Sering mendengar tapi tak banyak yang tahu, homeschooling diperuntukkan siapa dan bagaimanakah prospeknya?
Saat ini ada banyak pilihan untuk menyekolahkan putra-putri ke sekolah yang dikehendaki. Sekolah nasional dan internasional bukan hal yang baru. Lantas bagaimana dengan homeschooling? Homeschooling memang tak semua orang memahami bagaimana metode pengajarannya. Bahkan banyak diantara mereka berpikir bahwa sekolah ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak tertentu. Agar tak salah dalam memahami konsep pengajaran homeschooling. Mari pahami seluk beluknya.
Homeschooling seperti apa?
Bila sekolah nasional dan internasional metode pembelajarannya banyak dilakukan di luar rumah namun tidak demikian dengan homeschooling. Homeschooling merupakan alternatif pendidikan yang berbasis rumah dan diselenggarakan oleh keluarga. Pedoman dasar pelaksanaan homeschooling lebih pada pengembangan kemampuan dan minat anak hingga dapat memenuhi rasa ingin tahunya.
Pendekatan pada sistem pengajaran homeschooling bersifat ramah dengan lebih memperhatikan pada karakteristik individual anak. Pelaksanaan homeschooling umumnya dapat dimulai sejak anak berusia 6 bulan atau 2 tahun dan dapat berlangsung hingga anak siap memasuki jenjang pendidikan tinggi.
Pelaksanaan homeschooling bisa dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan individu dilakukan oleh masing-masing keluarga homescholers sedang kegiatan kelompok dilakukan oleh beberapa homeschoolers. Kegiatan individu sering diisi dengan membaca buku, menonton video, bedah bacaan atau diskusi video. Sedangkan kegiatan kelompok sering diisi dengan kegiatan pramuka, berenang atau book club.
Siapa yang bisa masuk homeschooling ?
Beberapa hal yang kerap menjadi pertimbangan dari homeschooling adalah waktu belajar yang fleksibel, teman belajar yang variatif, kegitan belajar yang menyenangkan serta keterlibatan keluarga yang optimal. Hal inilah yang menjadi alasan beberapa orangtua memilih homeschooling sebagai alternatif pendidikan anak-anak.
Berdasarkan pengalaman beberapa orangtua homeschooling memang memiliki banyak kelebihan. Namun, demikian alternatif pendidikan ini belum sepenuhnya diterima secara positif oleh lingkungan. Stigma sosial yang menyatakan bahwa homeschooling hanya untuk anak berkebutuhan khusus dan tidak memiliki ijazah yang legal. Namun hal tersebut dapat dipahami dan ditemukan jawabannya di berbagai website dan social media homeschooling yang tersedia.
Berdasar peraturan pemerintah telah memfasilitasi homeschoolers memberikan ketenangan bagi sebagian besar orangtua pelaku homeschooling. Ijazah kejar paket A, B dan C dari departemen pendidikan nasional untuk lulusan setara SD, SMP dan SMA dapat dengan mudah dimiliki homeschooler. Ijazah international melalui program Cambridge dan IB juga bisa menjadi pilihan legal homeschooler untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di sekolah idaman masing-masing.
Peran orangtua
Peran serta orang tua sangat besar dalam proses homeschooling. Orangtua diharapkan mampu mengenali kelebihan anak, mengajak anak diskusi untuk pengembangan diri dan materi pengajaran anak. Selain itu orangtua diharapkan mampu memfasilitasi proses belajar mengajar dengan menggunakan sarana dan prasana yang tersedia di rumah dan sekitar rumah. Sebagai contoh, orangtua dari anak yang memiliki minat lebih pada astronomi, sesekali mengajak anak melakukan observasi bintang di Boscha atau di Pulau Seribu bersama dengan klub astronomi yang ada di Jakarta.
Di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Semarang, beberapa parent support group bagi pelaku homeschoolers berdiri untuk mempertajam pengetahuan orangtua tentang proses homeschooling, menambah pengetahuan orangtua tentang variasi kegiatan individu dan kelompok serta menjadi media untuk saling mendukung dalam proses pendidikan anak masing-masing.