[quote type=”center”]Apa saja ya tahapan Terampil Makan untuk anak ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]anyak orang yang meremehkan makna makan. Mungkin karena makan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan manusia setiap hari. Padahal, makan bukan hanya aktivitas memasukkan makanan ke mulut semata. Lebih-lebih bagi balita kita. Dilihat dari sisi kesehatannya, mengonsumsi makanan merupakan pondasi awal kecerdasan yang akan mereka miliki.
Kenapa Anak Mesti Makan ?
Makan, kalau dikaji lebih jauh, tidak sesederhana yang kita pikirkan. Sebab, makan merupakan suatu kegiatan biologis kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologik, lingkungan, dan keluarga (khususnya ibu).
Bagi kita orang dewasa, makan dilakukan karena lapar. Begitu pula kita minum akibat kehausan. Namun, tidak begitu dengan anak-anak. Selain berguna memenuhi berbagai kebutuhan zat gizi untuk keperluan metabolisme dan mempertahankan kesehatan, makan juga bertujuan untuk mendidik agar anak terbiasa makan yang baik dan benar.
Bagi anak-anak, aktifitas makan dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu menyusu (masih mengonsumsi ASI), makan (sudah mengonsumsi makanan padat), dan minum (mengonsumsi makanan cair).
Berdasarkan kemampuan si anak mengonsumsi dan memilih jenis makanan, maka anak dapat dikelompokkan sebagai :
- Konsumer pasif – bayi
- Konsumer semipasif/semiaktif – balita
- Konsumer aktif – anak sekolah dan remaja
Tahapan Terampil Makan
Diawali dengan belajar menyusu ASI eksklusif selama empat bulan, anak belajar mengonsumsi berbagai jenis makanan, dari jumlah yang sedikit sampai banyak, dari yang cair sampai padat.
- Perkembangan keterampilan makan dimulai saat bayi baru lahir. Bayi yang baru lahir tidak dapat memfokuskan mata dan tangannya ke sumber makanan. Perabaan pada pipi dan daerah sekitar mulut merangsang refleksnya untuk mengarahkan mulutnya ke puting atau dot dan kemudian dihisapnya.
- Pada usia 4-6 bulan, refleks menghisap semakin matang dan refleks menjulurkan lidah menghilang, sehingga dapat mengkonsumsi makanan yang semipadat.
- Usia 7-9 bulan, gerakan mengunyah mulai berkembang. Periode ini merupakan fase kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah.
- Usia 9-12 bulan, keterampilan mengunyah semakin sempurna, selain itu kemampuan memegang benda dengan jari (pincer grasp) juga berkembang.
- Usia 1-3 tahun, seiring dengan perkembangan egonya, anak berusaha untuk makan sendiri.
Waktu makan yang teratur perlu diperhatikan untuk membiasakan saluran percernaan untuk selalu refleks dalam menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada “jam makan” si anak.
Di samping itu, faktor kejiwaan anak juga penting dalam pengelolaan makanan. Interaksi yang harmonis antara si anak dengan si pemberi makan akan berperan besar dalam proses menikmati makanan yang nyaman dan lancar. Apabila kegiatan ini berjalan mulus sejak semula, maka kecil kemungkinan anak akan malas atau sulit diberi makan.
Referensi :
- Agusman, S. Upaya dalam mengatasi kesulitan makan pada anak. Dalam: Samsudin, Tjokronegoro A, Eds. Gizi dan tumbuh kembang. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1985; 75-84.
- Samsudin. Penyebab dan tatalaksana kesulitan makan. Pertemuan Ilmiah Periodik II IDAI, Yogyakarta, 1992