Saat anak diare selalu menimbulkan keresahan orangtua. Awas hati-hati jangan sampai tersesat antara mitos dan fakta tentang diare.
# Diet BRAT memperbaiki diare. = Mitos
BRAT yang berarti banana, rice, applesauce, dan toast pernah direkomendasikan untuk mengobati diare. Tetapi nutrisi ini kurang akan lemak dan protein. Jika pun dapat memperbaiki asupan nutrisi anak, diet jenis ini cukup pada hari pertama saja dan tidak seterusnya.
# Dehidrasi merupakan ancaman serius = Fakta
Yang berbahaya saat diare bukanlah konsistensinya yang cair, tetapi jumlahnya yang keluar karena dapat menyebabkan anak kekurangan cairan (dehidrasi). Bila anak BAB, segera ganti cairan yang keluar dengan jumlah cairan yang cukup. Lanjutkan ASI, berikan minum sebanyak 10 cc per kilogram berat badan anak setiap kali ia BAB untuk menggantikan cairan yang hilang. Bila dibiarkan, diare dapat menyebabkan kematian dan itu fakta..
# Anak diare harus selalu minum obat = Mitos
Diare seringkali tidak memerlukan obat. Obat diare adalah cairan, karena kekurangan cairan merupakan hal berbahaya dan penyebab diare terbanyak adalah virus yang bisa sembuh sendiri. Pencegahan dehidrasi pada bayi yang terbaik adalah ASI, bisa ditambah kuah sayur ataupun cairan lainnya. Bila anak sudah ada tanda-tanda kekurangan cairan, gantilah dengan cairan rehidrasi oral (CRO) yang mengandung elektrolit, atau buatlah larutan garam gula bila CRO tidak tersedia di rumah. Larutan gula garam dapat dibuat dengan mencampur 1 sendok teh gula pasir dan seperempat sendok teh garam dapur dalam 200 cc air matang.
# Obat menyebabkan diare = Fakta
Sebaliknya, beberapa obat justru membuat diare. Antibiotika golongan penisilin seperti amoksisilin bisa menyebabkan diare pada beberapa anak. Bila antibiotika dihentikan, diare pun akan berhenti. Diare juga bisa terjadi pada anak yang lama mendapat antibiotika sehingga terjadi ketidakseimbangan kuman di saluran cerna, termasuk jamur yang pada kondisi biasa sebenarnya tak bisa tumbuh subur. Hal ini pun bisa menyebabkan diare.
# Anak diare perlu puasa dan hanya cukup minum air = Mitos
Anak justru harus mendapatkan sebanyak mungkin cairan. Makanan diberikan setelah kekurangan cairan diatasi, yaitu sekitar 3-4 jam. Makanan bahkan bisa diberikan bersama dengan cairan bila anak tidak kekurangan cairan yang berat, misalnya minuman bernutrisi tinggi seperti sup berkuah, yoghurt, atau jus buah. Jika anak belum nafsu makan, berikan makanan sedikit demi sedikit dan tinggikan kalorinya dalam satu porsi, misalnya memasukkan sesendok margarin ke dalam mangkuk bubur hangatnya. Tempe telah banyak diteliti dapat menjadi alternatif makanan selama diare. Setelah anak sembuh, porsi makanan perlu ditambah untuk mengganti yang hilang.
# Anak diare perlu menghindari susu = Mitos
Pada umumnya susu tidak memperberat diare. Diare hanya terjadi pada anak yang alergi susu, atau tidak toleran terhadap kandungan laktosa dalam susu. Bila hal ini terjadi, bayi dapat diberikan susu rendah laktosa. Beberapa jenis diare mungkin memerlukan jenis susu khusus, tetapi konsultasikan dahulu dengan dokter anak Anda. Justru, air susu ibu merupakan cairan yang dianjurkan untuk mencegah diare karena mengandung antibodi terhadap kuman diare, juga sebagai pengganti cairan selama anak diare.
# Suplemen bisa mencegah atau memperpendek masa diare = Fakta
Beberapa penelitian menunjukkan suplemen zink (mineral seng) bermanfaat untuk memperbaiki dinding saluran cerna. Kekurangan zat ini dapat menyebabkan anak mudah terkena infeksi salah satunya diare. Bahkan, suplementasi zink dapat memperbaiki gejala diare ringan dan sedang. Penelitian juga menunjukkan Laktobasillus atau suplementasi probiotik dan prebiotik dapat memperpendek waktu diare.
Referensi:
- Nittynen L, Kajander K, Korpel R. Galacto-oligosaccharides and bowel function. Scandinavian Journal of Food and Nutrition 2007; 51 (2): 62 Á66
- Behrman, RE. Kliegman RM, Jenson, HB. Textbook of Pediatrics. WB Sanders company. 2004
- Van Dijk M, Bongers, MEJ, Vries GJ, Grootenhuis, MA. Behavioral therapy for childhood constipation: A randomized, Controlled trial. Pediatrics, May 2008:e1334-e1341