[quote type=”center”]Biaya pendidikan mahal… beban hidup semakin bertambah ![/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]eperti pagi-pagi sebelumnya, saya bersama istri dengan setia melewati jalan yang sama untuk berangkat ke kantor. Seperti biasa pula perjalanan kami melambat sejurus setelah memasuki jalan biasa keluar dari jalan tol. Namun ada yang tidak biasa pagi itu. Kendaraan yang kami tumpangi berjalan jauh lebih lambat. Semua kendaraan harus melambat dan mengurangi kecepatannya.
“Wah biasa nih awal tahun ajaran pasti pegadaian di depan sana lagi ramai,“ istri saya berkata sambil terus memakai bedak di wajah. “ Memangnya tidak dipersiapkan ya biaya sekolah, kok sampai harus menggadaikan barang segala. Kalau saya sih sudah saya persiapkan sehingga tidak menjadi beban tiap tahun ajaran baru,” teman saya yang kebetulan ikutan di mobil menambahkan.
Dan benar saja. Sambil melewati kantor cabang pegadaian yang terletak tepat di pojokan jalan terlihat deretan kendaraan yang berhenti agak sembarangan, tidak ketinggalan gerombolan orang yang berdiri di depan pintu kantor.
Oke, kita tidak perlu membahas situasi kantor pegadaian itu. Tapi ada baiknya kita sedikit mengkritisi kebiasaan buruk kita yang menganggap biaya pendidikan sebagai pengeluaran besar yang mendadak. Sama seperti biaya berobat atau biaya turun mesin kendaraan.
Persiapkan secara dini
Bulan ini berkali-kali saya mendengarkan keluhan dari klien saya baik yang baru atau yang lama. Judulnya sama yaitu biaya sekolah anak yang katanya bukan lagi naik, tapi sudah ganti harga. “kalo naik sih sekitar 5 – 10%. Kalau sudah naik 20% dari harga tahun lalu namanya udah ganti harga “ seorang klien saya berujar.
Biaya pendidikan hampir bisa dipastikan selalu naik tiap tahun. Dan seperti juga kita semua sadar bahwa seorang anak dalam menempuh jenjang pendidikan pasti harus melewati tingkatan yang teratur tiap tahunnya. Artinya seharusnya kita sudah tahu kapan setiap biaya tersebut dibutuhkan sejak anak kita lahir. Kalau si anak lahir tahun 2007 berarti dia akan masuk taman bermain mulai usia 3 atau 4 tahun yang berarti sekitar tahun 2010.
Masuk TK usia 5 tahun yang berarti tahun 2012 begitu seterusnya. Jadi sebenarnya biaya pendidikan itu bukanlah biaya yang tidak terduga atau pengeluaran mendadak. Karena sejak anak kita lahir atau bahkan sejak si ibu positif didiagnosa akan diberikan titipan berkah berupa anak; saat itu sudah bisa dihitung bahwa pada usia 3 tahun atau sekitar 4 tahun sejak diagnosa positif, sudah ada pengeluaran yang namanya biaya pendidikan untuk taman bermain atau playgroup yang harus siap dikeluarkan.
Tiap tahun biaya pendidikan memang selalu meningkat minimal sama dengan inflasi. Bahkan untuk sekolah yang sedang memiliki program khusus seperti membangun gedung baru, meningkatkan status,membuat program baru, maka biaya masuk sekolah juga pasti naik. Belum lagi bila kita berencana untuk menyekolahkan anak ke luar negeri. Persiapan untuk mencapainya harus secara matang diperhitungkan. Kapan sebaiknya dipersiapkan? jawabannya adalah sedini mungkin. Kenapa demikian ?
1. Makin cepat dimulai, maka akan makin kecil alokasi dana untuk disiapkan
Misalnya anak kita saat ini berusia 1 tahun, maka akan dibutuhkan waktu sekitar 6 tahun untuk memasuki jenjang sekolah dasar. Misalnya saja ketika anak kita SD biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 12 juta. Bila kita baru mempersiapkannya 1 tahun sebelum anak kita sekolah, maka minimal kita membutuhkan dana sebesar Rp 1 juta per bulan untuk mencapai angka 1 juta saat dia masuk kelak. Namun bila kita mempersiapkannya sejak ia berusia 1 tahun; maka kita hanya butuh sekitar 170 ribu per bulannya. (perhitungan dengan bunga diabaikan)
2. Makin cepat dimulai, makin besar hasil yang diperoleh
Bisa saja Anda mungkin belum memiliki anak, atau baru menikah dan baru berencana untuk memiliki anak. Nah makin dini dipersiapkan maka makin besar hasil yang bisa diperoleh. Misalnya setelah menikah Anda dan pasangan berkomitmen untuk menabung sebesar 200 ribu per bulan untuk biaya kuliah Anak. Maka dengan asumsi pendapatan bunga sebesar 10% per tahun, maka dalam jangka waktu 20 tahun ke depan (misalkan setelah menikah, 2 tahun kemudian baru dikaruniai anak dan anak akan masuk kuliah pada usia 18 tahun), akmulasi dana Anda menjadi sekitar 150 juta. Bayangkan kalau Anda baru memulainya 3 tahun sebelum anak Anda kuliah, dengan tingkat hasil yang sama, maka dengan 200 ribu hanya diperoleh sebesar 8,8 jutaan.
3. Makin cepat dimulai, makin terjamin tercapainya
Dengan lebih dini memulai, maka akan lebih yakin kita akan tercapainya tujuan besaran biaya pendidikan tadi. Beberapa produk keuangan selain memberikan hasil juga memberikan proteksi bila terjadi sesuatu hal terhadap orang tua yang bertanggung jawab dengan biaya pendidikan tadi. Jadi bila terjadi musibah, pihak ketiga yaitu pemilik produk keuanganlah yang melanjutkan program pencapaian biaya pendidikan tadi. Atau kalau anda mempersiapkan sendiri, bila produk Anda tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan, masih ada waktu untuk menggantinya.
Pilih Produk yang tepat
Selain mempersiapkan, kita juga sebaiknya bisa memilih produk yang tepat. Banyak produk yang menawarkan program untuk mencapai tujuan tersebut. Namun belum tentu semua cocok untuk kita. Perbankan biasanya menawarkan produk yang sesuai dengan keahlian mereka misalnya tabungan pendidikan. Produk ini memiliki kelebihan karena sampai saat ini produk perbankan dijamin penuh oleh pemerintah. Jadi kita tidak perlu was-was dengan dana kita bila banknya bermasalah. Namun kekurangannya adalah hasil yang kurang optimal dan tidak semua memberikan fasilitas tambahan proteksi. Jadi kalau terjadi musibah dengan orang tuanya, program biaya pendidikan bisa gagal.
Asuransi juga tidak mau kalah dengan mengeluarkan produk asuransi pendidikan. Proteksi menjadi andalan produk ini. Namun harus diakui, produk asuransi tidak dijamin pemerintah. Jadi hati-hati dalam pemilihan perusahaannya. Selain kedua lembaga tadi, kita juga bisa merancang sendiri program biaya pendidikan. Emas, reksadana, obligasi adalah produk lain diluar perbankan dan asuransi yang bisa dijadikan acuan. Semuanya pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Jadi jangan salah pilih produknya.
Tidak ada yang tidak mungkin
Akhirnya, semuanya kembali ke niat dan komitmen. Mungkin sebagian dari kita berkata bahwa penghasilan saya tidak besar sehingga tidak bisa mengalokasikan untuk biaya pendidikan anak. Namun bila kita bisa mengalokasikan dana sebesar 100 ribu untuk beli pulsa atau 200 ribu untuk membeli rokok, maka angka sebesar itu jugalah yang kita butuhkan untuk persiapan biaya pendidikan anak. Sekali lagi, bukan berapa besar yang harus disisihkan, namun kapan dan produk apa yang menjadi pilihan. Kedua hal itu yang menjadi kunci pencapaian tujuan tadi.