Kecelakaan pada anak
yang terbanyak berasal dari rumah sendiri. Anak terjatuh dari tangga, tersiram
air panas, tertelan zat beracun, hingga terpukul saat bercanda dengan
saudaranya. Diantaranya yang sering terjadi adalah kepala terbentur dan meminum
zat beracun.
Bayi atau anak kecil memiliki perkembangan otak yang berbeda
dengan dewasa. Otak anak:
- Memiliki
lebih banyak kandungan air - Relatif
lebih tahan terhadap kerusakan ataupun kekurangan oksigen (iskemi) - Merespon
suatu benturan dengan pembengkakanotak
Di sisi lain lebih peka dari pada orang dewasa pada beberapa
tipe benturan karena:
- Otak
belum sepenuhnya dilindungi tulang yang keras - Proporsi
kepala lebih besar - Otak
belum sepenuhnya dilapisi mielin dan bagian yang belumterlindungi ini lebih mudah terluka.
Anak jatuh dan kepala
terbentur
Efek dari benturan kepala bisa terjadi langsung karena
benturannya atau tidak langsung akibat respon jaringan otak terhadap benturan
tersebut dan memperparah efek langsung yang sudah terjadi.
Jatuh merupakan penyebab trauma terbanyak pada anak di bawah
4 tahun, mengkontribusi 24% dari seluruh kasus benturan kepala. Kejadian ini
sering menjadi penyebab orang tua membawa anak ke ruang gawat darurat (lebih dari
1 per 100 anak per tahun), juga menyebabkan anak dirawat (lebih dari 1 per 1000
per tahun) dan hanya sedikit yang menyebabkan kematian (4 per 1 juta kasus
pertahun).
Suatu penelitian pada 200 anak ditemukan- anak laki-laki
lebih sering jatuh daripada perempuan (2:1), kebanyakan terjatuh dari
keting-gian sekitar setengah sampai satu meter. Dan dari yang terjatuh, 15%
terluka dengan 84% nya terbentur di kepala. Tidak ada kematian pada kasus-kasus
tersebut.
Penelitian lain menemukan anak yang jatuh dari ketinggian
sekitar 1 meter atau kurang melaporkan 64% memar atau tidak ada luka, dan hanya
sedikit sekali yang mengalami cedera kepala cukup berat. Cedera kepala,
punggung, dan leher jarang sekali terjadi pada ketinggian tersebut. Jika
lukanya amat parah tidak seban-ding dengan ketinggiannya, atau dengan
keterang–an jatuh di rumah, curigailah adanya suatu kekerasan pada anak.
Demikian juga anak yang jatuh dari tempat- tidur, kebanyakan
tak perlu dikhawatirkan karena 67% tidak terluka, 32% lecet-lecet atau memar
ringan, dan sedikit sekali yang menderita retak tulang kepala. Tidak pernah
dilaporkan kematian.
Penelitian lain di Oakland, Amerika, anak kecil- yang jatuh
dari ketinggian tiga meter atau lebih kebanyakan mengalami patah tulang
sederhana dan memar, sebagian kecil menga-lami cedera tulang tengkorak. Menurut
peneliti, bayi dan anak kecil relatif lebih tahan terhadap benturan akibat
jatuh.
Anak senang melompat-lompat di sofa atau tempat tidur.
Banyak kecelakaan terjadi akibat permainanini dan cukup sering orang tua membawa anaknya ke gawat darurat.
Sebagian besar anak berusia kurang dari 6 tahun, dan 61%-nya jatuh ke lantai,
15% jatuh ke tempat tidur, dan 24% terbentur benda lain. Sebagian besar
mengalami benturan dan lecet kepala, tetapi ada pula yang sampai di rawat di
rumah sakit. Disimpulkan permainan ini cukup sering menyebabkan kecelakaan.
Benturan Kepala dan
Kekeras-an pada Anak
Benturan kepala yang terjadi pada anak selalu harus
diwaspadai apakah ini benar kecelakaan atau kekerasan. Orang tua yang sibuk
tentu tak bisa sepenuhnya mengawasi anak. Anak dipercayakan pada pengasuh.
Kapan perlu waspada bahwa benturan kepala ini adalah bentuk kekerasan pada
anak:
Ada
Perdarahan pada Retina Mata
Suatu penelitian tahun 1992 menemukan anak yang jatuh secara
tak sengaja (kecelakaan), dari 75 anak semuanya normal, tetapi pada yang
disengaja, semuanya mengalami perdarahan retina. Penelitian lain menemukan
perdarahan retina dengan patah tulang tengkorak pada anak terjadi karena adanya
dorongan tenaga yang luar biasa yang tidak disebabkan oleh “sekedar” jatuh.
Pada benturan tak sengaja dapat pula ditemukan perdarahan
retina tetapitipe dan lokasinya
berbeda. Pada kecelakaan, perdarahan retina terjadi pada satu mata dan hanya
mengenai sebagian saja, pada kekerasan, retina yang terkena luas dan mengenai
kedua mata.
Benturan Kepala Disertai Kejang dan Gangguan
Kesadaran
Di jurnal Pediatrics dilaporkan bahwa anak yang mengalami
kekerasan biasanya luput dari pengawasan sampai mereka terluka cukup parah,
kejang atau kesadarannya menurun (mengantuk terus, gelisah, hingga koma).Pada anak kecelakaan, gambarannya lebih
berupa benjol akibat kepala mereka membentur lantai atau meja.
Shaken Baby Syndrome
Temuan khas pada anak dengan shaken baby syndrome adalah
trauma kepala yang tertutup (tidak terlihat dari luar), perdarahan retina di
kedua mata, patah tulang yang samar, ada bukti luka lama dan baru, biasanya
terlambat dideteksi, dan penjelasan dari pengasuh yang tidak jelas atau
membingungkan. Menurut Dr. Bernard Knight, ahli forensik senior yang dilansir
jurnal Lancet, adanya sindrom ini memperkirakan 95% adanya kekerasan.
Akibat Benturan pada Kepala
Luka di kulit kepala
- Sering
terjadi pada benturan kepala - Luka
di bawah kulit bisa menimbulkan benjol - Kulit
kepala memiliki banyak pembuluh darah. luka kecil saja bisa mengeluarkan
banyak darah sehingga membuat panik orang tua.
Patah tulang
tengkorak
- Sebesar
90% patah tulang tengkorak pada anak berbentuk garis lurus dan bisa
dilihat dengan sinar rontgen. - Patah
tulang terbuka dapat dicurigai bila ada luka di kulit kepala dan ada
cairan kuning bening yang keluar dari luka tersebut. - Patah
tulang di dasar tengkorak terjadi pada —- 6-14% kasus anak. Tidak ada
gejala khusus. Anak hanya mengeluh mual, muntah, lemas setelah terjatuh.
Tampak kehitaman (memar) pada kedua kelopak mata seperti mata binatang
rakun (racoon’s eye sign). Yang khas adalah keluar cairan bening dari
telinga dan hidung. - Diperlukan
pengawasan dan perawatan lebih lanjut tergantung berat tidaknya patah
tulang
Concussion
(kehilangan kesadaran sementara)
- Khasnya,
setelah kepala terbentur, anak sempat tidak sadar sebentar kemudian normal
kembali. - Pemeriksaan
fisik normal, otak tidak apa-apa, diagnosis hanya berdasar riwayat hilang
kesadaran. - Bisa
terjadi kejang setelah benturan dan gejala mengantuk atau muntah muncul
belakangan. Anak lebih tua melaporkan adanya amnesia atau lupa terhadap
kejadian. - Hanya
diperlukan observasi. Orang tua diminta memeriksa anak tiap 3-4 jam selama
1 hingga 2 hari dan kembali ke dokter bila anak terganggu kesadarannya,
muntah terus berlanjut, gerakan tubuh terganggu, sakit kepala, dan kejang.
Contusion (memar
otak)
- Disebabkan
trauma langsung pada kepala, otak terluka atau menjadi memar. - Paling
sering di daerah otak depan atau samping. - Khasnya,
anak mengalami gangguan kesadaran akibat respon jaringan otak terhadap
benturan.
Hematoma epidural
- Adalah
bekuan darah yang berkumpul di antara tulang tengkorak dan lapisan luar
otak akibat robeknya pembuluh darah. - Mencapai
puncak setelah 6-8 jam, tetapi perdarah-an bisa terus terjadi lebih dari
24 jam. - Bisa
disertai patah tulang kepala. - Khas:
ada periode sadar sebelum kesadarannya menurun, jarang terjadi pada anak. - Saat
kesadaran mulai menurun, bisa terjadi lumpuh sebab saraf otak tertekan
karena pembuluh darah yang robek tadi.
Hematoma subdural
- Adanya
bekuan darah di antara lapisan luar otak dengan jaringan otak akibat
robeknya pembuluh darah di daerah tersebut. Sering disertai kerusakan
otak. - Sering
terjadi pada “Shaken baby syndrome”. Bisa disertai kejang, lingkar kepala
membesar dan ubun-ubunnya cembung.
Perdarahan ruang
subarakhnoid
- Disebabkan
robeknya pembuluh darah di ruang subarakhnoid, tempat cairan otak - Gejalanya
mual, muntah, sakit kepala, gelisah, demam, dan kaku leher
Kerusakan sel saraf
- Benturan
yang cukup kuat dapat menimbulkan guncangan di otak hingga saraf bisa
terkena - Anak
bisa koma dalam jangka waktu lama dan ini tidak sebanding dengan gambaran
CT-scan nya yang tak terlalu parah.
Gawat atau tidak ya?
Kebanyakan memar pada kepala tidaklah serius. Pada anak yang
normal dan cukup besar (lebih dari dua tahun), memar atau benjol ringan saja
tidaklah perlu mengkhawatirkan orang tua. Anak bisa saja menangis karena nyeri
atau takut tetapi tak lebih dari 10 menit. Bisa digunakan kompres dingin selama
20 menit untuk mengurangi nyeri.
Hubungi dokter jika :
- Anak
mengeluh sakit kepala yang bertambah berat - Bicaranya
terganggu - Pusing,
kepala berputar yang terjadi berulang - Muntah
lebih dari dua kali - Menabrak-nabrak
benda saat berjalan - Keluar
darah atau cairan dari hidung dan telinga - Sulit
dibangunkan, tampak mengantuk terus - Anak
manik-manik mata (pupil) lebarnya tidak sama - Kejang
CT-Scan atau Rontgent ya ?
Bima terjatuh dari tempat tidur saat sedang melompat-lompat.
Tangisnya kencang, ada benjol di kepalanya dan ia muntah satu kali. Perlu
CT-scan tidak ya?
Jika orang tua khawatir dan ada gejala yang dicurigai, orang
tua bisa bertanya pada dokter. Dokter dapat menyarankan pemeriksaan untuk
memastikan apakah benturan membahayakan atau tidak. Yang paling sering adalah
CT-scan atau sinar rontgent.
- CT
scan merupakan alat diagnosis paling bermanfaat pada cedera kepala. CT
Scan dapat melihat gambaran otak dan tulang tengkorak sehingga bisa
melihat apakah ada perdarahan, robekan jaringan lunak, pembengkakan otak
dan sebagainya. Pemeriksaan-nya tidak menyakitkan tetapi tidak semua rumah
sakit menyediakan fasilitas ini. - Sinar
rontgent dapat memperlihatkan patah tulang tetapi tidak dapat mendeteksi
luka di otak. - Pemeriksaan
MRI (Magnetic Resonance Imaging)walaupun lebih canggih namun kurang bermanfaat untuk mendeteksi
perdarahan, lagipula harganya mahal.
referensi:
- American Academy of Pediatrics. Minor head
injury in children. 2001 - Garret
JS. Pediatric: Falls from Height (slide presentation). Pediatric Critical
Care, Oregon Health Sciences
University, USA.
- Betchel
K, Stoessel K, Leventhal JM. Charateristics that distinguish accidental
from abusive injury in hospitalized young children with head trauma.
Pediatrics;11:1, 2004. p165-168 - Garret
JS. Pediatric: Falls from Height (slide presentation). Pediatric Critical
Care, Oregon Health Sciences
University, USA.
- Cantwell
GP, Konop R, Evans B, editors. Stock A, Singer L.Head Trauma.Tersedia dalam www. emedicine.com, 2004. - Wetzel
RC.Head trauma: patophysiology
(slide presentation). Pediatric Critical Care, Oregon Health Sciences University USA. - Shaken
Babies. The Lancet 1998; 352:335