Jalan yang sedikit menanjak, dengan pot-pot bunga aneka warna di kanan-kirinya, puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang berselimut kabut di kejauhan, dan udara segar mengisi paru-paru. Sungguh menyegarkan!
Kebun Raya Cibodas (KRC) yang aslinya bernama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas) didirikan 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor. Kebun raya ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat aklimatisasi bagi tumbuh-tumbuhan dari luar negeri yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, misalnya Pohon Kina, dan pohon-pohon langka dari berbagai negara.
Sejak tahun 2003 status KRC menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kini, selain masih menjadi tempat koleksi ribuan tumbuhan, sarana penelitian, KRC juga menjadi tempat wisata yang cantik, a must visit bagi orang yang suka menyepi, menyenangi udara sejuk dan segar, menyukai dunia tumbuhan, maupun hobi fotografi atau melukis.
Daerah yang cukup luas
Sebelum bumi perkemahan dipisah pengelolaannya, luas KRC secara keseluruhan adalah 125 hektar. Kini, meski tinggal 87 hektar, namun masih sangat luas untuk bisa dijelajahi dalam sehari, apalagi dengan berjalan kaki. Karena kontur tanah di sini naik turun di ketinggian 1.300-1.425 meter, bersepeda hanya cocok untuk pesepeda tingkat advance. Alternatif lain adalah menggunakan mobil, yang bisa masuk ke dalam kebun raya dan diparkir di lokasi yang disediakan.
Lumut, kaktus dan sukulen
Area yang bisa dikunjungi di dekat tempat parkir adalah Taman Lumut, yang juga bersebelahan dengan tanaman Bunga Bangkai. Taman ini memiliki lebih dari 200 jenis lumut dari berbagai tempat di Indonesia dan dunia. Di dekat Taman Lumut, tepat di belakang guesthouse, terdapat 7 rumah kaca, yang menjadi rumah bagi koleksi hampir 300 jenis kaktus kecil, sekitar 250 jenis anggrek dari banyak daerah di Indonesia, dan ratusan koleksi tanaman sukulen (tanaman yang banyak mengandung air).
Bunga Sakura
Jika berjalan terus ke belakang dari pintu gerbang utama, Anda akan menemukan air terjun kecil Curug Cibogo. Terpisah oleh jalan yang tergenang air, kita bisa melihat Taman Sakura. Bunga Sakura yang ada di KRC ini adalah Sakura Himalaya (Prunus cerasoides), namun memiliki tipikal bunga yang mirip dengan Sakura Jepang (Prunus serrulata).
Setelah melewati jalan menanjak di samping Curug Cibogo, ada taman yang menarik perhatian karena didominasi pohon-pohon tinggi dan besar. Pohon seperti Araucaria cunninghamii Aiton dari Australia dan Libocedrus macrolepis Benth dari China hidup di sini.
Jika ingin memotret KRC dengan latar belakang Gunung Gede-Pangrango, lapangan rumput yang bersisian dengan Taman Lumut adalah spot terbaiknya. Cuaca di sini cepat berubah, bisa saja tiba-tiba mendung dan hujan. Tapi meskipun mendung, memotret dari sini tetap menghasilkan gambar yang superb.
Berjalanlah di Araucaria Avenue yang kanan kirinya dipagari banyak pohon Araucaria yang super besar. Kita bisa menyusurinya dengan naik kuda. Di jalan ini pula terdapat akses menuju Curug Ciismun. Air terjun ini bisa dicapai dengan berjalan kaki sekitar 30 menit. Ada juga Curug Cibeureum, yang terdiri dari 3 air terjun. Letaknya di luar kompleks KRC, mengambil rute yang sama dengan rute pendakian ke Gunung Gede-Pangrango yang membutuhkan trekking sekitar 2 jam. Jalur trekkingnya sudah bagus, berupa jalan berbatu. Siapkan stamina Anda.
Cara ke KRC dan Jika Ingin Menginap
Dari Jakarta, setelah melewati Puncak Pass dan Kota Bunga, Anda akan melihat gapura papan nama penunjuk ke KRC. Berangkatlah pagi-pagi sekitar jam 6 dan pulang sekitar jam 3 sore. Tiket masuk per orang Rp6.000, mobil Rp15.500, motor Rp2.500. Sewa sepeda bisa dilakukan sebelum pintu masuk KRC. Kontak Mas Ipal (0813-18441883, www.krakatoa1883.com) yang menyewakan sepeda gunung. Di KRC juga disediakan guesthouse, kontak Desi (0815-63424391, 0263-512233) untuk booking ruanga