[quote type=”center”]Diare merupakan pembunuh kedua terbesar pada anak di bawah 5 tahun. Jadi, jangan biarkan diare mengusik kesehatan dan mencemari golden period si kecil Anda.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]D[/dropcap]i seluruh dunia, diare menyebabkan kematian anak di bawah usia 5 tahun, 2 kali lebih banyak dari malaria. Penduduk di negara berkembang termasuk di Indonesia diyakini rentan terkena diare karena kondisi sanitasinya dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia.
Apa penyebab diare ?
Penyebab diare yang terpenting adalah :
- Infeksi usus, misalnya : virus, kolera, disentri, bakteri, parasit, dan cacing
- Kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan protein
- Keracunan makanan.
- Tak tahan terhadap makanan tertentu (gangguan penyerapan makanan di usus) , misalnya : si anak tak tahan minum susu yang mengandung lemak atau laktosa.
Di seluruh dunia terdapat 1.9 juta balita meninggal setiap tahunnya akibat berbagai macam gangguan diare. Menurut WHO, sekitar 2/3 di antaranya (1.3 juta) terjadi di 15 negara di Asia dan Afrika. Diare merupakan pembunuh berbahaya di negara berkembang – lebih dari 5.000 anak meninggal akibat diare setiap harinya. Angka tersebut seharusnya bisa dicegah.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Balitbang Depkes RI, diare menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian bayi (usia 29 hari – 11 bulan) dan balita (usia 12 – 59 bulan). Sedangkan penyebab kematian kedua adalah penyakit pneumonia.
Penyebab diare banyak terjadi di negara berkembang adalah karena permasalahan ini kurang mendapat perhatian selayaknya. Selain itu, kurangnya fasilitas kesehatan di negara berkembang, kurangnya air bersih, infrastruktur kesehatan yang tidak baik, kebersihan pribadi, BAB (buang air besar) tidak pada tempatnya, tidak adanya sarana jamban yang baik, kebersihan lingkungan (lalat di mana-mana), dan para orangtua yang tidak mengetahui cara mengatasi dehidrasi juga memegang peran dalam meningkatkan angka diare.
Rotavirus merupakan penyebab diare yang paling lazim pada anak. Di dunia, lebih dari 475 juta kasus diare pada bayi tiap tahun, dan rotavirus merupakan penyebab utamanya. Sementara itu di Indonesia, pada tahun 2003 CDC memperkirakan 10.080 kematian per tahun karena rotavirus. Sementara Soenarto Y, dkk pada tahun 2006 menemukan 60% kasus rawat inap dan 41% kasus rawat jalan pasien diare disebabkan oleh rotavirus.
Kenali gejalanya
Gejala infeksi rotavirus yang biasanya muncul setelah anak 2 hari terinfeksi :
- Demam
- Muntah dan diare selama 3-8 hari, diare cair
- Nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Dehidrasi
Bayangkan, bila buah hati Anda yang tengah lincah bermain tiba-tiba terserang diare? Hilangnya nafsu makan dan dehidrasi bisa fatal pada bayi dan anak kecil. Dan biasanya gejalanya lebih berat pada anak yang baru pertama kali terinfeksi rotavirus.
Penularan virus dapat terjadi melalui tangan, mainannya, dan makanan/minuman.
Pentingnya pencegahan dini
Perbaikan higiene dan sanitasi memiliki manfaat yang terbatas pada pencegahan rotavirus, karena rotavirus memiliki sifat:
- Amat menular dari satu orang ke orang lain
- Dalam jumlah kecil dapat menyebabkan infeksi
- Dapat tetap hidup di tangan berjam-jam; pada permukaan padat berhari-hari
- Tetap stabil dan infektif dalam feses selama seminggu
6 Langkah pencegahan yang disarankan
- ASI eksklusif selama 6 bulan
- Penuhi gizi seimbang
- Penggunaan air bersih
- Rutin mencuci tangan
- Imunisasi
- Buang air besar pada tempatnya
Pencegahan infeksi rotavirus dengan vaksinasi diberikan melalui mulut dan pemberian dilakukan pada usia 6-12 minggu dengan interval 8 minggu. Vaksin rotavirus sudah termasuk dalam jadwal Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2011.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan penggunaan vaksin (rotavirus) sebagai bagian dari strategi untuk mengendalikan penyakit diare, selain intervensi yang lain seperti perbaikan higiene dan sanitasi, suplementasi zink, cairan rehidrasi oral berbasis komunitas dan perbaikan secara keseluruhan dari penanggulangan kasus diare