[pullquote]Setelah melahirkan, umumnya para ayah sudah siap untuk melakukan hubungan intim kembali. Sayangnya, hal tersebut sepertinya berada di urutan terakhir dalam skala prioritas para ibu.[/pullquote]
Setelah melahirkan, ibu umumnya merasakan rasa sakit di bagian kewanitaannya dan kelelahan karena mengurus bayi baru lahir, terutama karena ia masih sangat tergantung pada ASI dan memiliki jam tidur yang belum teratur. Sebaiknya perhatikan rambu-rambunya agar Anda dan pasangan tercinta bisa kembali ‘beraksi’ tanpa rasa takut atau enggan.
Biarkan semua luka sembuh dahulu
Setelah mengalami proses melahirkan bayi, seorang wanita mengalami luka atau memar di bagian rahim maupun otot-otot sekitar kewanitaannya. Baik wanita yang melahirkan secara vaginal (normal) atau C-section, akan mengalami pendarahan sekitar 40 hari yang disebut lokia. Pada saat ini, tubuh wanita sedang dalam masa penyembuhan.
Rahim atau uterus sedang kembali ke ukuran semula setelah melebar 30-40 kali lipat dari ukuran sebelum hamil. Proses yang dibantu dengan cara menyusui bayi ini terasa sakit dan tidak nyaman. Ibu yang melahirkan secara Caesar tentunya memiliki luka di bawah perut yang cukup menganggu. Sedangkan ibu yang melahirkan secara vaginal pun biasanya memiliki sayatan episiotomi yang sebaiknya dibiarkan sembuh terlebih dahulu.
Kapan saat yang tepat?
Dari sisi medis, sebaiknya pasangan melakukan hubungan intim kembali setelah ibu menjalani pemeriksaan (kontrol) ke dokter kandungan yang biasanya dilakukan pada minggu ke-6 setelah melahirkan. Dokter akan menyatakan apakah kondisi fisik ibu telah siap atau belum. Pada masa ini biasanya lokia telah selesai dan luka-luka telah sembuh dengan baik.
Berbeda dari pasangan baru
Berbeda dengan para pasangan baru yang biasanya tak memiliki gangguan berarti setelah momen malam pertama terlewati, para pasangan yang memiliki bayi baru justru perlu mengantisipasi hal-hal ini:
- Rangsangan seksual dapat menyebabkan payudara meneteskan air susu, seringkali hal ini dapat mengganggu mood para pria. Susuilah bayi Anda dengan baik sebelum melakukan hubungan intim untuk menghindari hal ini.
- Payudara masih terasa tak nyaman jika disentuh, katakan pada suami bahwa untuk sementara, payudara ‘off-limit’ dari sentuhannya, atau jika ingin menyentuh pun harus lebih berhati-hati.
- Bekas luka C-section masih terasa sakit saat tertekan atau tergesek. Letakkan bantal tipis di antara Anda dan suami untuk menguranginya.
- Vagina yang kering akibat hormon yang masih berubah, bisa dibantu dengan pemberian lubricant yang dapat dibeli di apotek. Gunakan yang mengandung spermacide dan water-based agar tidak merusak kondom dan dapat membantu mencegah kehamilan.
- Tidak ingin segera hamil. Tetap gunakan kondom atau kontrasepsi lain untuk menghindari terjadinya pembuahan.
- Bayi menangis saat Anda dan suami sedang ‘seru-serunya’. Tak perlu merisaukan hal ini, Anda bisa melakukan hubungan di pagi hari saat bayi justru sedang tertidur pulas.
- Saat melakukan hubungan intim, usahakan agar momen itu hanya dimiliki oleh Anda berdua pasangan, lupakan pemikiran-pemikiran lainnya.
Selamat menikmati ‘bulan madu’ kedua Anda…
Referensi:
- Andrews V, Thakar R, Sultan AH, et al. 2008. Evaluation of postpartum perineal pain and dyspareunia – a prospective study. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology: 137(2):152-156
- Brauer, M et al. 2007. The effect of pain-related fear on sexual arousal in women with superficial dyspareunia. European Journal of Pain: 11:788-798: doi:10.1016/j.ejpain.2006.12.006
- Leeman L and Rogers R. 2012. Sex After Childbirth: Postpartum Sexual Function. Obstet Gynecol: 119:647-55