Penyakit GERD termasuk penyakit kronis yang jika berlanjut dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami orang di seluruh dunia. Dua gejala utama GERD yaitu nyeri dada dan rasa panas di dada seperti terbakar (heartburn), dan biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit karena adanya asam yang naik (regurgitasi). Dari hasil survei Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM Jakarta sampai bulan Mei 2015. Dari 1200 sampel dengan menggunakan kuisioner GERD (GERD-Q) ternyata lebih dari 50% responden kemungkinan mengalami GERD.
GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi, karena asam lambung atau isi lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan yang awalnya hanya perlukaan. Luka yang terjadi bisa semakin luas dan menyebabkan penyempitan dari kerongkongan bawah. Bahkan GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dinding dalam kerongkongan dan menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker.
Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke:
- gigi (erosi dental),
- tenggorokan (faringitis kronis),
- sinus (sinusitis),
- pita suara (laringitis),
- saluran pernafasan bawah (asma)
- bahkan sampai paru-paru (fibrosis paru idiopatik).
Penyakit GERD bisa dideteksi dengan menggunakan kuisioner GERD. Total skor yang didapat dari kuisioner dapat diduga bahwa seseorang tersebut menderita GERD atau tidak: jika nilai <8 maka kemungkinan tidak menderita GERD, jika > atau = 8 kemungkinan menderita GERD.
Kuisioner GERD sendiri terdiri dari 6 pertanyaan. Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan positif adanya GERD yaitu panas dada seperti terbakar (heart burn) dan adanya sesuatu yang balik arah (regurgitasi). Sedang pertanyaan negatif adalah adanya nyeri ulu hati dan mual. Sedang 2 pertanyaan terakhir dari kuisioner ini adalah gangguan tidur dan obat yang diberikan untuk mengatasi keluhan tersebut. Poin didasarkan dari frekuensi kejadian dari pertanyaan yang ada setiap harinya dalam 1 minggu. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita GERD bisa klik http://www.surveymonkey.com/s/gerdq
Bagaimana menangani GERD?
Prinsip utama mengobati pasien GERD adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Tatalaksana penyakit GERD berupa tatalaksana non obat/perubahan gaya hidup dan tatalaksana obat-obatan. Tatalaksana non obat yaitu perubahan gaya hidup.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk tatalaksana non obat:
- Menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
- Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan. Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.
- Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.
- Hindari minum kopi, alkohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD tersebut.
- Hindari makanan yang mengandung coklat dan keju.
- Menghindari stress
- Mengontrol berat badan sampai mencapai berat badan ideal
Beberapa data penelitian menunjukkan pasien GERD yang mengonsumsi daging secara berlebihan dan langsung tidur akan menyebabkan timbulnya panas di dada pada 4 dari 5 kasus GERD.
Pengobatan GERD
Obat yang diberikan terutama obat anti sekresi asam lambung. Obat-obat kelompok ini terdiri dari dua kelompok obat yaitu penghambat reseptor H2 (antagonist H2 reseptor) antara lain ranitidin, famotidin, nizatidin, atau simetidin. Kelompok kedua yang termasuk obat anti asam yang kuat yaitu penghambat pompa proton seperti omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, esomeprazol, atau pantoprazol.
Antasida obat penetral asam yang banyak dijual bebas digunakan untuk mengurangi gejala akibat GERD tersebut. Dengan memahami penyakit GERD, penyakit kronis karena asam lambung, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diharapkan masyarakat lebih menata gaya hidup yang lebih sehat.