[pullquote]Apa benar orang Indonesia tak dapat makan tanpa sambal? Mungkin jika Anda tanyakan hal ini pada orang-orang di sekeliling Anda, 90% akan menjawab, YA![/pullquote]
Lidah orang Indonesia memang sulit untuk ‘berpuasa’ sambal, kecuali jika dari kecil tidak terbiasa menikmati menu masakan pedas. Dari ujung utara Sumatera sampai daerah Kepulauan Nusa Tenggara, menu masakan Nusantara terkenal dengan ratusan jenis sambal sebagai pelengkapnya. Bagaimana orang Indonesia bisa begitu ‘fanatik’ terhadap sambal?
Cabai yang menggigit!
Jika kita mengulas kilas balik sejarah budaya menikmati sambal di Indonesia, mungkin kita harus berjalan cukup jauh ke belakang. Ada yang mengatakan bahwa cabai muncul di Nusantara dibawa oleh orang Portugis pada abad ke-16. Namun dalam beberapa literatur kuno ditemukan bahwa cabai sudah dikenal jauh sebelum itu. Pada abad ke-10 Masehi, orang Jawa Kuno bahkan telah mengenal cabai sebagai salah satu komoditas perdagangan.
Di zaman penjajahan Belanda, sambal sudah cukup populer di kalangan orang Eropa yang tinggal di Hindia. Mereka mengenalnya saat menikmati makan ala risjttafel, perjamuan mewah dengan hidangan set komplet berisi nasi, lauk-pauk, dan sayuran khas Nusantara.
Primadona kuliner Nusantara!
Suryatini N. Ganie, pendiri Lembaga Gastronomi Indonesia dan seorang ahli kuliner Nusantara bahkan pernah mencatat sekurangnya ada 100 variasi makanan dari sambal. Selain sambal terasi, sambal tomat, sambal kacang, dan sambal cabai hijau, masih banyak primadona sambal lainnya di berbagai belahan Nusantara.
Mari kita tengok di utara Indonesia, di Pulau Sumatera kita akan menemukan sambal teri asam dari Aceh, sambal lado mudo dari Sumbar, sambal seruit dari Lampung dan sambal lingkung dari Palembang. Di daerah Timur, kita akan menemukan sambal kenari dari Maluku, sambal parado dari NTB, sambal plecing dari Lombok, dan sambal matah dari Bali.
Jangan tanya sambal-sambal yang dapat ditemukan di Pulau Jawa… wah, Anda bisa ‘kelenger’ sendiri kalau harus mencicipinya satu per satu. Para pecinta sambal bahkan merasa ‘anti’ merokemendasikan salah satu sambal ini karena semuanya istimewa.
Sambal oncom dari Jabar akan membuat Anda teringat nasi tutug oncom yang dibakar dan disajikan hangat-hangat, hmm… nikmat! Sambal kemiri dari Jateng adalah sahabat yang paling dicari saat menikmati hidangan soto. Tekstur kemiri yang mirip kacang almond membuat lidah pun ikut menari. Lalu, apa yang dijanjikan oleh sambal petis yang hitam legam? Dengan salah satu bahan dasar petis udang yang legit, sebagai cocolan tahu pun sudah luar biasa rasanya.
Hingga ke mancanegara
Rasa kangen terhadap sambal biasanya sangat terasa saat harus pergi ke luar negeri karena umumnya yang disebut ‘sambal’ atau chilli sauce di negara-negara tersebut tidak sepedas sambal dari Indonesia. Bahkan di beberapa negara mereka kebingungan melihat kita makan dengan ‘saus pedas’.
Alternatif yang paling sering dipilih adalah membawa sambal botol dari negeri sendiri. Praktis dan tinggal tuang. Kalau mau agak repot, belanja di daerah pecinan untuk menemukan bahan pembuat sambal dan kemudian ‘diulek’ di dalam blender atau chopper. Lumayan untuk mengobati rasa kangen tanah air.