Demam bak tamu yang tak diundang, bayi dan anak-anak menjadi sasarannya. Daripada kawatir yang berlebihan, lebih baik ketahui bagaimana cara menghadapi demam.
Demam merupakan pertanda tubuh sedang berperang melawan infeksi, entah infeksi bakteri atau virus. Begitu ada infeksi, pengatur suhu tubuh yang ada di dalam otka menaikkan setting suhu tubuh, untuk menghambat masuknya infeksi tersebut. Namun, karena suhu tubuh meningkat, anak pun menjadi tidak nyaman, keinginan untuk makan, minum, tidur, dan bermain pun terganggu.
Obat Penurun Demam
Untuk mengatasi hal ni, solusinya adalah memberikan obat penurun demam, yang dapat menurunkan suhu tubuh tanpa mengganggu kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Obat-obatan ini, memberi sinyal kepada otak untuk menurunkan setting suhu tubuh, meski tidak berarti harus segera turun ke suhu normalnya. Setelah suhu tubuh menurun, anak pun akan lebih merasa nyaman, sehingga ia pun mau makan, minum, dan tidur.
Asetaminofen atau parasetamol merupakan obat yang bersifat analgesik (meredakan sakit) serta antipiretik (menurunkan demam), yang paling umum digunakan untuk menurunkan demam anak. Obat ini aman bagi anak dan tidak mengakibatkan efek samping yang berbeda seperti yang terjadi pada orangtua.
Asetaminofen tidak menyebabkan gangguan lambung, namun pada dosis yang besar, sekitar 15 kali dosis yang direkomendasikan dapat menyebabkan kerusakan organ hati dan ginjal. Mungkin itu sebabnya asetaminofen untuk bayi dan anak-anak dijual dalam kemasan kecil. Umumnya obat flu dan batuk juga mengandung asetaminofen, sehingga perlu mengecek pemakaian obat-obat ini sebelum mengonsumsi obat demam agar tidak overdosis.
Jika demam tidak turun dalam 1 jam setelah pemberian asetaminofen, Anda bisa menggantinya dengan obat yang berbahan aktif berbeda, misalnya ibuprofen. Asetaminofen dan ibuprofen mempunyai struktur kimia dan efek samping yang berbeda. Namun keduanya sama-sama efektif dalam meredakan rasa sakit maupun demam.
Asetaminofen, Ibuprofen, atau Aspirin?
Selama beberapa tahun, asetaminofen digunakan sebagai pilihan pertama untuk menggantikan aspirin dalam meredakan rasa sakit. Lalu sekitar 10 tahun yang lalu, ibuprofen dalam bentuk sirup mulai diperkenalkan dan dijual bebas, dan banyak dokter anak mulai merekomendasikan penggunaannya karena daya penurun demam yang lebih kuat dan efeknya lebih lama. Satu-satunya kekurangan ibuprofen ini adalah bisa mengiritasi lambung, meski ini jarang terjadi pada anak. Oleh karena itu, ibuprofen diberikan sesudah makan.
Sebenarnya masih ada obat penurun panas yang juga sama efektifnya, yakni aspirin atau asetil salisilat. Selain dapat menurunkan demam dan mengurangi rasa sakit, aspirin juga dapat mengurangi pembengkakan sendi akibat artritis, dan mengencerkan darah. Namun, dari berbagai kepustakaan, anak-anak dan remaja tidak boleh minum aspirin atau obat lain yang mengandung salisilat. Apalagi jika demam itu akibat cacar air atau flu, atau anak sedang dalam masa pemulihan akibat terkena kedua penyakit ini. Aspirin membuat anak lebih rentan terkena Reye’s Syndromme, gangguan yang jarang terjadi namun bisa menyebabkan kematian.
Jadi, Anda dapat memberikan obat demam yang berbahan aktif asetaminofen atau ibuprofen. Namun, konsultasikanlah ke dokter bila Anda tidak yakin. Paling penting, baca label obatnya, dan beri dosis yang tepat pada jangka waktu yang tepat. Jangan memberikan obat demam lebih dari yang dianjurkan.
Tips Memberi Obat yang Tepat
- Anda dapat memberikan asetaminofen setiap 4 jam sekali dan ibuprofen setiap 6 jam sekali.
- Anak dibawah 12 tahun, tidak boleh mengonsumsi asetaminofen lebih dari 5 kali dalam sehari. Sedangkan anak dibawah usia 2 tahun, tidak boleh diberi obat bebas apapun, tanpa izin dokter.
- Meskipun demam merupakan proses tumbuh kembang, orangtua harus tetap tahu kapan mesti menghubungi dokter. Untuk bayi dibawah 3 bulan, hubungi dokter jika suhu tubuhnya diatas 38 derajat Celsius.
- Untuk bayi berusia 3 – 6 bulan, hubungi dokter jika suhu tubuh anak di atas 38,3 derajat Celsius.
- Untuk bayi diatas 6 bulan, segera hubungi dokter jika suhu tubuhnya diatas 40 derajat Celsius.
Referensi:
- John CC, Gilsdori JR. Recurrent fever in children. Pediatr Infect Dis J 2002;21:07-80
- American College of Emergency Physicians Clinical Policies Commitee. Clinical policy for children younger than three years presenting to the emergency department with fever. Ann Emerg Med 2003;42:530-45