Keindahan bumi tak hanya bisa dinikmati di permukaan saja. Tak jarang, perut bumi menyajikan keelokan tiada tara. Gua Postojna di Slovenia ini contohnya.
Setidaknya ada dua gua yang terkenal di seantero dunia terletak di Slovenia, yaitu Skocjan dan Postojna. Ketika sedang berlibur di sana, kami sekeluarga sempat bingung memutuskan untuk mengunjungi gua yang mana, apalagi waktu kunjungan pun terbatas. “Jika bersama anak-anak, lebih baik pilih Postojna. Apalagi di musim dingin,“ saran Gregor, teman kami warga Slovenia, “Ada kereta api terbuka membawa kita masuk ke dalam gua. Anak-anak pasti suka.“ Akhirnya pilihan kami pun jatuh pada Gua Postojna.
Paling banyak dikunjungi
Gua Postojna merupakan salah satu gua stalaktit dan stalagmit terbesar yang paling banyak dikunjungi di dunia. Lokasi wisata ini buka sepanjang tahun, bahkan di Hari Natal dan Tahun Baru. Untuk menuju ke lokasi gua, dari Kota Ljubljana, ada bus umum dengan jurusan Kota Postojna, ongkosnya sekali jalan sekitar EUR6 (atau sekitar Rp100.000,-), lalu dari terminal bus bisa berjalan kaki 10-15 menit atau naik kendaraan umum gratis menuju gua.
Sebaiknya kita cek jadwal tur wisata Gua Postojna terlebih dahulu, karena untuk berjalan-jalan di gua ini kita harus mengikuti tur. Pada musim dingin, ada tiga tur dalam sehari, sedangkan di musim panas, bisa digelar 10 tur. Tur akan berlangsung selama satu setengah jam, sudah termasuk naik kereta ke dalam perut gua ditemani pemandu. Tarif dewasa EUR22,90 (sekitar Rp400.000,-), usia 5 tahun ke bawah EUR1 (sekitar Rp17.000,-), anak-anak yang lebih besar EUR 13,70 (Rp230.000,-).
Suhu udara di dalam gua antara 8-10°C. Cukup dingin, kan? Mengenakan jaket yang cukup tebal menjadi sebuah keharusan. Memasuki gua, kita akan duduk di atas kereta terbuka mirip lori berwarna kuning dengan bangku kayu. Satu bangku muat 2-3 orang dan lori ini pun tersambung cukup panjang. Para petugas berjaket oranye yang menjaga keamanan berkendara ini berdiri dekat lori.
Perjalanan menembus bumi
Perjalanan menembus bumi pun dimulai. Saya pribadi tak menyangka sebuah gua bisa tampak secantik itu. Lebih dari 34 juta orang pernah mengunjungi lorong-lorong gua ini. Tahun 1818 ketika turis pertama datang, mereka hanya bisa menyaksikan 300m dari bagian dalam gua. Belum ada lampu listik, hanya membawa obor. Saat ini kita sudah dapat menikmati pemandangan yang mencengangkan di dalam gua sepanjang perjalanan 5km!
Awalnya, kami hanya melalui sebuah terowongan biasa. Namun semenit kemudian, mulailah kami memasuki bagian dalam gua yang mirip dengan galeri. Cahaya temaram kuning membuat kami bisa menikmati bagian perut bumi ini. Formasi-formasi yang terbentuk secara natural terbentuk di dinding, atap, dan dasar gua. Para penumpang lebih sering mendongak ke atas, menyaksikan deretan stalagmit hitam beberapa meter di atas kepala. Bentuknya mirip pasak-pasak kurang lebih semeter panjangnya dengan ujung yang runcing, sesekali air menetes dari langit-langit gua.
Kami melewati ruang demi ruang dengan luas yang bervariasi. Ada yang mirip saal. Bentuk dan warna stalaktit dan stalagmit yang terbentuk pun bermacam-macam, ada yang merah, putih, hitam, cokelat. Ada yang mirip gunung es, ada yang stalaktit dan stalagmitnya sudah bertemu, sehingga membentuk pilar, ada juga yang mirip lembaran kertas berwarna gelap. Di ujung jalan, kami berhenti di sebuah ruangan sangat luas dengan stalaktit-stalagmit raksasa di dalamnya.
Agar bebatuan alam yang prosesnya ribuan atau bahkan jutaan tahun ini tak rusak, pengunjung tak diperkenankan memotret dengan lampu blitz. Dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk dapat menambah ketinggian stalagmit hanya setengah sentimeter saja. Padahal ada stalagmit raksasa yang tingginya berpuluh meter! Tetes-tetes air dari atap gua mengandung kalk, terendap dan mengeras menjadi batu. Warna berbeda dari bebatuan dihasilkan dari percampuran zat kimia yang berbeda pula.
Ruang konser di perut bumi
Menyeberangi Jembatan Rusia, kami bertemu dengan deretan gua-gua nan indah. Di sini, stalaktitnya seperti lembaran kertas. Berlekuk-lekuk, berlipat, ada yang bagai deretan air terjun. Saal musim dingin merupakan ruangan terendah di antara galeri gua lainnya yang didominasi warna putih. Orang menyebutnya ruang spaghetti, karena ribuan batang mini stalaktit yang mirip spaghetti menggelantung dari langit-langitnya.
Setelah melewati Ruangan Berlian (karena di dalamnya banyak bebatuan berkilau), kami sampai di stasiun terakhir, Ruang Konser. Pertunjukan konser menyanyi dan menari di perut bumi sesekali memang diadakan di sini. Ruangannya tinggi dan luas dengan akustik yang bagus. Ada juga akuarium olm (Proteus anguinus), sejenis binatang air berbentuk kadal putih yang asli penghuni gua. Senangnya hati kami karena dapat menikmati keindahan Gua Postojna yang tak terlupakan.