Ada beberapa kondisi yang menyebabkan bayi sulit menyusu.
Para ahli merekomendasikan konsumsi ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan, dikombinasikan dengan makanan pendamping ASI (MP ASI) sampai 2 tahun. ASI merupakan satu-satunya sumber nutrisi yang memenuhi kebutuhan gizi pada bayi di bawah usia 6 bulan. Untuk mendapatkan keuntungan ASI secara optimal, maka dibutuhkan kemampuan menyusu yang efektif.
Menyusu yang aman dan efektif bergantung dari perkembangan kemampuan mengisap (sucking), menelan (swallowing), bernafas, dan koordinasi dari ketiga hal ini. Perlekatan dan kemampuan mengisap yang tidak baik dapat menyebabkan payudara ibu lecet, nyeri, produksi ASI menurun, dan pada akhirnya kenaikan berat badan bayi tidak adekuat.
Gangguan perlekatan dan mengisap dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kelainan anatomis dan struktural pada bibir, mulut, langit-langit, lidah, gangguan pada sistem saraf pusat maupun saraf tepi, gangguan tonus otot (hipertonia atau hipotonia pada palsi serebral, Sindrom Down), prematuritas, dan penyebab lainnya.
Berikut beberapa penyebab yang sering ditemukan sehari-hari:
1. Ankyloglossia (tongue-tie)
Ankyloglossia atau tongue-tie merupakan suatu kelainan bawaan dengan angka kejadian 1,7 – 4,7%, lebih sering terjadi pada laki-laki. Pada kelainan ini, pergerakan lidah dibatasi oleh jaringan/membran (frenulum) yang menghubungkan bagian bawah lidah dengan dasar mulut. Derajat perlekatan ke lidah dan ketebalan frenulum bervariasi, diklasifikasikan menjadi 4 tipe berdasarkan sedekat apa posisi penempelan frenulum dengan ujung lidah.
Lebih sederhana lagi, ankyloglossia dibagi menjadi partial ankyloglossia, mild dan derajat yang lebih berat yaitu “complete ankyloglossia”. Japan Pediatric Society menyatakan bahwa ankyloglossia tidak menimbulkan masalah minum pada bayi, namun penelitian lain menyatakan bahwa kelainan ini menimbulkan masalah minum, terutama ankyloglossia derajat berat.
Secara klinis ankyloglossia dapat mengakibatkan perlekatan kurang baik, payudara nyeri atau erosi, mastitis, produksi ASI menurun, dan transfer ASI tidak efektif. Akibatnya kenaikan berat badan bayi tidak adekuat, bayi rewel, dan terkadang kolik juga dapat terjadi. Untuk menegakkan diagnosis, range of motion (ROM) lidah harus dievaluasi, apakah bayi dapat mengangkat lidahnya, menggerakkan ujung lidah dari satu sudut bibir ke sudut lainnya.
Tidak semua ankyloglossia memerlukan frenotomi (tindakan operasi). Hanya ankyloglossia yang menyebabkan gangguan mengisap pada bayi (umumnya yang derajat berat) yang perlu ditangani untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh akibat kurangnya asupan nutrisi. Bimbingan menyusui sangat diperlukan pada awal kegiatan menyusui sambil dilakukan penilaian klasifikasi tongue-tie.
2. Hipotonia
Hipotonia adalah suatu kondisi rendahnya tonus otot akibat gangguan sistem saraf sentral, perifer, neuromuscular junction, otot, kelainan metabolik, endokrin, nutrisi, penyakit jaringan ikat, atau kelainan kromosom. Salah satu kelainan kromosom dengan klinis hipotonia adalah sindrom Down, dimana bayi memilki dagu yang kecil (mikrognatia) dan makroglossia, sehingga bayi-bayi ini sering mengalami kesulitan dalam menyusu.
Untuk bayi dengan hipotonia, The Academy of Breastfeeding merekomendasikan posisi menyusui yang dinamakan dancer hand. Tangan ibu diletakkan di bawah payudara dengan jari III, IV, V menyangga payudara dan dagu bayi diposisikan tepat pada web space antara jari I dan jari II.
Posisi menyusui dancer hand juga dapat diterapkan pada bayi dengan bibir sumbing.
Referensi:
- American Academy of Pediatrics. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics 2012;129:e827–41.
- Emond A, Ingram J, Johnson D, Blair P, Whitelaw A, Copeland M. et al. Randomised controlled trial of early frenotomy in breastfed infants with mild-moderate tongue-tie. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2014;99:F189-95.
- Coryllos E, Genna CW, Salloum AC. Congenital tongue-tie and its impact on breastfeeding. American Academy of Pediatrics Newsletter. 2004:1-6.