Suatu hari tiba-tiba Anda mendapati si kecil agresif. Ada apa ya? Lantas apa yang harus dilakukan?
Bunda Rita amat cemas, pasalnya buah hatinya Rio (2,5th) belakangan ini amat suka memukul. Reaksi sering kali diperlihatkan dengan gerakan yang keras. Kepada orang yang dekat dan dikenalnya seperti papa, mama, tante, om dan bahkan babysitter ia bisa bersikap kasar, bukan hanya memukul tapi juga menendang. Sikap-sikap demikian biasa ditemui pada anak-anak dengan sifat agresif. Benarkah Rio termasuk salah satunya?
Usia anak mulai agresif
Pada anak-anak ada masanya memiliki sifat yang tak terduga. Anak yang semula diam lalu menjadi agresif atau sebaliknya. Tapi kebanyakan anak berusia 2 tahun memang cenderung aktif dan sulit diatur. Periode usia 1-3 tahun seringkali disebut periode the terrible years. Seorang ahli kejiwaan anak menyatakan tahap perkembangan psikososial ini sebagai tahapan otonomi.
Di usia 2 tahun anak mulai banyak melakukan kegiatan sendiri. Ia sudah mampu berjalan, berlari dan berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. Mereka cenderung bersikap seakan akan sudah mampu melakukan segalanya, walaupun sebenarnya belum. Oleh karena itu, mereka seringkali bereksperimen dengan segala jenis perilaku dan menunjukkan segala bentuk respon emosional, seperti perilaku agresif, sering marah dan berontak terutama jika keinginannya tidak dituruti.
Dari aspek perkembangan kognitifnya, periode ini merupakan periode pra-operasional dimana anak masih bersifat egosentris dan mengeneralisasi segala hal yang ada di lingkungannya. Banyak hal yang mungkin belum dipahami anak karena pada periode tersebut pemahaman anak akan bahasa verbal yang bersifat abstrak juga belum sempurna. Kemungkinan lainnya adalah kemampuan mengontrol diri anak yang belum berkembang. Ini pula lah yang dialami Rio, pada contoh kasus di atas.
Tangani dengan lembut
Jika anak mulai menunjukkan perilaku agresif dengan memukul, sebaiknya pegang tangannya selama beberapa menit sebagai bentuk hukuman baginya. Dengan demikian ia tidak dapat memukul atau berontak. Mungkin anak akan menangis dan marah. Anda bisa menenangkannya dengan memeluk atau menggendongnya sehingga ia tak berontak lagi. Dengan penanganan yang lembut anak akan merasakan dukungan orangtua kepadanya. Penanganan semacam ini juga dapat membantu anak mengontrol dirinya dengan lebih baik.
Konsultan:
Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ
Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, Departemen Psikiatri FKUI-RSCM Jakarta