[quote type=”center”]Bermain adalah kegiatan bebas anak yang didasari motivasi intrinsik, bersifat fleksibel, melibatkan emosi positif, imaginasi, tetapi tidak terfokus untuk mendapatkan hasil tertentu. [/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]ermain memiliki beberapa manfaat yang terkait dengan aspek-aspek perkembangan anak, yaitu :
- Memberikan kesempatan pada anak untuk melatih kemampuan fisik motoriknya, terutama bila kegiatan bermain yang dilakukan melibatkan kombinasi gerakkan motorik kasar dan halus.
- Sebagai kesempatan untuk dapat melatih kemampuan komunikasi-interaksinya serta mempelajari nilai-nilai sosial dan nilai budaya yang ada di sekitarnya.
- Melalui bermain anak akan mendapatkan komentar-komentar tentang dirinya yang dapat ia gunakan sebagai salah satu dasar pembentukan konsep diri yang ia punya.
- Melalui bermain anak dapat mempelajari konsep, pengetahuan dan keterampilan yang belum ia kuasai.
- Beberapa aktivitas bermain yang melibatkan koordinasi gerakkan tubuh yang komplek seperti bermain sepak bola atau bermain sepeda dapat membantu mengaktifkan syaraf-syaraf penerimaan informasi dalam otak.
Lalu apakah ada manfaat yang akan kita peroleh bila kita bermain bersama anak kita?
- Memberikan kesempatan bagi kita untuk lebih mendalami karakteristik anak
- Memberikan kesempatan bagi kita untuk berlatih berkomunikasi secara verbal atau non-verbal dengan anak dalam situasi yang anak nilai menyenangkan
- Melatih sensitifitas kita sebagai orang dewasa untuk memahami alur berpikir anak kita
- Tentu saja, menjadi sarana relaksasi setelah lelah bekerja.
Apa yang mesti dipahami oleh orangtua?
1. Tahapan perkembangan bermain anak
Pernahkah memperhatikan anak Anda bermain? Coba amati dan bandingkan perilakunya dengan perilaku anak lain yang sebaya. Perbedaan karakteristik perilaku bermain merupakan indikator tahapan bermain yang sedang dijalani anak.
Berdasarkan perkembangan kognitif anak maka berikut adalah tahapan-tahapan permainan yang diajukan Jean Piaget:
a. Sensory motor play
Di awal kehidupannya anak sudah menampilkan beberapa gerakan yang melibatkan satu atau lebih anggota tubuhnya untuk mendapatkan kepuasan sensoris. Misalnya ketika ia menoleh ke kiri dan kanan melihat orangtuanya dan melempar senyum. Bila Anda pernah melihat si kecil yang berusia 3-6 bulan melakukannya, maka Anda baru saja melihatnya bermain.
b. Symbolic play
Ditandai dengan keterlibatan anak pada aktivitas yang memerlukan kemampuan imaginasi atau berpura-pura. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kemampuan kognitifnya (represntasi mental) sedang berkembang. Terjadi pada anak usia 2-7 tahun.
c. Social games with rules
Tahap ini biasanya dilalui oleh anak usia 8-11 tahun yang telah memiliki kemampuan kognitif lebih baik untuk memahami aturan sosial dan aturan-aturan yang diberlakukan dalam sebuah permainan tertentu.
d. Games with rules and sport
Pada tahap ini tujuan untuk mendapatkan kesenangan akan berkurang karena anak sudah mulai mengenal tujuan lain selain kesenangan dalam bermain, salah satunya adalah tujuan untuk menjadi yang terbaik. Tipe permainan yang dipih adalah permainan dengan aturan dan ada tujuan kemenangan, salah satu contohnya adalah bermain sepak bola.
Pada tahapan manakah anak kita berada dari sisi perkembangan psikososialnya? Berikut adalah rumusan Mildred Parten terkait perkembangan psikososial anak.
e. Unoccupied play
Pada tahapan ini anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian sekitar yang menarik perhatiannya.
f. Solitary play
Sifat egosentris pada anak mulai muncul. Anak sibuk bermain sendiri dan terkesan tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya. Bila ingin terlibat, cobalah untuk menarik perhatiannya terlebih dahulu.
g. Onlooker play
Anak akan mengamati kegiatan bermain anak lain. Minat terhadap teman-teman di sekitarnya dan permainan yang teman lain mainkan mulai muncul.
h. Paralel play
Mulai mendekati teman mainnya dan bermain bersama. Namun sebenarnya mereka hanya bermain berdekatan dengan minat penuh pada mainan mereka masing-masing.
i. Assosiative play
Proses tukar menukar dan pinjam meminjam mainan. Interaksi dua arah dengan teman bermainnya mulai terlihat. Namun proses kerjasama belum muncul.
j. Cooperative play
Kerjasama mulai muncul. Pembagian peran saat proses bermain pun menjadi salah satu ciri yang khas pada tahap ini.
Baca kelanjutannya di Bermain Bersama #2