[box type=”warning”]
Dear Dr. Damar,
Dok, saya baru saja melahirkan anak 2minggu lalu lewat operasi sesar. Sebagai orang Jawa, Ibu saya sudah membelikan berbagai piranti untuk perawatan ibu pascapersalinan, seperti jamu, tapel untuk di perut, pelipis, dan setagen. Jika persalinan berjalan normal, mungkin saya akan melakukan segala perawatan yang disarankan Ibunda saya Dok. Sedangkan rasa sakit pasca sesar saja masih terasa menjalar Dok. Apakah ibu dengan operasi sesar ¨boleh¨ melakukan perawatan seperti ini Dok? Mohon masukkannya. Bagaimana dengan jamu Dok, apakah akan mempengaruhi ASI ?
Ajeng Kinanti – Jakarta Selatan
[/box]
Dear Ibu Ajeng yang baik,
Pertama saya sampaikan selamat atas kelahiran anak ibu. Tindakan-tindakan pemberian jamu, akupuntur, pijat, totok, dan sebagainya digolongkan sebagai pengobatan komplemen atau alternatif dalam dunia kedokteran modern. Menurut pengertiannya pengobatan komplemen adalah cara mendiagnosis dan mengobati yang digunakan bersamaan dengan cara pengobatan konvensional. Contoh yang sederhana untuk pengobatan ini adalah pemberian aromaterapi untuk mengurangi rasa nyeri pascaoperasi. Berbeda dengan pengobatan komplemen, pengobatan alternatif menggantikan cara pengobatan konvensional, seperti misalnya memberikan terapi diet pada penderita kanker daripada kemoterapi atau radiasi.
Satu hal yang perlu ibu ketahui banyak dari cara pengobatan komplemen atau alternatif tidak dapat dijelaskan mekanisme pengobatannya secara konvensional. Artinya di situ ada potensi menimbulkan efek samping pengobatan yang belum diketahui. Salah satu praktek pengobatan tradisional untuk ibu sehabis bersalin yang banyak dikenal di etnis Melayu adalah “berdiang, madeueng, ratus, dsb”. Cara pengobatan ini dipercaya membantu proses pemulihan setelah bersalin dan dapat mengurangi kelebihan lemak di sekitar perut karena hamil. Secara umum ibu duduk di depan bara api paling tidak sejam. Panas yang umumnya berasal dari arang memancar ke perut ibu. Proses ini berlangsung 1 minggu sampai 6 minggu pascamelahirkan dengan 1 atau 2 sesi sehari. Bagaimana cara ini dapat memulihkan ibu sebetulnya tidak diketahui, tetapi bila merujuk pada caranya serupa sauna, kemungkinkan peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolism tubuh, dengan berkeringat dan membakar lemak tubuh.
Salah satu kelemahan dari cara pengobatan ini adalah tidak adanya petunjuk yang baku tentang pelaksanaannya. Misalkan saja pada teknik berdiang di atas dapat saja menimbulkan risiko ibu berlebihan mengisap asap yang justru membahayakan paru-paru ibu.
Untuk jamu-jamuan memang beberapa ada yang sudah mendapat pembuktian secara ilmiah dapat mengobati penyakit tertentu dan juga sering sudah dikemas dalam bentuk kapsul atau obat-obatan. Namun beberapa ahli kesehatan di barat tetap tidak menganjurkan digunakan untuk ibu hamil atau menyusui. Misalkan cranberries dibuktikan dapat mengurangi kejadian infeksi saluran kemih, tetapi karena kurangnya data tentang pemakaiannya pada ibu hamil dan menyusui, cranberries tetap tidak dianjurkan digunakan pada ibu hamil dan menyusui.
Kalau ibu menanyakan pada saya apakah secara konvensional cara perawatan pascapersalinan tersebut diperbolehkan, terus terang saya tidak dapat menjawabnya. Tetapi bukan berarti ibu dilarang untuk melakukannya. Yang terpenting adalah meyakini manfaatnya dan menjaga kualitas dari teknik yang dilakukan serta kehati-hatian dalam pemakaiannya. Misalnya tapel untuk perut, menggunakan bahan yang bersih dan digunakan setelah luka operasi sembuh/ kering benar. Begitupula untuk jamu- jamuan, hendaklah menggunakan jamu yang direbus dengan matang, sehingga mengurangi risiko penyakit.
Demikian jawaban saya mudah-mudahan memuaskan ibu.