Bekerja tak harus menguras waktu. Celah positif pekerjaan masih bisa disiasati untuk menjaga quality time bersama anak dan keluarga!
Ada ibu yang ingin memiliki penghasilan sendiri. Ada pula ibu yang ingin terus terkoneksi dengan teman-teman satu profesi yang satu pemikiran. Namun ada juga ibu yang sepenuhnya ingin berfokus pada keluarga saja. Semua itu adalah pilihan.
Quality time
Meski pada umumnya seorang ibu sebelum terjun ke dunia kerja sudah memiliki gambaran pasti mengenai tipe pekerjaan yang dia inginkan. Bukan lantas dia bisa langsung melenggang santai ke tempat kerja. Berbagai hal seperti ada dan tidaknya sistem untuk mendukung tugas domestik (urusan rumah tangga), usia anak, dan komitmen dengan pasangan perlu kiranya dipikirkan sebelum mengambil keputusan.
Apabila berbagai hal sudah dipertimbangkan dan ibu sudah mantap untuk melangkah di dunia kerja. Langkah strategi berikutnya yang harus ibu persiapkan adalah mencari celah positif dari pekerjaan yang ibu pilih. Langkah ini penting mengingat bahwa semua pekerjaan akan mengambil waktu ibu bersama keluarga.
Lebih fleksibel
Bekerja part time lebih fleksibel untuk ukuran ibu yang sudah berkeluarga. Jenis pekerjaan ini memiliki kelonggaran dalam masalah waktu. Disini Ibu dapat memanfaatkan waktu sebanyak mungkin bersama keluarga apabila tidak sedang bekerja.
Pekerjaan part time sendiri terbagi lagi menjadi part time reguler dan flextime (tidak tentu). Dengan bekerja part time ibu hanya perlu waktu beberapa kali dalam seminggu ke kantor dengan jadwal dan jam kerja yang jelas. Sedang pekerjaan flextime ibu hanya perlu ke kantor apabila diperlukan saja atau ada problem yang harus ditangani di perusahaan. Contoh pekerjaan flextime adalah terapis medis dan konselor perusahaan.
Full time, komunikasi harus lebih baik
Bekerja secara full time memang menjanjikan peluang yang lebih besar dari sisi finansial dan jenjang karir. Celah positif dari pekerjaan ini ibu bisa mengatur manajemen waktu dan aktivitas yang lebih teratur. Dari sini ibu dapat melakukan pembagian waktu dan peran yang lebih jelas baik di rumah maupun kantor.
Membina komunikasi yang baik bersama pasangan adalah satu elemen yang tidak boleh ibu tinggalkan ketika memutuskan bekerja full time. Dengan bekerja full time mau tak mau waktu yang tersita untuk kegiatan di luar rumah akan lebih banyak.
Disini ibu dan suami dapat berbagi peran dalam mengasuh anak misalkan ketika ibu harus berangkat lebih pagi suami yang mengantar anak ke sekolah atau sebaliknya. Jam istirahat bisa disepakati bersama suami untuk secara bergiliran menjemput anak dari sekolah (apabila memungkinkan). Ibu juga harus membuat kesepakatan bersama suami untuk sebisa mungkin menemani anak sarapan, makan malam, belajar dan mengantar tidur.
Dukungan orang sekitar
Selain dukungan suami, dukungan keluarga yang lain juga penting misalkan orangtua ibu dan suami, saudara maupun asisten rumah tangga. Hal ini perlu apabila terjadi kondisi darurat dimana salah satu baik dari ibu maupun suami tidak dapat menjalankan peran sebagaimana mesti karena harus ke luar kota. Mereka dapat membantu mengambil alih dalam mengasuh anak dan tugas rumah tangga lainnya. Dukungan ini akan sangat bermanfaat bagi ibu untuk lebih fokus pada pekerjaan.
Membina komunikasi yang baik dengan guru di sekolah juga perlu dilakukan. Apabila ibu merasa kesulitan meluangkan waktu, ibu bisa memanfaatkan perangkat komunikasi untuk memantau kondisi anak di sekolah.
Saat libur ibu bisa memanfaatkan waktu untuk keluarga. Lakukan kegiatan bersama anak, misalnya memasak, mengerjakan pekerjaan rumah bersama, jalan-jalan atau nonton TV di rumah. Ajak anak bicara dari hati tentang berbagai hal menyangkut kegiatan mereka, hal-hal yang mereka sukai hingga masalah yang mereka alami.
Menjadi ibu rumah tangga yang berkarir memang tidak mudah. Perlu pandai mengatur waktu agar tidak menimbulkan konflik. Upayakan selalu celah positif dari pekerjaan yang ibu tekuni, yang terpenting adalah kualitas waktu bersama keluarga.