Biang keringat atau keringet buntet ialah kelainan yang ditandai oleh bintil-bintil di kulit yang biasanya muncul di dahi, leher, punggung dan bagian tubuh yang kaya kelenjar keringat.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]iang keringat meski lebih sering terjadi pada bayi tetapi bisa juga dialami anak-anak bahkan orang dewasa. Kelainan ini kadang disepelekan karena dianggap tidak berbahaya.
Kulit merupakan organ tubuh yang kompleks yang terdiri atas:
- Lapisan epidermis yang merupakan beberapa lapisan sel yang selalu meremajakan diri dan kulit yang mati akan terbuang sebagai kulit ari.
- Lapisan dermis (kulit jangat) yang terdiri atas serat kolagen dan elastin (sebagai bahan ‘pembentuk’ kulit)
- Lapisan subkutis yang terutama berisikan lemak (sebagai ‘bantalan’ kulit).
- Selain itu pada kulit juga terdapat kelenjar lemak dan kelenjar keringat.
- Kulit memiliki 2 jenis kelenjar keringat yakni kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin.
Untuk diketahui, sebetulnya kelenjar keringat sudah mulai dibentuk pada akhir trimester pertama kehamilan. Pembentukan dimulai di telapak tangan dan telapak kaki, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya, kecuali rongga mulut. Kepadatannya bervariasi menurut lokasi tubuh, yakni terbanyak pada telapak tangan dan kaki, serta wajah khususnya di dahi. Jumlah kelenjar keringat ini tidak akan bertambah setelah lahir. Namun meski saat lahir jumlahnya telah sama banyak dengan saat dewasa, tetapi fungsinya belum sempurna. Oleh karena itu, kemampuan bayi, apalagi bayi prematur untuk menghasilkan keringat bila ada rangsangan panas, belum sesempurna orang dewasa.
Kelenjar keringat ekrin mempunyai saluran yang bermuara langsung di permukaan kulit dan fungsinya dianggap baru mulai sempurna pada usia 2 tahun ke atas. Kelenjar apokrin terutama berlokasi di ketiak, sekitar lubang pelepasan dan area tertentu lainnya serta baru akan berfungsi menghasilkan ‘aroma’ khusus masing-masing individu sesudah pubertas.
Salah satu fungsi utama kelenjar keringat ekrin ialah membantu mengatur suhu tubuh. Pada saat udara di sekitar kita panas atau kita demam, maka akan terjadi peningkatan aktivitas kelenjar keringat (ditandai dengan keluarnya keringat) sehingga suhu tubuh akan tetap terjaga normal melalui proses penguapan.
Mengapa terjadi biang keringat?
Biang keringat (istilah kedokterannya miliaria) akan terjadi bila saluran kelenjar keringat ‘tersumbat’. Keringat yang ‘terperangkap’ ini memicu munculnya bintil-bintil yang terasa gatal. Kadang-kadang akibat garukan karena rasa gatal ini, dapat terjadi infeksi oleh kuman.
Secara medis, biang keringat dibedakan atas 3 jenis berdasarkan lokasi terjadinya sumbatan:
Pertama, biang keringat akibat sumbatan pada lapisan epidermis yang paling luar/atas, ditandai oleh lenting-lenting kecil berair dan tampak mengkilap. Biang keringat jenis ini biasanya tidak menimbulkan rasa gatal, tidak berwarna kemerahan dan pecah dengan sendirinya dalam waktu sekitar 1-2 hari sejak kemunculannya. Biang keringat jenis ini bukan merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius. Tipe pertama lebih kerap terjadi pada bayi di awal kehidupannya.
Kedua, bila sumbatan terjadi di lapisan epidermis bagian dalam/bawah. Gejalanya berupa bintil-bintil kemerahan, lenting berair, gatal dan perih. Jenis biang keringat seperti ini sering ditemui dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. Tipe ini bisa terjadi pada anak dan dewasa.
Ketiga, bila sumbatan terjadi di lapisan lebih dalam, yang biasanya lebih sering terjadi pada dewasa. Gejalanya sendiri tidak merepotkan penderita karena hanya berupa bintik kecil berwarna putih, seperti jerawat batu.
Bayi lebih rentan?
Sebetulnya, siapapun bisa mengalaminya. Tetapi, pada bayi (apalagi bayi yang lahir prematur) dan anak berusia kurang dari 2 tahun, kelenjar keringatnya belum berfungsi sesempurna anak yang lebih tua. Oleh karena itu, pada suasana yang ‘gerah’ panas dan lembab, kelainan akan lebih mudah terjadi.
Apalagi bila ditambah dengan pakaian yang dikenakan ternyata bahannya tidak menyerap keringat. Kelainan dapat diperberat bila kita hidup di daerah tropis dengan kelembaban tinggi (misalnya di Indonesia) khususnya bila ventilasi ruangan kurang baik.
Bagaimana cara pencegahannya?
- Rawatlah kulit anak dengan mandi secara teratur dan gunakan produk perawatan kulit yang sesuai.
- Pastikan kulitnya kering dan bersih.
- Beri bedak tabur (dengan cara yang benar) untuk menyerap sisa-sisa kelembaban dan mencegah gesekan.
- Pilih pakaian yang bersih, bahan yang menyerap keringat, model yang nyaman dipakai (karena anak-anak umumnya mempunyai lebih banyak aktivitas fisik) dan ganti setiap kali bajunya terlihat basah.
- Usahakan setiap ruangan mempunyai ventilasi udara yang cukup.
- Ajari anak untuk beraktivitas/bermain di tempat yang teduh.
Bila sudah terjadi biang keringat, apa yang dapat diupayakan ?
- Pada tahap awal, dapat dicoba bedak biang keringat, baik berupa bedak tabur maupun bedak kocok, yang tersedia di pasaran
- Namun bila tak kunjung sembuh, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Mungkin akibat garukan, terjadi luka dan akhirnya terjadi infeksi oleh kuman.
- Bila sudah terinfeksi bisa muncul penyakit baru yang memerlukan penanganan yang berbeda.
Referensi :
- Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed. 4. Jakarta, FKUI, 2005.
- Greene A. Miliaria A-Z guide. Diunduh dari http://www.drgreene.com/21_1141.html. F eb 2008.
- Mayo Clinic Staff. Heat Rash. Diunduh dari http://www.mayocliniJ.com/health/heat-rash/DS01058/DSECTION=causes. Jan 18, 2008.