[pullquote]Sosok yang riang dan ramah ini ternyata punya banyak cerita seputar usahanya mendirikan dan membesarkan brand Pasar Unik89. Berwirausaha menciptakan produk dengan sentuhan seni berciri khas Indonesia.[/pullquote]
[dropcap]B[/dropcap]anyak orang yang merasa ragu ketika hendak nyemplung ke dunia bisnis. Apalagi jika belum pernah punya pengalaman sebelumnya. Padahal, modal yang paling penting sebenarnya adalah NIAT dan TEKAD yang tinggi. “Kalau mau nunggu modal banyak atau takut suatu ketika rugi sih, nggak bakal terjun-terjun ke dunia bisnis. Yang penting diri kita harus yakin dulu bahwa apa yang kita usahakan akan membawa hasil yang positif!” tutur perempuan kelahiran November 1975 ini.
Menyiasati masa pensiun
Sebelum berwirausaha, Silvya bekerja di sebuah perusahaan otomotif hingga belasan tahun. “Waktu itu saya mau tidak mau melakukannya karena orangtua mengharapkan saya untuk bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan atau industri. Setelah lulus kuliah, saya bekerja di perusahaan otomotif hingga berada di posisi manajer,” ungkap lulusan Fakultas Psikologi Universitas Maranatha, Bandung, ini.
Pada tahun 2008, perusahaan dimana Silvya bekerja mengalami goncangan. Tugas mengharuskannya melakukan lay-off pada 42 karyawan yang kebanyakan bekerja sebagai OB (office boy) atau petugas keamanan. “Wah, saya sempat stres berat, bahkan sampai mengalami keguguran. Tapi ternyata orang-orang yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja) ini malah terlihat tenang saja. Ternyata selama ini mereka sudah punya ‘jaring pengaman’ yaitu usaha sendiri di rumah. Dari situ saya mulai memikirkan untuk berwirausaha juga bersama suami, untuk menyiasati masa pensiun kami,” ujar istri dari Arief Intianto ini.
Berkat balon dan kincir angin mainan (kitiran)
Lalu dimulailah petualangan Silvya dan suami dalam dunia jual-beli. Awalnya, mereka tak punya bayangan akan menjual apa, lalu saat berjalan-jalan ke sebuah pameran, mereka melihat penjual balon dan kitiran yang laris manis, padahal harganya juga tidak murah. Mereka lalu mencari supplier dan menjualnya dengan harga yang lebih rendah. Ternyata, dagangannya laku!
“Ada kejadian yang membuat kami terenyuh, saat berjualan ada seorang anak jalanan yang mencuri salah satu barang dagangan kami. Yang menangkap anak tadi malah seorang pembeli. Ternyata si anak ingin membeli mainan itu tapi harganya terlalu mahal untuknya. Sejak itu, kami selalu menyediakan beberapa dagangan yang lebih murah untuk anak-anak dengan budget yang lebih rendah,” cerita Sylvia yang juga anggota beberapa organisasi sosial ini.
Boneka mini pembawa rezeki
Selain menjual barang produksi sendiri, mereka juga menjual barang-barang titipan teman-teman dengan sistem konsinyasi atau bagi hasil. Barang-barang yang mereka jual pun makin beragam. “Kami akhirnya memberi nama ‘Pasar Unik89’ pada usaha ini, karena dagangannya beragam seperti pasar, juga memiliki keunikan tersendiri. Sedangkan angka 89 tadinya tidak bermakna khusus, tapi menurut seorang teman, angka 8 dan 9 itu bagus, sebuah harapan agar bisnis ini bisa membawa rezeki bagi kami,” kata Silvya lagi.
Suatu ketika, saat sedang mengikuti bazaar, seorang ibu yang sama-sama membuka stand di sana bertanya pada Silvya, “Kok kamu jualan barang-barang dari luar negeri, sih? Kenapa nggak jual barang lokal saja?” Silvya yang mendengar pertanyaan ini merasa tersentak. Ia memang lebih banyak menjual barang-barang atau mainan dari Taiwan atau China. Ia kemudian mendiskusikan hal ini dengan sang suami.
“Saya awalnya tersinggung, tapi kemudian merasa tersadarkan, oh… sepertinya memang kami harus membuat sesuatu yang asli Indonesia deh, karena kami kan memang orang Indonesia. Tapi waktu itu belum terbayangkan mau membuat produk Indonesia seperti apa,” kisahnya. Si pembawa rezeki itu akhirnya muncul dalam bentuk boneka mini yang diberi sentuhan lokal. Ternyata produk ini banyak peminatnya dan menjadi ciri khas Pasar Unik89.
Inspirasi dan jiwa sosial
Berkaca pada kehidupan almarhumah ibunya yang menderita diabetes dan tak bisa pergi ke mana-mana karena penyakitnya, Silvya justru bertekad untuk bisa menjelajahi banyak tempat di bumi ini. “Saya juga anggota komunitas backpacker, lho. Buat saya, selain menjadi sarana untuk melepas penat, traveling juga bisa menjadi ajang untuk mencari inspirasi,” ungkap Silvya yang saat ini bersama suami sudah tidak bekerja kantoran lagi.
Silvya juga percaya bahwa dalam hidup ini, kita juga perlu memiliki kepedulian sosial. Membantu sesama yang membutuhkan. Itu sebabnya ia sering bermitra dengan para pekerja dari kalangan tak mampu atau membuka lowongan magang untuk ABK (anak berkebutuhan khusus) sehubungan dengan nilai akademis mereka. “Anak-anak autistik itu malah lebih semangat, lho. Mereka kita ajari beberapa keterampilan, lalu saat ada pameran mereka juga bisa membantu kami menawarkan dagangan di stand,” ujar Silvya yang sempat beberapa kali mendapat kesempatan berpameran di luar negeri ini.
Berani berkreasi dan pantang menyerah
Silvya menemukan jiwa seninya ketika masih bersekolah di SMA St. Ursula, Jakarta. Ia merasa tidak begitu kuat di bidang eksakta sehingga lebih banyak menyelami bidang keterampilan tangan seperti melukis dan membuat benda-benda dari barang bekas. Siapa sangka bahwa keterampilan inilah yang menjadi ladang mencari penghasilan di masa dewasanya kini.
Silvya sibuk berkreasi dan bereksperimen agar dapat menghasilkan produk yang menarik dan unik. Ada tas, sepatu, baju, hingga sarung bantal yang motifnya ia gambar sendiri. Produk Pasar Unik89 yang paling diminati adalah scarf atau selendang dengan berbagai motif, “Memang kainnya tetap di-print, tapi motifnya saya yang buat sendiri. Selalu ada temanya, seperti Indonesia, pemandangan alam, anak-anak, binatang, bahkan berbagai icon Betawi seperti ondel-ondel, bajaj, pasar tradisional, orang bikin dodol, pokoknya yang lucu-lucu, deh!” seru Silvya sambil tertawa.
Usaha kecil tentunya juga tidak bebas risiko. Ada juga hal-hal yang Silvya dan suaminya alami dalam menjalankan bisnis kecil mereka dan sempat membuat kelimpungan. “Kami pernah ditinggal supplier, ditipu pembina UKM (usaha kecil dan menengah) bahkan terpaksa memutuskan kemitraan dengan ibu-ibu pekerja yang tidak bisa memenuhi standar kualitas produk kami. Tapi sebagai pewiraausaha, kita tidak boleh kehilangan semangat untuk terus melaju,” tuturnya menyemangati.
Jadi, jika Anda sudah mulai mengambil ancang-ancang untuk menjadi pewirausaha, ayo… tunggu apa lagi
Kreativitas Anak Bangsa
Setelah melihat tingginya antusiasme anak-anak dalam sebuah workshop kreativitas, Silvya dengan Pasar Unik 89-nya mengadakan sebuah program Solidarity Bracelet “Kreativitas Anak Bangsa” untuk siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tidak mampu.
Ia memproduksi gelang solidaritas guna mengumpulkan dana bagi anak-anak tersebut. Mereka yang membeli gelang berarti telah menyumbang Rp5.000 untuk program ini dan hasil sumbangannya akan dibelikan bahan baku untuk melatih kreativitas anak-anak tersebut. Program ini rencananya akan rutin dilakukan 2 bulan sekali.
Pasar Unik89
Office: Jl. Jeruk Nipis Kecil I/12, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Workshop: Ruko Cendana Residence A2/3 Pamulang, Tangerang Selatan.
Website: www.pasarunik89.com
Contact: Sylvia Harjanto – 0858.8078.9089