Author: Fabiola P. Setiawan, MPsi
Libur telah tiba, libur telah tiba Hore…,Hore…,Hore…, Simpanlah tas dan bukumu Lupakan keluh kesahmu Libur telah tiba, libur telah tiba Hatiku gembira! [dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]epenggal syair yang dinyanyikan Tasya di atas menggambarkan kesenangan akan tibanya waktu liburan. Anak-anak mana yang tidak senang ketika liburan tiba? Liburan merupakan waktu mereka melepaskan penat sehari-hari di sekolah, dengan melakukan hal-hal positif seperti bermain di pantai, berenang, menikmati indahnya daerah pegunungan, atau hanya menghabiskan waktu bermain di rumah bersama teman-teman sebayanya. Apapun bisa dilakukan anak-anak ketika liburan. Tapi, bisakah anak diajarkan mandiri ketika liburan? Apa pentingnya mengajarkan kemandiriin saat liburan? Libatkan…
Contoh : (Ilustrasi)
–
Jalanan
macet, angkot yang tidak berhenti di tempatnya, orang naik/turun kendaraan umum
–
Antri
karcis
–
buang
sampah
–
merapikan
perlengkapan sehari-hari
–
jadwal
belajar
“Ayo Nak sudah jam sepuluh malam,
cepat tidur, besok sekolah…!” Si kecil masih
saja asyik dengan gamenya dan tidak bergeming sama sekali. Duh, sulitnya
menegakkan disiplin…
Disiplin pada hakikatnya
merupakan pembentukan ketekunan, nilai hidup dan pada akhirnya sikap bangsa.
Beberapa contoh bangsa yang memiliki disiplin tinggi seperti Jepang, Singapura
dan beberapa lainnya memiliki “nilai”tinggi di mata dunia.
Banyak sekali contoh
ketidaksiplinan sehari-hari yang dilakukan baik oleh anak maupun orang dewasa.
Contoh di atas, akan bertambah banyak bila dan tidak cukup satu hari untuk
mengumpulkan ketidakdisiplinan yang ada di sekitar kita.
“Disiplin” adalah suatu
kondisi/sikap seseorang yang sangat ideal, betapa indahnya apabila setiap pagi
ketika kita bangun sudah ada segelas susu hangat, roti bakar dan jus buah.
Namun itu semua tidak akan ada tanpa aturan yang berlaku. “Aturan”, kata inilah
yang menjadi kunci pembentukan sikap disiplin seseorang.
Kapan saat
tepat mengajarkan disiplin?
Pengenalan disiplin sudah bisa
dilaksanakan semenjak anak lahir bahkan ketika masih dalam kandungan. Seorang
ibu yang sedang mengandung akan tertib dalam mengatur pola makan, istirahat dan
emosinya agar anak yang akan dilahirkan kelak menjadi anak yang ‘cool’ dan tidak
bermasalah.
Begitu lahir biasanya bayi
akan disusui setiap 3 jam sekali. Semakin besar anak ia akan dilatih untuk
melakukan buang air (toilet training) di tempat khusus dan dengan cara yang
khusus pula. Masuk di usia balita, ia juga telah mengenal banyak pola disiplin,
misalnya menjaga kebersihan diri sendiri sampai bagaimanan harus bersikap
ketika berada di lingkungan luar keluarga.
Kohlberg menceritakan bahwa
pembentukan disiplin berlangsung dengan diawali dari rasa takut terhadap
hukuman, berusaha mengembangkan sikap yang diterima lingkungan sampai akhirnya
dapat memiliki nilai-nilai pada diri sendiri.
Apa yang
harus dilakukan?
Sebagai orangtua, pendidik
maupun pengasuh si buah hati hendaklah memiliki kesabaran ekstra dan rasa kasih
sayang dalam mengajarkan disiplin. Sesuaikanlah dengan usia dan kemampuan yang
dimiliki.
Usia balita :
Kenalkan disiplin sehari-hari
pada anak. Seorang anak belajar memahami kejadian di lingkungan dengan menjadi
pengamat dan peniru. Dia banyak melakukan eksplorasi lingkungan dan reaksi yang
diterimanya dari hasil perbuatannya serta pembentukan kebiasaan oleh orangtua.
Misalnya :
–
saat
bayi, anak memiliki ‘jam’ minum susu, makan sehingga tubuh seolah memiliki jam
biologis untuk lapar
–
pengaturan jam tidur, yang akan
mempengaruhi kesehatan anak
–
mengajarkan kebersihan ketika buang
air (toilet training). Akan mendidik
anak untuk memiliki kontrol diri untuk kebersihan dirinya
–
menginjak usia lebih besar (2 tahun
ke atas), anak akan lebih banyak bereksplorasi. Kenalkan mereka akan bahaya di
sekitarnya. Seperti listrik, air yang tergenang agar tidak terpeleset, kaca,
pisau yang tajam. Hal ini tentunya dilakukan dengan bahasa yang dimengeti oleh
mereka.
–
Orangtua sebaiknya memiliki pola
hidup yang teratur, misalnya bangun pagi lalu beribadah, mandi pagi, merapikan
rumah, makan makanan sehat, dan
berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Dengan mengamati keteraturan yang
ada setiap hari, seorang anak pada usia ini akan lebih mudah memiliki disiplin
diri.
Usia sekolah
– remaja (7-14 tahun)
Anak sudah mulai dapat
membedakan nilai-nilai kehidupan dan sudah mulai dapat bertanggungjawab terhadap perilakunya.
–
Tingkatkan
disiplin, misalnya tanggung jawab terhadap kebersihan diri, pola belajar hingga
membantu orangtua.
–
Penghargaan
dan ‘hukuman’ (reward dan punishment) cukup efektif untuk pembentukan
disiplin. Misalnya, bila anak merawat mainannya, barulah dibelikan lagi mainan
baru (reward) namun bila sebaliknya, mungkin orangtua bisa meminta anak lebih
tanggung jawab dengan menyuruhnya membersihkan mainannya atau mengurangi waktu
bermainnya (punishment).
TIPS
Untuk membantu pembentukan disiplin anak, banyak hal yang
dapat dilakukan, antara lain :
- Kenalkan semenjak dini keteraturan dan disiplin
keluarga pada anak - Buatlah suasana menyenangkan ketika mengajarkan
disiplin pada anak, sehingga anak memiliki kesan yang indah ketika
melakukan tugasnya - Aturan yang diberlakukan hendaknya disesuaikan
dengan usia anak. Sebaiknya
orangtua tidak menuntut anak diluar batas usianya. - Berikan penghargaan (reward) dan hukuman
(punishment) yang tepat. Jangan ragu untuk memberikan pujian ketika anak
melakukan kebaikan. Hargai setiap keberhasilan yang ditunjukkan. - Segeralah memberikan tindakan ketika anak melakukan
kesalahan, sehingga anak dapat memahami pada saat itu juga. Misalnya
ketika ia melakukan kesalahan yang membahayakan dirinya atau oranglain. - Janganlah melakukan hukuman fisik ketika anak
melanggar aturan. Kebiasaan melakukan hukuman fisik membuat anak kebal
terhadap ‘peringatan’ dari orangtua. - Terakhir namun merupakan yang terpenting, berilah
contoh yang baik kepada anak. Jagalah konsistensi antara orangtua dan
pengasuh atau lingkungan sekitarnya, misalnya anak harus tidur siang,
tetapi ternyata pengasuh atau nenek kakek malah mengajaknya bermain.
Tidak sulit melakukan hal di
atas, yang dibutuhkan adalah kesabaran dan kasih sayang. Semoga kita sukses
menjadi orangtua yang berhasil menanamkan disiplin pada anak-anak kita.
Referensi:
Hurlock, Elizabeth B.
Perkembangan Anak,1978. edisi ke-6. Penerbit : Erlangga. Jakarta
Papalia. Diane E. 1998. Human Development. Mc Graw Hill.
USA
Schaefer, Charles E. and Howard Milman. How To Help
Children With Common Problems. 1981. VNR Company. USA
Vasta, Ross etc. Child Psychology 4th Edition. John
Willey and Sons. USA
Artikel-artikel terkait dari
internet.