[quote type=”center”]Pernah anda melihat anak dengan kelumpuhan separuh wajah ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]enyum menjadi miring, mata tidak bisa membuka sebelah, kulit baal dan pengecapan terganggu. Bell’s palsy merupakan kelumpuhan saraf wajah yang hanya mengenai separuh wajah, kiri ataupun kanan. Penyakit ini muncul mendadak sehingga terlihat seperti pada serangan stroke. Bell’s palsy dapat terjadi pada anak dan dewasa namun lebih sering pada dewasa.
Saraf wajah bertanggung jawab terhadap pergerakan dan rasa otot wajah mulai dari dahi, kelopak mata, pipi, dan mulut; pengeluaran air mata dan liur; serta pengecapan lidah. Kelumpuhan saraf ini menyebabkan gangguan pada fungsi-fungsi tersebut.
Kelumpuhan saraf wajah pada Bell’s palsy belum diketahui penyebabnya. Sebagian disebabkan oleh infeksi virus seperti virus Herpes Simpleks dan Varicella Zoster. Peradangan pada saraf akibat infeksi virus menyebabkan saraf yang berjalan dalam terowongan di dalam tulang ini menjadi bengkak dan terjepit dalam terowongan tersebut.
Pengobatan pada Bell’s palsy masih kontroversi. Tanpa pengobatan pun, angka kesembuhan Bell’s palsy cukup tinggi. Dalam 2 minggu sampai 6 bulan, 93% anak akan sembuh total. Semakin muda usia anak, semakin tinggi angka kesembuhannya. Bila tidak sembuh juga, dokter akan memberikan terapi dan rehabilitasi seperti pijat, latihan otot dan stimulasi listrik.
Hal yang perlu diperhatikan adalah fungsi kelopak mata. Umumnya mata tidak dapat menutup sempurna selama sakit. Hal ini dapat menyebabkan mata kering dan terjadi luka pada kornea mata. Untuk menghindari hal tersebut, bantu menutup mata pada malam hari dengan perekat kulit yang biasa dijual di apotik. Beri juga tetes mata buatan agar mata tidak kering. Pada siang hari gunakan kacamata agar terhindar dari debu.
Bila anak anda mengalami kelumpuhan separuh wajah, konsultasikan dengan dokter karena mungkin saja kelumpuhan tersebut bukan Bell’s palsy biasa melainkan ada penyakit lain yang mendasarinya.
Sumber:
- Lumbantobing SM. Neurologi klinik: pemeriksaanfisikdan mental. Jakarta: FakultasKedokteranUniversitas Indonesia. 2007. h: 55-60.
- Bell palsy. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. 2007. Electronic version.
- Cha CI, Hong CK, Park MS, Yeo SG. Comparison of facial nerve paralysis in adults and children. Yonsei Med J 49(5):725 – 734, 2008.
4. Finsterer J. Management of peripheral facial nerve palsy. Eur Arch Otorhinolaryngol (2008) 265:743–752
No Comments
waduh..???!!! kok serem ya???? 🙁 thanks infonya….
saat usia 14-15 th sy pernah mengalami hal ini. tp tidak sampai parah sekali hingga tidak bisa memejamkan mata maupun tidak bisa makan krn mulut jg tidak menutup sempurna. waktu itu sy diberi obat2an yg sy tidak tau apa, dan alhamdulilah, kuranglebih 1-2 minggu kmdn sy normal kembali. sy tanyakan kpd tenaga medis yg memberi obat pd sy waktu itu, tp beliau jg tidak bisa menjelaskan apa2.
keponakan saya saat ini sedang mengalami klumpuhan sebelah kanan pada wajahnya.usiany baru 3th saat ini domter menyarankan untuk mengikuti terapi.
Sekarang sudah sembuh blm mbak? Mesti kedokter saraf spesialis kah?