Tahun ajaran baru sudah dimulai. Tapi Safira tetap terlihat tidak bersemangat untuk bersekolah. “Nggak mau sekolah, nggak ada temannya…” katanya merajuk. Begitulah. Lingkungan baru selalu memunculkan pe-er baru buat orang tua.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]adahal persiapan orang tua yang baru pertama kali memasukkan anaknya sudah jauh-jauh hari dilakukan. khususnya bagi mereka yang anaknya baru pra sekolah dan SD, pasti membekali anak dengan cerita-cerita indah tentang sekolah baru anak-anak mereka. rencana telah disusun dengan matang peralatan penunjang pun sudah lengkap. tinggal hari menghadapi hari “H”. Namun bila hampir sebulan, kondisinya seperti Safira, apa yang mesti dilakukan ya?
Biasanya salah satu dari Anda entah bapak atau ibu (atau bahkan dua-duanya?) meluangkan waktu mengantar si kecil di sekolah barunya. Setibanya di sekolah baru. keinginan Anda si kecil akan lancar-lancar saja. semulus jalan tol. Tak ada tangis, atau minta ditunggu sepanjang waktu. Namun ternyata kenyataan tidak semulus rencana. Si kecil yang tadinya dari rumah sudah bersemangat masuk sekolah, setibanya di sekolah malah menangis dan tidak mau ditinggal. segala bujuk rayu sudah dilancarkan ternyata tidak berhasil. Terpaksa Anda menunggunya hingga selesai.
Mungkin terbersit rasa iri, “Itu si A baik-baik saja. Bahkan ia dadah dadah saat ibunya pergi meninggalkannya…” Sementara Anda, si kecil bahkan ingin Anda duduk di depan kelasnya. Bersabarlah ibu, kondisi ini tidak akan berlangsung lama, dan akan segera berlalu.
Wajar wajar saja
Lingkungan baru selalu membuat si kecil tidak nyaman, karena sesungguhnya baginya rumah adalah tempat ternyaman. Jadi, Anda tak perlu terlalu memikirkannya.
- Ketika si kecil memangis di sekolah, coba genggam tangannya. Minta guru sekolah menemaninya saat ia berbaris di depan kelasnya. Sambil Anda membisikkan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Perhatikan teman-teman si kecil, bila ada yang terlihat mandiri, cobalah lakukan pendekatan agar ia mau ikut membujuk buah hati Anda.
- Bila si kecil terus memandang Anda, jangan balas memandangnya. Berpura-pura lah seolah Anda tidak memeperhatikannya. Dengan demikian lama kelamaan perhatian si kecil akan beralih ke guru atau teman di sebelahnya.
- Kekuatan teman di sekolah begitu besarnya. Gengsi si kecil terkadang bangkit mana kala melihat teman-temannya yang mandiri. Ia akan berusaha tidak terlihat cengeng. Tapi sebaliknya, kadang teman sekitar juga ‘menularkan’ hal yang buruk, misalnya jika si kecil sudah terlihat tenang, lalu ada teman yang menangis, maka bias jadi ia ikut panik.
- Bila si kecil sudah menemukan keasyikan tersendiri dengan teman-temannya, perlahan-lahan tinggalkan ia. Namun Anda tak benar-benar pulang, tapi memantaunya dari kejauhan. Katakan kepada guru bahwa Anda berada di belakang sekolah, jika terjadi sesuatu, misalnya si kecil menangis mencari Anda.
- Berikan anak reward bila ia berhasil melewatkan hari pertamanya di sekolah dengan baik. Reward nya bias berupa pelukan hangat dan pujian di depan ayah ibunya.
- Saat di rumah, mintalah anak bercerita tentang teman-teman barunya. Siapa namanya, rumahnya di mana. Ini akan membuatnya bersemangat. Jika memungkinkan jalin komunikasi dengan orang tua teman baru si kecil. Agar Anda bisa saling share jika terjadi sesuatu,
Yang terpenting adalah para orangtua harus benar-benar memahami karakteristik anak-anaknya. Terkadang anak-anak suka menyembunyikan rasa kecewa, kesepian dan lelah dengan tekanan dari sekolah dan lingkungan barunya, dengan bersikap ceria dan seolah-olah senang dan nyaman.
Sebagai orangtua kita tidak perlu memaksa mereka untuk lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Berikanlah ia waktu. Kebanyakan anak akan mulai merasa nyaman dan betah dengan lingkungan barunya (baik sekolah maupun tempat bermain) dalam hitungan bulan. Dalam beberapa bulan mereka akan mengalami beberapa fase adaptasi yang akan membantu mereka memupuk rasa aman dan senang bergaul dengan teman-teman barunya.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan emosional bagi anak Anda, karena semangat dan dukungan dari keluarga, terutama Ibu, akan sangat membantu memupuk keberanian untuk memotivasi anak untuk terus mencoba dan berusaha untuk bertahan di lingkungan barunya.