[pullquote]Berawal dari keprihatinan akan pola makan masyarakat saat ini. Ida ingin mengajak masyarakat untuk kembali pada konsumsi pangan lokal yang mana lebih alami dan aman bagi kesehatan.[/pullquote]
[dropcap]H[/dropcap]amparan tanaman hijau tampak menyejukkan mata. Kita seolah dibawa ke sebuah tempat di luar kota, jauh dari kebisingan ibukota. Rumah Kebun, terletak di ujung selatan kota Jakarta, tepatnya di daerah Jagakarsa. Dinamakan Rumah Kebun karena berbagai tanaman tumbuh dengan suburnya disana. Aneka tanaman pisang seperti pisang kepok, pisang tanduk Kalimantan, pisang Ambon lumut hingga pisang emas bisa dijumpai di Rumah Kebun. Tak hanya pisang, buah dan tanaman sayur seperti rambutan, papaya, asam koja, tempurui, kacang panjang, pare, selada, bayam, cabai, tomat, kembang telang, temuru, serta banyak lagi jenis empon-empon turut pula menambah keteduhan suasana disana.
Inilah istana kecil, dimana pemiliknya Ida Ronauli menghabiskan waktu. Dalam ruang kantor yang berjendela kaca besar menghadap taman, ia banyak merumuskan ide-ide kreatifnya dalam mengajak masyarakat kembali pada gaya hidup sehat dengan mengonsumsi pangan lokal.
Menurut wanita kelahiran Jakarta 20 Oktober 1970 ini, sumber pangan lokal berasal proses penanaman yang alami. Berbeda dengan makanan yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat yang banyak menggunakan bahan pengawet, pewarna buatan dan bahkan dari proses pengolahannya yang terbilang instan sehingga sangat berisiko dari sisi kesehatan.
“Kebiasaan pola makan masyarakat Indonesia sudah benar-benar pada tahap yang memprihatinkan. Masyarakat khususnya anak-anak cenderung gemar menyantap makanan yang kurang sehat, demikian pula para ibu yang lebih suka menyajikan makanan praktis siap saji di atas meja makan,“ ungkap Ida membuka perbincangan.
Berbagai kegiatan dalam rangka kampanye pangan lokal
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Ida bersama LSM Indonesia Bersatu (IB) mulai aktif mengampanyekan gaya konsumsi makan sehat dengan sumber pangan lokal. Penyebaran informasi mengenai gaya konsumsi makanan sehat dilakukan Ida bersama IB dengan menyelenggarakan berbagai event diantaranya event Festival Desa yang bertujuan untuk memperkenalkan sumber pangan lokal yang dapat dikonsumsi masyarakat. “Kami mengingatkan bahwa sumber karbohidrat tidak hanya terdapat pada beras, namun terdapat pada 20 jenis sumber pangan lainnya,“ tambah Ida.
Apa sajakah itu? Kentang, ubi jalar, kedelai, singkong, jagung, sagu, beras merah, gandum, kacang-kacangan, oatmeal, pisang, buah berry, melon dan banyak lagi.
Ida bersama IB memberikan penyuluhan pada ibu-ibu di perkotaan untuk bercocok tanam meski di lahan terbatas. Para ibu dapat memanfaatkan pot-pot kecil maupun media tanam lainnya untuk bercocok tanam. Kegiatan lainnya adalah mengadakan pelatihan bagaimana cara mengolah dan memasak sumber pangan lokal. Tujuannya adalah agar para ibu mau menyajikan hidangan sehat yang mereka olah dari dapur sendiri untuk dikonsumsi keluarga.
Bukti keseriusan Ida dan IB dalam mengampanyekan pangan lokal juga dilaksanakan dengan bersinergi dengan yayasan Kehati dan Pertamina. Bersama mereka Ida dan IB berupaya mengampanyekan jajanan sehat di berbagai sekolah dasar. “Kami sempat berdiskusi dengan para guru agar mereka menyediakan kantin sehat untuk anak-anak didiknya agar tidak jajan sembarangan di luar pagar sekolah.”
Beberapa produk pangan lokal yang disalurkan melalui Rumah Kebun untuk para konsumen antara lain beras organik (beras putih, merah dan hitam), kacang ijo, gula organik (gula aren gula nirah), mie (mie aren, mie ganyong dan mie singkong /mie letek). Produk kreasi Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) berupa kerupuk ikan, dodol mangrove, sirup mangrove hingga masker dan kecap sari ikan dapat diperoleh konsumen di Rumah Kebun. Selain itu Rumah Kebun juga memasarkan aneka snack lokal dari Temanggung, kripik koro Padang, wedang instan cakordang, dan abon cangkordan.
Kendala dalam mengkampanyekan pangan lokal
Mengajak masyarakat bergaya hidup sehat bukan tanpa kendala, misalnya saat mengajak para istri nelayan Marunda untuk bercocok tanam aneka sayuran seperti cabe, tomat, umbi-umbian, dan bayam di pot-pot kecil. Tujuannya agar keluarga memperoleh makanan berkualitas dan menghemat uang belanja.
Namun dari para ibu-ibu tersebut jarang mau melaksanakannya dan malah kerap muncul berbagai alasan. Beda lagi dengan para ibu dari golongan menengah ke atas, yang sadar arti kesehatan namun tak semuanya mau memasak makanan sendiri di rumah. “Mereka merasa lebih praktis mendapatkan makanan secara delivery.”
Aktivitas di Rumah Kebun
Menjadi manager program di LSM Indonesia Bersatu membuat Ida banyak melewatkan hari-harinya untuk bekerja disana. Tak hanya menyusun dan merealisasikan program-program utama dalam mengampanyekan konsumsi pangan lokal. Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yang pernah malang melintang di dunia periklanan dan production house ini juga punya aktivitas rutin yang menyenangkan di Rumah Kebun, yakni merawat tanaman seminggu sekali.
Menurut Ida, Rumah Kebun memiliki salah satu koleksi tanaman yang cukup langka di Jakarta, diantaranya adalah kembang telang dan daun temuru. Kembang telang berwarna biru dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi bermanfaat untuk anti stress. Sementara daun temuru atau daun salam koja yang lebih banyak ditemui di luar Jakarta seperti di Aceh, bermanfaat untuk memperkuat cita rasa masakan kari, laksa maupun gulai.
Rutinitas lain yang dilakukan Ida di Rumah Kebun adalah menulis untuk majalah Respect dan memasak makan siang bersama tim. “Karena mengampanyekan pangan sehat, otomatis makanan yang kita konsumsi juga harus sehat. Kita memasak sendiri untuk makan siang yang bahannya kita ambil dari kebun sendiri,” ungkap Ida menutup perbincangan.