Upaya mencegah kehamilan dengan kontrasepsi ternyata gagal. Apa penyebabnya?
Sebuah rumah yang indah dibangun dengan perhitungan dan fondasi yang kuat. Demikian pula ketika membangun sebuah keluarga, perencanaan diperlukan agar kesejahteraan dan hak masing-masing anggota keluarga dapat terpenuhi dengan baik. Merencanakan keluarga memerlukan kesepakatan dengan pasangan termasuk dalam menentukan jumlah anak sesuai dengan yang diharapkan kedua belah pihak.
Merencanakan keluarga biasa dilakukan dengan bantuan alat kontrasepsi. Dalam hal ini alat kontrasepsi sangat berperan dalam mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Selain itu alat kontrasepsi dapat membantu para wanita yang memiliki risiko tinggi dengan kesehatannya untuk menunda kehamilan.
Mengapa hamil?
Alat kontrasepsi memiliki bermacam pilihan dari pil, suntik, implant, IUD, kondom dan koyo. Pasangan hendaknya memilih yang sesuai dengan kebutuhan. Alat kontrasepsi yang aman buat menyusui bisa memilih IUD dan implan. Bila memiliki riwayat hipertensi, alat kontrasepsi non hormonal seperti kondom dan IUD tentunya lebih sesuai. Kalaupun alat kontrasepsi yang diinginkan yang tidak berpengaruh pada siklus haid maka pilihan bisa dijatuhkan pada IUD. Lain halnya bila ingin mencari kontrasepsi yang dapat menghindarkan dari penularan HIV dan penyakit seksual lainnya saat berhubungan, kondom bisa menjadi pilihan.
Kontrasepsi dapat digunakan untuk membantu menunda kehamilan, namun bukan berarti dapat menjamin 100% seseorang yang melakukan hubungan tidak hamil. Kemungkinan hamil itu selalu ada, misalkan ketika seseorang memilih kontrasepsi pil dan rutin mengonsumsi tanpa pernah terlambat. Potensi kehamilan masih bisa terjadi meskipun 99,9% dibanding 0,1%. Begitupun ketika IUD menjadi pilihan, dari 100% peluang kehamilan masih bisa terjadi meski berada di angka 2-4%.
Peluang hamil juga bisa terjadi ketika ibu lalai. Saat memilih dan memasang IUD ibu telah melewati 50 hari masa kelahiran anak. Pada saat yang bersamaan ibu belum mendapat menstruasi pertama dan belum menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Dalam hal ini alat kontrasepsi seperti IUD kerap dianggap tidak bekerja efektif padahal kehamilan terjadi karena kelalaian.
Memakai IUD, tapi hamil?
Kehamilan seiring pemakaian IUD seringkali meninggalkan pertanyaan bagi pasangan suami istri. Benarkah keberadaan IUD dapat membuat janin dalam kandungan cacat, semisal sumbing? Pada kenyataannya hal tersebut tidaklah benar karena IUD tidak akan mengganggu janin karena pemasangannya di luar plasenta.
Posisi IUD tidak akan berubah apabila bayi tidak keluar. Maka sangat disarankan bagi ibu dan pasangan yang ingin menunda dan menjarangkan kehamilan untuk lebih teliti dalam menentukan waktu yang tepat untuk memasang alat kontrasepsi. Jangan sampai melewati batas 50 hari pasca persalinan.
Segera tentukan pilihan. Ketika IUD menjadi pilihan, lakukan check up setidaknya setahun sekali untuk melihat posisi IUD dan kemudian lanjutkan dengan pap smear. Di beberapa negara maju pemakaian IUD bisa bertahan 5-8 tahun. Di Indonesia bisa hingga 5 tahun dan ketika berniat melepas IUD pastikan melakukan skrining kanker.
Konsultan :
Dr. Ali Sungkar, Sp.OG(K)
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan – Divisi Fetomaternal