Author: dr. Endang D.L. Tatar, SpA
Anita gundah bukan kepalang, Sissy putrinya yang baru menginjak usia 11 bulan sudah mulai sulit diajak bekerjasama dalam soal makan. [dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]ulanya, gadis mungil ini sangat kooperatif, sejak mulai makan makanan padat di usia 6 bulan tak ada masalah. Namun menjelang 1 tahun, mulut kecilnya malas membuka. Namun, saat anggota keluarga lain sedang makan makanan kecil (snacks) tangan kecilnya sibuk menggapai dan memakan camilan yang diberikan kepadanya. Sebut saja risol isi ragout, tahu isi, serabi, kue sus, atau wafer. Anita bertanya-tanya, apakah bila ia memberikan aneka camilan itu akan membuat pola makan buah hatinya menjadi tak teratur?…
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]eiring pertambahan usia, buah hati Anda membutuhkan zat gizi lebih. Setelah usia 6 bulan, bayi tidak hanya cukup diberi ASI saja, ia mulai membutuhkan makanan padat. Pengenalan makanan padat kepada bayi perlu mempertimbangkan kebutuhan nilai gizi, macam variasi dan tekstur makanannya yang disesuaikan dengan perkembangan keterampilan makannya. Apakah si kecil sudah siap? Anda perlu mencermati tanda-tanda bahwa si buah hati siap menerima makanan pendamping ASI. Apa tanda-tandanya? Pada grafik KMS (kartu menuju sehat) pertumbuhan anak tergolong normal Gigi seri bawah sudah mulai muncul, atau pada bagian gusi sudah teraba keras, dan sudah ada refleks menggigit…