Disleksia adalah istilah yang dapat diartikan sempit dan luas. Secara sempit disleksia dipahami sebagai kesulitan membaca secara teknis. Dalam arti luas, disleksia artinya segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun memahami kata-kata.
Gejala yang sering ditemui antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d, kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, dan besok), sulit mengingat urutan, sulit mengikuti instruksi verbal, sulit berkonsentrasi, perhatiannya mudah teralih, sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan, seringkali mengalami kesulitna berhitung terutama bila disampaikan dalam bentuk cerita, tulisannya sulit dibaca, dan kurang percaya diri.
Menangani anak disleksia
Anak disleksia bisa belajar di sekolah biasa ataupun sekolah khusus tergantung dari efek disleksia tersebut. Bila anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai “cukup” dan perkembangan sosial emosinya tidak terganggu, anakmasih mungkin belajar di sekolah biasa. Tetapi jika disleksia amat mengganggu prestasi belajar, bahkan sampai tidak naik kelas, sebaiknya disekolahkan di tempat khusus agar ditangani lebih terfokus.Di rumah Anda pun bisa melatih meningkatkan kekuarangannya.
Membaca
Menangani anak disleksia yang memiliki kesulitan membaca teknis (sering terbalik-balik –ibu menjadi ubi-, bingung dengan huruf yang bentuknya mirip, kehilangan jejak saat membaca), bisa diatasi dengan cara:
- Memulai dari hal yang sudah dikuasai anak. Misalnya mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata yang terdiri dari dua suku kata, dan seterusnya.
- Metode dikte. Guru atau orang tuamendiktekan kata atau kalimat, lalu anak menuliskannya. Hal ini juga bisa dilakukan terbalik yaitu anak yang mendiktekan kemudian ditulis oleh orang lain, lalu ia diminta membacakannya kembali.
- Membaca wacana dan menjawab pertanyaan tentang wacana tersebut. Sumbernya bisa berupa buku cerita bergambar, cerita tanpa gambar, atau membaca bersama dan perlahan-lahan anak dibiarkan mendominasi bacaan.
- Membedakan b dan d dengan bantuan ibu jari kiri dan kanan.
- Membuat huruf dengan lilin.
- Banyak diberikan tugas yang melatih rangsang visualnya.
- Saat di kelas, anak disleksia diberi giliran membaca paling akhir agar bisa mendengarkan teman-temannya terlebih dahulu.
- Usahakan saat ujian, tulisan untuk anak disleksia diperbesar.
- Guru membantu anak disleksia untuk membaca soal saat ujian yang dikurangi secara bertahap sesuai kemampuan anak.
- Pengurangan jumlah soal ujian.
Anak disleksia juga dapat memiliki kesulitan memahami bacaan, biasanya karena ia mengalami gangguan berpikir konsep. Bisa juga ia kurang memahami kata demi kata dalam bacaan tersebut. Apa yang bisa dilakukan?
- Memberikan bantuan gambar pada saat menjelaskan sebuah konsep
- Pemetaan pikiran (mind mapping) agar anak bisa memperoleh gambaran umum tentang suatu konsep sebelum mulai belajar.
- Sebelum membaca sebuah cerita, dengan melihat judulnya biasakan anak untuk bertanya apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana.
- Menjelaskan langsung. Bila anak mengalami suatu kejadian, misalnya berkelahi dengan teman, jelaskan secara langsung sebab akibatnya.
Menulis
Beberapa anak disleksi memiliki tulisan yang jelek karena kontrol motoriknya kurang baik. Strategi yang bisa dilakukan antara lain:
- Latihan menulis halus, berupa pola atAupun kalimat. Latihan bisa dilakukan sebagai hukuman atau saat anak sedang santai.
- Menghubungkan titik dengan titik untuk melatih kemampuan motorik halusnya.
- Menggunakan pencil grip
- Menggunakan pensil yang tebal (misalnya pensil 2B) pada anak yang tekanannya terlalu lemah dan pensil yang tipis (pensil H) pada anak yang tekanan pada kertasnya terlalu kuat.
Memahami urutan
Sebagian anak disleksia sulit mengingat urutan hari dalam satu minggu atau bulan dalam satu tahun. Mereka juga sulit mengingat deretan angka. Apa yang bisa dilakukan?
- Mintalah ia menceritakan kembali secara runtut sebuah cerita yang baru saja diterangkan padanya atau film pendek yang baru ditontonnya, atau kejadian yang baru dialaminya.
- Lakukan permainan yang melatih memampuannya mengurutkan, misalnya menyusun angka, kalimat, dan sebagainya.
Memahami orientasi
Anak disleksia juga sering kali ragu tentang orientasi ruang seperti kanan-kiri, depan-belakang, ataupun atas-bawah. Bahkan ada yang tidak mengerti waktu atau tempat di mana mereka berada. Bagaimana meningkatkan kemampuan orientasinya?
- Permainan baris berbaris
- Bila anak benar-benar bingung mana kanan dan kiri, berilah tanda seperti gelang pada salah satu tangannya.
- ngatkan ia setiap hari tentang tanggal ataupun hari saat ini.
- Lakukan permainan yang melatih kemampuan orientasinya, misalnya “Pegang telinga kiri dengan tangan kananmu!”
Memahami angka
Ada pula anak disleksia yang sulit memahami matematika, biasanya karena kurangnya kemampuan bahasa, mengurutkan, dan memahami simbol. Terkadang, mereka juga sulit menghitung mundur dan salah menempatkan angka. Gunakan kertas berpetak untuk melakukan penjumlahan atau pengurangan, dan permudah lambang-lambang yang sulit misalnya simbol < atau > dilambangkan seperti mulut buaya, katakan mulut buaya selalu menghadap ke angka yang lebih besar.
Referensi:
- Harwell, Joan M. 1995. Ready-to-Use: Informatian & Materials for Assessing Specific learning disabilities. Complete Learning Disabilities Resource Library Volume I.
- West Nyack. New York: The Center for applied research in education
- Pollock, Joy & Elizabeth Waller. 1994. Day-to Day Dyslexia in the classroom. London & New York: Routledge
No Comments
Dari pengalaman penulis, anak-anak yang mengalami disleksia ini rata-rata memiliki permasalahan dengan hubungan antara orangtuanya. Dengan catatan, secara IQ mereka tidak bermasalah setelah kita lakukan tes psikologi atau pengamatan mendalam. Hal ini sangat mempengaruhi pola asuh serta pola ajar dalam memberikan tritmen lanjutan. Sehingga yang pertama-tama kita buat adalah komitmen dengan orangtua terlebih dahulu.
Secara metodologi metode di atas dapat dilaksanakan dengan beberapa modifikasi dalam berbagai kasus. Termasuk di dalamnya memberikan motivasi kepada orangtua untuk ‘dipaksa’ menjadi guru, yang ternyata cukup efektif dalam menjalankan metode tersebut. Proses pembelajaran bukanlah terapis sentris, tetapi tetapi keluarga terutama orangtua lah yang mampu memberikan motivasi terbesar mereka untuk lebih mampu berkembang.
Selama beberapa tahun ini, kami lakukan hal-hal seperti itu yang akhirnya bagi orangtua yang mengerti mengungkapkan,"Lho Mas, ini kan jadi homeschooling?" Inilah yang kadang menjadi sesuatu yang lucu. Secara alami, orangtua merasa bahwa sebenarnya mereka sendiri ternyata mampu mengajar. Meski di lain hal, ada guyonan bahwa mereka juga merasa kami ‘kerjai’. Tapi justru disinilah yang kami tekankan. Bahwa segala permasalahan, orangtualah guru terbaik mereka selain sekolah (sekolah khusus).