Pemberian ASI eksklusif tidak berhasil karena jumlah ASI kurang. Ayo ibu, teliti dulu semua info agar tak tersesat mitos yang keliru.
Menyusui merupakan proses alami ketika ibu memberikan makanan terbaik untuk si kecil. Selain menjadi bonding yang baik, ASI tak sekadar mencukupi kebutuhan nutrisi tapi juga memenuhi komponen makro dan mikro yang sangat berguna untuk membangun tumbuh kembang anak. Komponen makro yang terdapat pada ASI mencakup karbohidrat, protein dan lemak sedangkan komponen mikro adalah vitamin dan mineral.
Meski telah diketahui manfaat menyusui bagi ibu dan bayinya namun proses menyusui terkadang masih saja terkendala berbagai mitos yang telanjur berkembang. Berbagai mitos tersebut diantaranya:
- Wanita hamil tidak boleh menyusui. Fakta: Sewaktu ibu menyusui, hormon oksitosin akan dilepaskan. Hormon ini dapat menyebabkan kontraksi rahim. Fakta ini yang sangat menimbulkan kekhawatiran bahwa menyusui dapat berperan dalam proses kelahiran prematur akibat kontraksi dini dari otot rahim. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena sensitifitas rahim terhadap oksitosin baru meningkat pada kehamilan cukup bulan dan setelah melahirkan.
- Ibu dengan puting yang kecil akan sulit menyusu. Fakta: Saat bayi menyusu pada ibunya, bagian payudara yang seharusnya masuk ke mulut bayi tidak hanya bagian putingnya saja melainkan seluruh areola payudara. Jika bayi hanya memasukkan puting saja ke dalam mulutnya, ASI yang keluar akan lebih sedikit. Perlekatan yang kurang baik antara mulut bayi dan payudara akan menyebabkan puting lecet. Bayi akan menarik, menggigit dan menggesek kulit payudara. Hal ini akan melukai puting dan menimbulkan rasa nyeri.
- Bayi diare tidak boleh minum ASI. Fakta: ASI dengan berbagai kelebihannya dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh pada saluran pencernaan. Lingkungan asam yang diciptakan di dalam usus besar setelah mendapatkan ASI merupakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik namun tidak ideal untuk bakteri jahat. Mikroorganisme baik ini juga akan menghasilkan zat yang dapat menghambat aktivitas bakteri jahat.
- ASI harus diberikan secara terjadwal. Fakta: Pemberian ASI sebaiknya tidak dijadwalkan. Menyusui yang paling baik dilakukan sesuai permintaan (on demand) pada siang dan malam hari. Dalam sehari pemberian ASI minimal 8 kali. Semakin sering bayi menyusui, akan semakin banyak ASI yang dihasilkan.
- ASI ekslusif gagal akibat ASI terlalu sedikit. Fakta: Salah satu penyebab jumlah ASI sedikit adalah kurangnya keyakinan ibu bahwa dia dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Langkah pertama adalah mencari penyebab. Faktor yang paling sering kesalahan jadwal, tidak mengosongkan salah satu payudara, tidak melakukan inisiasi menyusui dini, dan kesalahan pada posisi dan perlekatan antara mulut bayi dan payudara. Faktor lain adalah faktor psikologis ibu. Perasaan stress dan kekhawatiran yang berlebihan akan jumlah ASI yang tidak cukup akan menyebabkan ASI semakin berkurang.
- Ibu yang sudah berhenti menyusui tidak dapat memberikan ASI kembali. Fakta: Setelah tidak menyusui sekian lama, produksi ASI akan berkurang. Selain itu bayi akan malas menyusu apalagi jika sudah diberikan susu melalui botol. Untuk mengembalikan agar ibu dapat menyusui bayinya kembali, dapat digunakan alat yang disebut “suplementer”. Suplementer adalah alat yang digunakan pada bayi yang menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Alat ini terdiri dari slang plastik dan cangkir atau breast feeding supplementer. Dengan alat ini bayi tidak akan marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang untuk memproduksi ASI.
Nah para ibu, jangan sia-siakan kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi si kecil.
Referensi :
- Vieira TO, Vieira GO, Giuglian EJ, Mendes CM, Martins CC, et al. Determinants of breastfeeding initiation within the first hour of life in a Brazilian population: cross-sectional study. BMC Public Health 2010; 10:760
- Flower H. Myths vs Facts: Breastfeeding During Pregnancy and Tandem Nursing. www.nursingtwo.com. 2003
- Hegar B, Suradi R, Hendarto A, Partiwi I. Bedah ASI: Kajian dari berbagai sudut pandang ilmiah. Jakarta