[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]ungkin Anda paling cemas kalau anak demam, apalagi suhunya makin tinggi “saya takut anak saya stuip kalau demam tinggi” atau “ngeri takut otaknya terganggu”, Apa yang sebenarnya terjadi ?
Peninggian suhu tubuh di atas 41,1 derajat C yang istilah kedokterannya disebut hiperpireksia memang wajar membuat ibu cemas. Selain menyebabkan proses dalam tubuh terganggu, metabolisme meningkat, jaringan tubuh juga bisa rusak karenanya.
Apa yang terjadi?
Dalam bagian otak kita yang disebut hipotalamus, terdapat sebuah area yang disebut termostat. Di sinilah temperatur tubuh di atur. Cara kerjanya seperti alarm yang bekerja otomatis. Tubuh harus menjaga agar temperaturnya sesuai dengan yang ditentukan oleh termostat. Bila tidak, otomatis “alarm” bereaksi dengan memerintahkan tubuh untuk mencapai temperatur yang ditetapkan termostat. Nah, pada demam yang terlalu tinggi, temperatur yang dipatok meningkat. Jadi, tubuh berusaha memproduksi panas secara besar-besaran agar mencapai temperatur yang dipatok itu. Misalnya, dengan menggigil, menurunkan produksi keringat, dan mengurangi peredaran darah kulit.
Semua itu menimbulkan gejala seolah-olah anak berada pada hawa dingin. Ia akan menggigil, tidak berkeringat, dan kaki serta tangan pucat dan dingin akibat demam yang terlalu tinggi.
Otak bisa rusak
Akibat tubuh “dipaksa” mencapai suhu sangat tinggi, terjadi berbagai kerusakan di semua organ tubuh. Jantung dan pernapasan akan bekerja lebih cepat dan lebih keras lagi. Kerja ginjal juga terganggu akibat aliran darah ke ginjal menurun, di tambah lagi jaringan ginjal yang rusak, atau karena penumpukan mioglobin, yang produksinya meningkat karena kerusakan otot tubuh. Tak ketinggalan, terjadi pula kelainan darah dan saluran cerna, juga gangguan peredaran darah yang semuanya akan memperparah keadaan.
Kerusakan jaringan tubuh biasanya terjadi pada suhu tubuh lebih dari 41,1 derajat C,.Kalau suhu meningkat lagi menjadi 42,2 derajat C, kerusakan itu tak bisa kembali normal. Jaringan tubuh yang mudah rusak adalah otak atau susunan saraf pusat dan otot. Kerusakan tergantung dari area otak yang terkena. Bila area yang mengatur pernapasan rusak, maka napas akan menjadi tidak teratur secara permanen. Kalau area termostatnya yang terkena, maka tubuh kita tak bisa lagi mengatur suhu.
Temperatur tubuh yang meningkat 6 derajat C dari normal sudah tak bisa lagi ditoleransi dalam kehidupan hingga akan mengganggu semua fungsi tubuh.
Memberi penurun demam
Penurun demam yang aman adalah parasetamol dan ibuprofen.
Parasetamol diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg berat badan/ kali, boleh diberikan 4 kali sehari. Misalnya anak dengan berat badan 10 kg memerlukan parasetamol 100-150 mg sekali pemberian. Bacalah etiket obat dengan teliti karena takaran parasetamol berbeda-beda.
Ibuprofen diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan setiap kalinya. Sehari 3 kali sudah cukup.
Mengatasi demam tinggi
Bila suhu tubuh anak mencapai 41,1 derajat C, segeralah minta bantuan dokter karena ini keadaan darurat yang perlu ditangani secepatnya. Anak akan diinfus dan dibantu pernapasannya, jika perlu menggunakan alat bantu pernapasan atau dirawat di ruang khusus.
Suhu yang terlalu tinggi bisa membuat kebutuhan cairan meningkat sampai 1,5 kali kebutuhan normal hingga anak diberi cairan lewat infus, juga berikan minum sebanyak ia mau. Anak yang menggigil dapat dikompres hangat dan diselimuti. Kompres hangat akan ditangkap oleh saraf dan menjadi sinyal bagi otak bahwa suhu kulit sudah tinggi hingga termostat akan menghentikan “alarm” dan anak tidak menggigil lagi. Jika perlu, dokter bisa memberi obat untuk menghentikannya.
Kompres hangat dan selimut juga membantu tubuh mengeluarkan keringat. Pembuluh darah melebar, apalagi bila dibantu dengan pemijatan (massage) hingga sirkulasi darah di kulit lebih baik. Sedangkan kompres dingin tidak dianjurkan karena anak akan lebih menggigil. Juga, pembuluh darah kulit menyempit dan keringat berkurang hingga panas tubuh tidak bisa dikeluarkan. Alkohol, yang dulu sering dipakai untuk kompres, dapat menyebabkan keracunan.
Kompres, selimut, ataupun pemijatan perlu dibarengi dengan obat penurun panas. Obat ini akan menurunkan temperatur yang dipatok termostat hingga “alarm” tak lagi memaksa tubuh untuk memproduksi panas ataupun melarang pengeluaran panas.
Bahaya atau tidak?
Demam terlalu tinggi sebenarnya adalah gejala, pengobatannya tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Pada kebanyakan kasus, demam tinggi bisa diatasi dan fungsi tubuh dapat kembali normal.
Referensi:
- IUPS Thermal Commission: Glossary of terms for thermal physiology J. Appl. Physiol. 2001, 51:245-80
- Clark WG. Antipyretic. Dalam: Mackowiak PA, editor. Fever mechanisms and management. New ork: Raven Press, 1991.h297-340