Apa saja yang akan dilakukan para terapis saat menangani anak-anak dengan spektrum autisme?
Bagi orangtua yang ingin anaknya menjalani terapi autis. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan agar terapi anak dapat berjalan dengan baik dan anak bisa mendapat hasil maksimal dari terapi.
Sebelum terapi
Pasien yang akan melakukan terapi, biasanya datang atas rujukan dari dokter spesialis anak, psikiater maupun psikolog anak. Sebelum terapis melakukan assesment awal, para terapis harus mengetahui diagnosis yang diberikan oleh dokter. Diagnosis yang diberikan sangat penting bagi terapis untuk mengetahui kemungkinan kemajuan yang bisa didapatkan selama terapi serta jenis penanganan yang tepat. Hal tersebut disesuaikan juga dengan keadaan pasien dan keterbatasan yang dimilikinya.
Setelah diagnosis
Ketika terapis mendapat pasien dengan diagnosis autisme, yang pertama harus terapis ketahui adalah;
- usia anak,
- bagaimana performance anak saat dilakukan assessment awal,
- apakah ada gangguan penyerta seperti; keterbatasan fisik, masalah alergi dan lain sebagainya.
Data tersebut sangat berguna bagi terapis untuk dapat memberikan perlakuan yang tepat untuk anak tersebut, sesuai dengan kondisinya saat ini. Standar dalam menangani anak-anak dengan spektrum autisme adalah dengan intervensi dari multidisiplin ilmu yang bekerja secara tim.
Rencana intervensi untuk anak-anak dengan autisme harus dilakukan dari berbagai disiplin ilmu, berorientasi keluarga dan spesifik untuk anak tersebut. Karena walaupun memiliki kesamaan dalam hal diagnosis, performance masing-masing anak berbeda, sehingga treatment untuk anak yang satu dengan yang lainnya pun tidak sama.
Jenis terapi
Beberapa terapi yang dapat dijalani oleh anak dengan diagnosis autisme:
- Terapi okupasi (occupational therapy). Terapi ini dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis.
- Terapi wicara (speech therapy). Terapi ini merupakan suatu keharusan, karena anak autistik biasanya mengalami keterlambatan bicara atau kesulitan berbahasa.
- Terapi perilaku (behavior therapy). Terapi non medis ini bertujuan untuk mengubah perilaku negatif menjadi perilaku positif.
- Terapi development, individual differences, relationship (DIR) atau disebut juga floor time. Metode terapi yang bersahabat, hangat, dan akrab untuk membangun hubungan anak sebagai individu. Terapi ini juga berguna untuk membantu memperbaiki proses perkembangan anak melalui bahasa tubuh, percakapan dan media bermain.
Home program
Untuk menunjang perkembangan anak-anak yang sedang menjalani terapi, terapis memberikan home program yang disesuaikan dengan profil anak dan kondisi keluarga. Perkembangan yang terjadi pada anak-anak ini sangat besar kaitannya dengan konsistensi home program yang dilakukan oleh caregiver.
Beberapa home program yang bisa dilakukan di rumah antara lain; berenang, berjalan dan beraktivitas di taman seperti menyiram tanaman, membersihkan halaman bersama, membantu orang lain (caregiver) atau menari. Untuk beberapa anak yang sudah besar, olah raga bela diri cukup baik untuk anak-anak autisme, karena olahraga bela diri merupakan olahraga individual yang dilakukan berkelompok. Gerakan yang dilakukan pada aktivitas ini memberikan input yang baik untuk sensory motor system serta memori visual.
Faktor keberhasilan terapi
Beberapa faktor yang menunjang keberhasilan terapi antara lain:
- Peran serta orangtua dan pengasuh dalam melakukan home program.
- Konsisten dalam mengikuti sesi terapi.
- Kondisi kesehatan anak yang baik.
- Berat ringan diagnosis yang diberikan.
- Faktor makanan, meskipun hal ini bersifat individual.
Namun semua faktor, dukungan dari orangtualah yang terpenting.