sebaiknya tak diungkapkan dalam curhat Anda karena berisiko terhadap kredibilitas keluarga dan juga pribadi Anda.
- Tentukan topik. Setiap orang menganut nilai-nilai berbeda. Ada orang yang mudah mengumbar sekecil apapun hal yang terjadi pada dirinya, ada pula yang tidak. Cermatlah dalam menganalisa. Memilah topik tertentu juga perlu dilakukan. Misalnya; menceritakan soal keuangan apalagi hutang kepada rekan kerja.
- Hindari membongkar “rahasia dapur.” Jangan sesekali membicarakan rahasia rumah tangga Anda dan pasangan. Ingat, ini adalah hal yang sangat intim dan tak layak menjadi santapan umum. Tetaplah berpegang pada prinsip agar tak kebablasan. Catatan pentingnya lagi, hindari curhat dengan teman yang berbeda jenis.
- Konteks seimbang . Membuka diri boleh-boleh saja dilakukan. Tapi mencoba lebih dekat dengan rekan lewat curhat sebaiknya secukupnya saja. Hanya sejauh lawan bicara membuka diri tentang dirinya. Misal, jika lawan bicara bercerita tentang suami, Anda boleh bercerita tentang suami “sewajarnya.”
- Orang yang tepat. Sebaiknya pilih seseorang yang tepat untuk curhat. Misal, kalau curhat tentang kesulitan pekerjaan Anda bisa melakukannya dengan partner kerja. Jangan curhat soal atasan dengan rekan kerja atau orang-orang di kantor.
- Sisihkan dulu emosi. Pastikan saat curhat, Anda tidak dalam situasi emosi yang buruk. Dalam beberapa hal, emosi Anda hanya boleh dikeluarkan sendiri. Usahakan kepala dingin dulu.
1. Tidak akan pernah mandiri
Sebaiknya jangan terlalu sering curhat, karena bisa jadi akan membuat Anda tidak mandiri. Coba berdiam diri dulu, berpikir dengan jernih. Sebenarnya Anda bisa menyelesaikan sendiri tanpa perlu bergantung pada orang lain.
2. Masalah kecil malah bisa jadi besar
Jangan-jangan seseorang yang Anda ajak curhat malah sering mengompor-ngompori, sehingga masalah bukannya jadi cepat selesai tapi menjadi lebih pelik.
3. Pendapat tidak objektif
Terkadang suatu permasalahan timbul akibat kesalahan pasangan, tapi saat Anda curhat, teman malah menyalahkan Anda. Tiap orang memiliki pandangan sendiri terhadap suatu permasalahan, jadi jangan kaget jika ada suatu pendapat yang tidak objektif.
4. Bisa mendapat saran yang buruk
Jika Anda curhat pada orang yang salah, Anda bisa mendapat saran yang buruk sehingga makin memperkeruh masalah.
5. Bisa merubah pandangan soal pasangan
Saran-saran yang didapat dari orang lain kadang bisa membuat Anda berubah pikiran soal pasangan. Bisa lebih baik atau lebih buruk.
6. Membuka aib
Hati-hati dalam menceritakan masalah rumah tangga Anda. Bedakan mana yang bisa dibagi dan mana yang menjadi rahasia pribadi. Jangan sampai masalah pribadi Anda justru menjadi bahan gunjingan orang lain.
Menjaga rahasia orang yang curhat.