Apa cita-citamu?
Dokter, insinyur, pelukis, atau guru?
Pertanyaan diatas
bukanlah sekadar wacana atau bunga bibir semata. Sejak balita, kepada si kecil,
sebaiknya sudah Anda tanyakan cita-citanya, dan tentu saja bagaimana ia meraih
cita-cita tersebut. Lewat mendongeng, orangtua dapat mengajak si kecil mengerti
tentang makna sebuah cita-cita, apa tujuannya, serta upaya keras untuk
mencapainya.
Bagaimana Mendorong
dan Meningkatkan Cita-cita?
Cita-cita boleh
setinggi langit (think big) namun harus dimulai dengan sesuatu yang nyata dan
bisa dilakukan (start small), dan harus dimulai sekarang (start now).
Dorong anak dengan
memberinya pujian. Perhatikan: yang didorong adalah usahanya bukan hasilnya.
Biarkan anak melakukan sesuatu secara mandiri, misalnya saat dia sedang
mengambil nasi sendiri. Biarkan saja, beri dia semangat, walau nantinya tumpah.
Jangan buru-buru menolongnya dengan alasan agar cepat dan bersih.
Kaitkan cita-citanya
dengan kegiatan sehari-hari. Misalnya “kalau mau jadi dokter, harus rajin
menolong orang. Tugas dokter kan menolong orang.”
Biarkan Anak
Berimajinasi
Balita belum tahu
banyak tentang dunia masa depan. Orangtua boleh saja mengajarkan cita-cita yang
stereotip, tetapi jangan bertahan apalagi mengharuskan anak hanya berpedoman
pada cita-cita tersebut.
Biarkan anak
berfantasi, misalnya jadi ratu atau raja. Kalau kita ingain gagasan yang
cemerlang, biarkan anak menumpahkan seluruh gagasannya ke luar (konsep
“keranjang sampah”). Yang penting dicatat oleh orangtua adalah, latih anak
untuk berpikir kreatif (fleksibel dan alternatif), sehingga jika kelak
menghadapi realita yang tidak sesuai dengan harapannya, dia tidak menemui jalan
buntu, tetapi bisa mencari jalan keluar.
Sambil Bermain
Jangan lupa, dunia
anak adalah dunia bermain. Ajaklah anak untuk mengembangkan cita-cita sambil
bermain. Ada banyak pilihan permainan yang bisa Anda jadikan sarana untuk
melatih anak berpikir, misalnya monopoli, kuartet, ABC Pancasila, dan
sebagainya. Apapun, yang paling penting adalah anak merasa senang.